28.9 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

BPDPKS dan IPB Gelar Workshop, Dorong Karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Divisi Teknologi Proses, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mendorong karbonisasi tandan kosong kelapa sawit dan pemanfaatannya sebagai soil conditioner, untuk meningkatkan kesuburan tanah, serta efisiensi pemupukan pada perkebunan sawit, di Hotel Karibia Medan, Selasa (21/11).

Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Workshop yang dilaksanakan
di tiga kota, yakni Pekanbaru (14 November 2023), Medan (21 November 2023 dan Palangkaraya (28 November 2023).

Hadir dalam kegiatan di Medan, Ketua GAPKI Sumut Timbas Prasad Ginting, Head of Research and Development, PT Bumitama Gunajaya Agro Adhy Ardiyanto, Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB University Prof Dr Herdhata Agusta, Plt Direktur Penyaluran Dana, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Zaid Burhan Ibrahim, Kepala Divisi Teknologi Proses, Program Studi Teknik Industri Pertanian, IPB University Prof Dr Erliza Hambali, Henry He, Beston dari China dan Tom Zhang dari Beston-China.

Kepala Divisi Teknologi Proses, Program Studi Teknik Industri Pertanian, IPB University, Prof Dr Erliza Hambali mengatakan, pada tahun 2023, luas areal perkebunan sawit hampir 16 juta Ha dengan produksi tandan kosong kelapa sawit sekitar 47 juta ton.

Berdasarkan analisis data proyeksi pada tahun 2050, lanjutnya, akan dihasilkan tandan kosong kelapa sawit sekitar 103 juta ton. Oleh sebab itu tandan kosong kelapa sawit yang berlimpah ini perlu diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.

“Tandan kosong kelapa sawit dihasilkan pada proses pengolahan Tandan
Buah Segar (TBS) sawit menjadi CPO. Jumlah tandan kosong kelapa sawit yang
dihasilkan pada proses pengolahan sekitar 21 persen dari berat TBS sawit yang diolah. Saat ini pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit, baik
oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ataupun oleh masyarakat masih sangat terbatas.
Secara komersial pemanfaatannya saat ini adalah untuk kompos, mulsa, dan
pengerasan jalan-jalan di perkebunan,” ujar Erliza.

Menurutnya, sebagian besar tandan kosong kelapa sawit masih ditimbun (open dumping) atau dibakar di incinerator. Oleh
sebab itu perlu dicari upaya pemanfaatannya yang lebih bernilai tambah tinggi. “Salah satu pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit yang bernilai tambah adalah dengan mengolahnya melalui proses karbonisasi dan memanfaatkannya sebagai soil conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan kelapa sawit,” imbuhnya.

Berdasarkan hasil analisis budidaya perkebunan kelapa sawit, sambung Erliza, sekitar 80 persen biaya operasional perkebunan kelapa sawit adalah biaya pemupukan tanaman sawit. Saat ini hampir 100 persen pupuk yang digunakan untuk perkebunan kelapa
sawit adalah pupuk kimia.

“Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia pada perkebunan kelapa sawit. Penggunaan pupuk kimia di perkebunan kelapa sawit selain harganya yang
mahal, kadang-kadang juga terbatas ketersediaanya dan juga dapat
berdampak negatif pada kesuburan tanah di lahan perkebunan kelapa sawit,” bebernya.

Erliza menjelaskan, kunci keberhasilan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah kegiatan pemupukan. Pemupukan merupakan proses yang membutuhkan biaya yang terbesar yang harus dikeluarkan dalam kegiatan budidaya perkebunan kelapa sawit.

Pada tanaman sawit, papar Erliza, kebutuhan pupuk untuk setiap umur tanaman sawit berbeda-beda. Kelompok tanaman menghasilkan (TM) memerlukan dosis pupuk sekitar 2-4 kg/pohon dengan jumlah pemupukan 2 kali dalam 1 tahun.

Dikatakannya, bila diasumsikan 1 Ha kebun sawit dengan jumlah tanaman 143 pohon/Ha dengan kebutuhan pupuk sekitar 858 kg/Ha/tahun. Dengan luas perkebunan sawit Indonesia pada tahun 2022 adalah 15,38 juta Ha. Maka kebutuhan pupuk untuk perkebunan sawit Indonesia diperkirakan sekitar 13 juta ton/tahun.

“Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk menurunkan
biaya pemupukan perkebunan sawit, agar biaya budidaya perkebunan sawit
semakin efisien,” tandasnya.

Adapun, sponsor utama kegiatan workshop ini adalah BPDPKS. Kegiatan ini juga disupport PT Socfin Indonesia dan perguruan tinggi di Sumut, yaitu Politeknik
Wilmar Bisnis Indonesia dan Institut Teknologi Sawit Indonesia. (dwi)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Divisi Teknologi Proses, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mendorong karbonisasi tandan kosong kelapa sawit dan pemanfaatannya sebagai soil conditioner, untuk meningkatkan kesuburan tanah, serta efisiensi pemupukan pada perkebunan sawit, di Hotel Karibia Medan, Selasa (21/11).

Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Workshop yang dilaksanakan
di tiga kota, yakni Pekanbaru (14 November 2023), Medan (21 November 2023 dan Palangkaraya (28 November 2023).

Hadir dalam kegiatan di Medan, Ketua GAPKI Sumut Timbas Prasad Ginting, Head of Research and Development, PT Bumitama Gunajaya Agro Adhy Ardiyanto, Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB University Prof Dr Herdhata Agusta, Plt Direktur Penyaluran Dana, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Zaid Burhan Ibrahim, Kepala Divisi Teknologi Proses, Program Studi Teknik Industri Pertanian, IPB University Prof Dr Erliza Hambali, Henry He, Beston dari China dan Tom Zhang dari Beston-China.

Kepala Divisi Teknologi Proses, Program Studi Teknik Industri Pertanian, IPB University, Prof Dr Erliza Hambali mengatakan, pada tahun 2023, luas areal perkebunan sawit hampir 16 juta Ha dengan produksi tandan kosong kelapa sawit sekitar 47 juta ton.

Berdasarkan analisis data proyeksi pada tahun 2050, lanjutnya, akan dihasilkan tandan kosong kelapa sawit sekitar 103 juta ton. Oleh sebab itu tandan kosong kelapa sawit yang berlimpah ini perlu diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.

“Tandan kosong kelapa sawit dihasilkan pada proses pengolahan Tandan
Buah Segar (TBS) sawit menjadi CPO. Jumlah tandan kosong kelapa sawit yang
dihasilkan pada proses pengolahan sekitar 21 persen dari berat TBS sawit yang diolah. Saat ini pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit, baik
oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ataupun oleh masyarakat masih sangat terbatas.
Secara komersial pemanfaatannya saat ini adalah untuk kompos, mulsa, dan
pengerasan jalan-jalan di perkebunan,” ujar Erliza.

Menurutnya, sebagian besar tandan kosong kelapa sawit masih ditimbun (open dumping) atau dibakar di incinerator. Oleh
sebab itu perlu dicari upaya pemanfaatannya yang lebih bernilai tambah tinggi. “Salah satu pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit yang bernilai tambah adalah dengan mengolahnya melalui proses karbonisasi dan memanfaatkannya sebagai soil conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan kelapa sawit,” imbuhnya.

Berdasarkan hasil analisis budidaya perkebunan kelapa sawit, sambung Erliza, sekitar 80 persen biaya operasional perkebunan kelapa sawit adalah biaya pemupukan tanaman sawit. Saat ini hampir 100 persen pupuk yang digunakan untuk perkebunan kelapa
sawit adalah pupuk kimia.

“Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia pada perkebunan kelapa sawit. Penggunaan pupuk kimia di perkebunan kelapa sawit selain harganya yang
mahal, kadang-kadang juga terbatas ketersediaanya dan juga dapat
berdampak negatif pada kesuburan tanah di lahan perkebunan kelapa sawit,” bebernya.

Erliza menjelaskan, kunci keberhasilan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah kegiatan pemupukan. Pemupukan merupakan proses yang membutuhkan biaya yang terbesar yang harus dikeluarkan dalam kegiatan budidaya perkebunan kelapa sawit.

Pada tanaman sawit, papar Erliza, kebutuhan pupuk untuk setiap umur tanaman sawit berbeda-beda. Kelompok tanaman menghasilkan (TM) memerlukan dosis pupuk sekitar 2-4 kg/pohon dengan jumlah pemupukan 2 kali dalam 1 tahun.

Dikatakannya, bila diasumsikan 1 Ha kebun sawit dengan jumlah tanaman 143 pohon/Ha dengan kebutuhan pupuk sekitar 858 kg/Ha/tahun. Dengan luas perkebunan sawit Indonesia pada tahun 2022 adalah 15,38 juta Ha. Maka kebutuhan pupuk untuk perkebunan sawit Indonesia diperkirakan sekitar 13 juta ton/tahun.

“Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk menurunkan
biaya pemupukan perkebunan sawit, agar biaya budidaya perkebunan sawit
semakin efisien,” tandasnya.

Adapun, sponsor utama kegiatan workshop ini adalah BPDPKS. Kegiatan ini juga disupport PT Socfin Indonesia dan perguruan tinggi di Sumut, yaitu Politeknik
Wilmar Bisnis Indonesia dan Institut Teknologi Sawit Indonesia. (dwi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/