MEDAN, SUMUTPOS.CO– Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyosialisasikan model pinjaman baru untuk para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (20/10). Model pinjaman ini bernama fintech equity crowndfunding atau perusahaan teknologi keuangan urun dana.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Fadjar Hutomo mengatakan, platform baru pinjaman modal usaha bagi UMKM ini tentu akan dilakukan pihaknya melalui seleksi ketat.
“Tentunya kita melakukan ini sangat terseleksi, sebab platform urun dana tersebut mendapatkan pengawasan dan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk beroperasi,” katanya menjawab wartawan, usai membuka acara sosialisasi tentang itu di Hotel Santika Dyandra Medan.
Ia memaparkan, berbicara mengenai pembiayaan ada beberapa opsi yang dapat diakses para pelaku UMKM. Pertama yakni, tradisional atau konvensional adalah akses ke perbankan. Bentuknya adalah pinjaman. Kedua, pasar modal melalui bursa. Diantara dua model ini, sebenarnya ada equity baik yang dilakukan perusahaan modal sentura atau kapital maupun perusahaan atau platform urun dana.
“Di mana memfasilitasi antara para investor dengan calon pelaku usaha. Kami melihat ini adalah sebuah kesempatan bagi para pelaku UMKM untuk memeroleh akses pembiayaan. Sudah ada tiga perusahaan yang mendapat izin beroperasi dari OJK sejauh ini. Dua diantaranya kita undang ke sini menyampaikan materi, pengetahuan, dan sosialisasi kepada pelaku UMKM,” terangnya.
Bagaimana agar bisa mendapat akses pembiayaan untuk usahanya? Fadjar menyebut sebenarnya platform ini tersedia sepanjang tahun. Tetapi kegiatan sosialisasinya baru dimulai tahun ini, dan Medan adalah kota yang pertama dilakukan sosialisasi. “Serta akan menyusul kota-kota yang lain sesuai dengan potensinya masing-masing. Tujuannya supaya para pelaku UMKM tau bahwa ada opsi lain buat mereka memeroleh modal usaha selain dari yang tradisional,” katanya.
Kemudian untuk mendapat mendapat modal dari model pinjaman ini, imbuh dia, pelaku UMKM pertama harus mengirimkan aplikasi. “Tentu mereka registrasi ke platform teknologi finansial. Dan yang hadir secara fisik bisa mendapat pengetahuannya,” katanya.
Adapun targetnya, kata dia, ke depan ada realisasi antara UMKM di Medan dengan para investor yang difasilitasi oleh platform dimaksud. Menariknya adalah, kata Fadjar lagi, karena ini platform digital/online sehingga tidak terbatas oleh ruang wilayah para investor yang ada di Indonesia. “Begitupun sebaliknya, investor yang di Medan juga bisa investasi ke wilayah lain atau di luar Medan,” katanya.
Anggota Komisi X DPR Dapil Sumut, Sofyan Tan, yang turut hadir membuka sosialisasi tersebut menambahkan, syarat paling utama agar UMKM dapat menikmati pinjaman modal dari platform baru ini adalah harus memiliki izin usaha.
“Ya, tidak ada (syarat khusus). Oleh perusahaan dianggap laik, maka yang bersangkutan mesti memiliki izin usaha. Tentu buat UMKM yang lebih baik. Upaya ini juga untuk meningkatkan UMKM yang selama ini berada di bawah. Sebab umumnya UMKM dari kecil ke menengah sangat sulit naik. UMKM (pengusaha kecil) yang menggunakan modal perbankan itu hanya sebanyak 22 persen. Sisanya adalah UMKM memakai dana konvensional, dari tengkulak dan yang sejenis lainnya,” terangnya.
Lewat equity crowdfunding ini pula, lanjut dia, calon investor siap menanamkan sahamnya tanpa mesti membuka usaha. Namun tetap ada hitung-hitungan atau komitmen secara bisnis.
“Dia (investor) akan siapkan websitenya. Misalnya warung Tegal Sari, atau warung bebek hijau namanya. Begitupun investasi di luar deposito, dia siap bantu dan tentu bicara berapa keuntungan yang bisa dibagi. Itu diketahui dari situ. Ini cara dalam memakai teknologi. Dia tidak perlu bertemu langsung dengan penjual dan ada mak comblangnya melalui Santara dan Bizhare. Mereka akan promosikan usaha-usaha ini dengan baik. Dan tidak perlu agunan. Namun organisasi pembukuan mesti bagus,” katanya.
Selama ini, sambung Sofyan, untuk UMKM memeroleh pinjaman modal selalu direpotkan dengan agunan. Padahal UMKM umumnya tidak memiliki aset tetapi punya ide dan keahlian sangat baik, tetapi mereka kesulitan bisa berkembang karena modalnya yang terkendala.
“Oleh Kemenparekraf tentang investasi dan industri, memberikan satu hal positif mendatangkan ahli di bidang pembiayaan sejenis ini. Artinya yang dia butuhkan adalah berdasarkan survei, bahwa usahanya laik dan pelanggannya banyak. Kemudian makanannya enak, bersih, dan memiliki potensi berkembang lebih baik serta dia butuh modal,” katanya.
Acara diisi dengan pemaparan tentang kedua jenis platform baru tersebut. Yakni oleh Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf, Hanifah Makarim dan Kabid Pemasaran Disbudpar Sumut, Muchlis Nasution. Dialog hangat pun terlihat antara peserta yang mayoritas pelaku UMKM, dengan para narasumber. Sebagai informasi, untuk UMKM yang berminat memanfaatkan peluang pinjaman modal ini dapat mengakses situs www.santara.co.id, dan www.bizher.id. (prn/ram)