25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Stop Impor Sayur ke Sumut

Gus Irawan saat diwawancarai terkait sayur impor yang masuk ke Sumut, belum lama ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) wilayah Sumut Gus Irawan Pasaribu mendesak pemerintah menghentikan impor sayur ke Sumatera Utara yang sebenarnya bisa dipenuhi dari pasokan lokal. Hal ini ditegaskannya di pusat kebun hidroponik hidro tani sejahtera Sei Mencirim, kemarin.

Gus mengatakan, selama ini volume impor sayur yang masuk Sumut lumayan tinggi. Padahal, sebenarnya Sumatera Utara merupakan sentra penghasil sayur. “Kalau dibanding-bandingkan, sejak lima tahun lalu, volume impor sayur ke Sumut itu cenderung naik. Malah kalau saya tidak salah di tahun 2012 jumlahnya meningkat hingga 35 persen. Padahal kita tahu sendiri sentra sayur kita cukup banyak dari Simalungun, Karo dan wilayah tapanuli. Tapi kita harus impor lo,” ujar Gus yang juga Ketua Komisi VII DPR-RI ini.

Menurut Gus, nilai impor sayur yang masuk Sumut itu nilainya ada di kisaran 30 juta dolar AS per tahun. Secara nasional, jumlah impor sayur mencapai 500 juta dolar AS per tahun. Permintaan paling banyak itu memang dari hotel terutama standar internasional yang tak anggapannya tak bisa dipenuhi dari produksi lokal.

Dia menegaskan, sayuran impor yang paling banyak masuk Sumut itu seperti bawang merah, bawang putih, wortel, jamur, cabai, bayam, sayuran segar lainnya, kentang dan kacang kapri. Sedangkan negara asalnya yakni Cina, Myanmar (Burma), Australia, India, Thailand, Ethiopia, Malaysia, Vietnam, United Kingdom (UK), Kenya dan Amerika Serikat.

Begitupun, lanjutnya, sayuran impor ini juga sudah mulai beredar di sejumlah pasar maupun supermarket di Sumut. Di antaranya, cabai, kentang, kubis, bawang putih dan bawang merah. Sejumlah komoditas ini sudah bebas dibeli oleh masyarakat. Hal ini sangat dikhawatirkan akan meningkatkan konsumsi sayuran impor.

Selain impor sayuran, kata Gus, Sumut juga masih tetap mendatangkan berbagai jenis buah-buahan. Di antaranya, jagung manis dari Amerika Serikat, alpukat dari Malaysia, Israel dan Afrika Selatan, komoditas jambu dari Thailand, mangga dari Taiwan, Thailand dan Afrika Selatan.

Selain itu, ada juga jeruk hibrida dalam bentuk segar dan kering yang berasal dari Taiwan, Cina, Singapura, Pakistan, Australia, Argentina dan Brasil. Kemudian, lemon impor, anggur, apel, pir, aprikot, cherri, strawberri, kiwi, durian, longan, jeruk, leci dan nangka.

Gus mengaku miris melihat kondisi impor sayur. “Lucunya malah ada sayur yang kita impor dari Singapura. Ini gila dan tidak masuk akal. Singapura itu tidak ada tanahnya. Tapi mereka bisa ekspor sayur ke sini. Itu bagaimana, kenapa kok ya buat miris. Wajar kalau kemudian produksi sayur kita tidak kompetitif,” papar Gus.

Gus Irawan saat diwawancarai terkait sayur impor yang masuk ke Sumut, belum lama ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) wilayah Sumut Gus Irawan Pasaribu mendesak pemerintah menghentikan impor sayur ke Sumatera Utara yang sebenarnya bisa dipenuhi dari pasokan lokal. Hal ini ditegaskannya di pusat kebun hidroponik hidro tani sejahtera Sei Mencirim, kemarin.

Gus mengatakan, selama ini volume impor sayur yang masuk Sumut lumayan tinggi. Padahal, sebenarnya Sumatera Utara merupakan sentra penghasil sayur. “Kalau dibanding-bandingkan, sejak lima tahun lalu, volume impor sayur ke Sumut itu cenderung naik. Malah kalau saya tidak salah di tahun 2012 jumlahnya meningkat hingga 35 persen. Padahal kita tahu sendiri sentra sayur kita cukup banyak dari Simalungun, Karo dan wilayah tapanuli. Tapi kita harus impor lo,” ujar Gus yang juga Ketua Komisi VII DPR-RI ini.

Menurut Gus, nilai impor sayur yang masuk Sumut itu nilainya ada di kisaran 30 juta dolar AS per tahun. Secara nasional, jumlah impor sayur mencapai 500 juta dolar AS per tahun. Permintaan paling banyak itu memang dari hotel terutama standar internasional yang tak anggapannya tak bisa dipenuhi dari produksi lokal.

Dia menegaskan, sayuran impor yang paling banyak masuk Sumut itu seperti bawang merah, bawang putih, wortel, jamur, cabai, bayam, sayuran segar lainnya, kentang dan kacang kapri. Sedangkan negara asalnya yakni Cina, Myanmar (Burma), Australia, India, Thailand, Ethiopia, Malaysia, Vietnam, United Kingdom (UK), Kenya dan Amerika Serikat.

Begitupun, lanjutnya, sayuran impor ini juga sudah mulai beredar di sejumlah pasar maupun supermarket di Sumut. Di antaranya, cabai, kentang, kubis, bawang putih dan bawang merah. Sejumlah komoditas ini sudah bebas dibeli oleh masyarakat. Hal ini sangat dikhawatirkan akan meningkatkan konsumsi sayuran impor.

Selain impor sayuran, kata Gus, Sumut juga masih tetap mendatangkan berbagai jenis buah-buahan. Di antaranya, jagung manis dari Amerika Serikat, alpukat dari Malaysia, Israel dan Afrika Selatan, komoditas jambu dari Thailand, mangga dari Taiwan, Thailand dan Afrika Selatan.

Selain itu, ada juga jeruk hibrida dalam bentuk segar dan kering yang berasal dari Taiwan, Cina, Singapura, Pakistan, Australia, Argentina dan Brasil. Kemudian, lemon impor, anggur, apel, pir, aprikot, cherri, strawberri, kiwi, durian, longan, jeruk, leci dan nangka.

Gus mengaku miris melihat kondisi impor sayur. “Lucunya malah ada sayur yang kita impor dari Singapura. Ini gila dan tidak masuk akal. Singapura itu tidak ada tanahnya. Tapi mereka bisa ekspor sayur ke sini. Itu bagaimana, kenapa kok ya buat miris. Wajar kalau kemudian produksi sayur kita tidak kompetitif,” papar Gus.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/