30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Tenaga Kerja RI Hanya Menang Atas Myanmar

Tenaga kerja-Ilustrasi
Tenaga kerja-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Industri perbankan di tanah air termasuk salah satu sektor yang memiliki jumlah sumber daya manusia (SDM) besar, akan tetapi belum diimbangi dengan jumlah sumber daya yang mempunyai skill atau kualitas kemampuan. Secara umum, skill SDM di tanah air masih di bawah negara lain di Asia Tenggara.

Direktur Keuangan Bank CIMB Niaga Wan Razly Abdullah mengakui hal itu. Menurut dia, kurangnya kemampuan SDM yang membuat dunia perbankan di tanah air saat ini kurang bisa bersaing. “Orangnya banyak, tapi skill-nya kurang,” kata Razly dalam ICAEW Economic Insight: South East Asia Quarterly Briefing Quarter 2 2014, kemarin (22/5).

Kendati demikian, Razly mengutarakan, perseroannya punya cara tersendiri untuk mengembangkan kemampuan para pegawainya. Dia mengatakan, CIMB memiliki semacam pusat pelatihan yang berlokasi di Bogor Jawa Barat untuk membentuk SDM berkualitas mulai dari nol. Dia juga menambahkan, pendanaan untuk pengembangan kemampuan SDM di CIMB terbilang besar. “Tiap tahun kami siapkan dana Rp 130 miliar untuk kebutuhan pengembangan SDM,” kata Razly. Saat ini, CIMB memiliki sekitar 15 ribu pegawai di seluruh Indonesia.

Director of Centre for Economics and Business Research (CEBR) Charles Davis mengatakan, untuk dapat bersaing di Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2020 mendatang, perbankan di Indonesia harus memiliki tenaga kerja dengan tingkat kemampuan yang tinggi. Dengan demikian, tidak hanya pendidikan dasar, Indonesia juga harus mendorong level pendidikan yang tinggi. Hal itulah yang membuat kualitas pekerja di Indonesia kompetitif dibandingkan tenaga kerja asing.

“Saat ini Indonesia masih di belakang Malaysia dan Singapura. Agar sektor perbankan bisa kompetitif, seperti di London Inggris, New York Amerika Serikat, dan Hong Kong, mereka sama-sama punya orang-orang yang high skill,” ujarnya.

Merujuk Indeks Pendidikan Ekonomi Bank Dunia, edukasi dan pelatihan merupakan faktor pertama sebelum infrastruktur, insentif ekonomi, dan inovasi. Indonesia berada pada peringkat keempat terbawah, hanya mengungguli Myanmar, Kamboja, dan Laos. Indonesia kalah dengan Vietnam, Filiphina, Thailand, Malaysia, dan Singapura. (gal/sof)

Tenaga kerja-Ilustrasi
Tenaga kerja-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Industri perbankan di tanah air termasuk salah satu sektor yang memiliki jumlah sumber daya manusia (SDM) besar, akan tetapi belum diimbangi dengan jumlah sumber daya yang mempunyai skill atau kualitas kemampuan. Secara umum, skill SDM di tanah air masih di bawah negara lain di Asia Tenggara.

Direktur Keuangan Bank CIMB Niaga Wan Razly Abdullah mengakui hal itu. Menurut dia, kurangnya kemampuan SDM yang membuat dunia perbankan di tanah air saat ini kurang bisa bersaing. “Orangnya banyak, tapi skill-nya kurang,” kata Razly dalam ICAEW Economic Insight: South East Asia Quarterly Briefing Quarter 2 2014, kemarin (22/5).

Kendati demikian, Razly mengutarakan, perseroannya punya cara tersendiri untuk mengembangkan kemampuan para pegawainya. Dia mengatakan, CIMB memiliki semacam pusat pelatihan yang berlokasi di Bogor Jawa Barat untuk membentuk SDM berkualitas mulai dari nol. Dia juga menambahkan, pendanaan untuk pengembangan kemampuan SDM di CIMB terbilang besar. “Tiap tahun kami siapkan dana Rp 130 miliar untuk kebutuhan pengembangan SDM,” kata Razly. Saat ini, CIMB memiliki sekitar 15 ribu pegawai di seluruh Indonesia.

Director of Centre for Economics and Business Research (CEBR) Charles Davis mengatakan, untuk dapat bersaing di Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2020 mendatang, perbankan di Indonesia harus memiliki tenaga kerja dengan tingkat kemampuan yang tinggi. Dengan demikian, tidak hanya pendidikan dasar, Indonesia juga harus mendorong level pendidikan yang tinggi. Hal itulah yang membuat kualitas pekerja di Indonesia kompetitif dibandingkan tenaga kerja asing.

“Saat ini Indonesia masih di belakang Malaysia dan Singapura. Agar sektor perbankan bisa kompetitif, seperti di London Inggris, New York Amerika Serikat, dan Hong Kong, mereka sama-sama punya orang-orang yang high skill,” ujarnya.

Merujuk Indeks Pendidikan Ekonomi Bank Dunia, edukasi dan pelatihan merupakan faktor pertama sebelum infrastruktur, insentif ekonomi, dan inovasi. Indonesia berada pada peringkat keempat terbawah, hanya mengungguli Myanmar, Kamboja, dan Laos. Indonesia kalah dengan Vietnam, Filiphina, Thailand, Malaysia, dan Singapura. (gal/sof)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/