25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Inilah Beda Beas Asli dengan Beras Sintetis

Foto: Danil Siregar/Sumut Pos Warga Jalan Katamso Medan Gg Perbatasan, memperlihatkan beras yang diduga sintetis, Jumat (22/5).
Foto: Danil Siregar/Sumut Pos
Warga Jalan Katamso Medan Gg Perbatasan, memperlihatkan beras yang diduga sintetis, Jumat (22/5).

Proses pembuatan beras sintetis
Bahan pembuatan beras sintetis adalah campuran kentang, ubi jalar, dan resin sintetis (limbah plastik) yang beracun. Beras sintetis dibuat dengan menggunakan mesin canggih. Pertama dengan memilih limbah plastik siap buang, yang kemudian dileburkan dalam sebuah mesin hingga berbentuk cairan. Setelah diubah bentuk, maka plastik ini kemudian dicetak menjadi seperti benang. Lalu plastik ini diarahkan ke mesin pemotong agar bisa dibentuk menjadi beras.

Langkah-langkah membedakan beras sintetis dengan beras asli
1. Pegang berasnya apakah agak kasar atau licin, kalau licin dapat dipastikan beras tersebut adalah beras sintetis.
2. Lihat dengan seksama apakah beras itu putihnya bening atau sedikit berkeruh. Yang berwarna putih keruh merupakan beras asli yang berasal dari gabah.

3. Perhatikan tumpukan beras, kalau semua beras itu utuh tanpa ada yang patah-patah, maka itu beras palsu atau sudah diproses.
4. Beras asli bertekstur lembut dan jika dimasukan ke penanak nasi akan mengeras tapi tekstur kelembutannya masih ada. Sedangkan beras sintetis jika dimasukan ke penanak nasi akan lembek dan semakin mengeras dan saat dikeluarkan dari penanak nasi, justru akan semakin kering dan mengeras, dan jika dibuat bubur air tidak akan menyatu dengan beras.
5. Beras asli memiliki rasa manis sedangkan beras palsu rasanya hambar.
6. Aroma beras palsu cenderung berbau sangit dan beraroma bahan kimia sedangkan beras asli beraroma lebih wangi

Dampak mengonsumsi beras sintetis
Untuk jangka pendek badan akan menolak karena beras palsu termasuk benda asing, selanjutnya akan menimbulkan reaksi pusing, muntah-muntah dan diare.
Untuk jangka panjang jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan sering maka akan bersifat karsiogenik dimana akan memicu kanker, seperti kanker paru-paru dan hati. Selain itu juga karena kekurangan nutrisi dari nasi bisa menimbulkan kerusakan pada rambut.

Foto: Danil Siregar/Sumut Pos Warga Jalan Katamso Medan Gg Perbatasan, memperlihatkan beras yang diduga sintetis, Jumat (22/5).
Foto: Danil Siregar/Sumut Pos
Warga Jalan Katamso Medan Gg Perbatasan, memperlihatkan beras yang diduga sintetis, Jumat (22/5).

Proses pembuatan beras sintetis
Bahan pembuatan beras sintetis adalah campuran kentang, ubi jalar, dan resin sintetis (limbah plastik) yang beracun. Beras sintetis dibuat dengan menggunakan mesin canggih. Pertama dengan memilih limbah plastik siap buang, yang kemudian dileburkan dalam sebuah mesin hingga berbentuk cairan. Setelah diubah bentuk, maka plastik ini kemudian dicetak menjadi seperti benang. Lalu plastik ini diarahkan ke mesin pemotong agar bisa dibentuk menjadi beras.

Langkah-langkah membedakan beras sintetis dengan beras asli
1. Pegang berasnya apakah agak kasar atau licin, kalau licin dapat dipastikan beras tersebut adalah beras sintetis.
2. Lihat dengan seksama apakah beras itu putihnya bening atau sedikit berkeruh. Yang berwarna putih keruh merupakan beras asli yang berasal dari gabah.

3. Perhatikan tumpukan beras, kalau semua beras itu utuh tanpa ada yang patah-patah, maka itu beras palsu atau sudah diproses.
4. Beras asli bertekstur lembut dan jika dimasukan ke penanak nasi akan mengeras tapi tekstur kelembutannya masih ada. Sedangkan beras sintetis jika dimasukan ke penanak nasi akan lembek dan semakin mengeras dan saat dikeluarkan dari penanak nasi, justru akan semakin kering dan mengeras, dan jika dibuat bubur air tidak akan menyatu dengan beras.
5. Beras asli memiliki rasa manis sedangkan beras palsu rasanya hambar.
6. Aroma beras palsu cenderung berbau sangit dan beraroma bahan kimia sedangkan beras asli beraroma lebih wangi

Dampak mengonsumsi beras sintetis
Untuk jangka pendek badan akan menolak karena beras palsu termasuk benda asing, selanjutnya akan menimbulkan reaksi pusing, muntah-muntah dan diare.
Untuk jangka panjang jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan sering maka akan bersifat karsiogenik dimana akan memicu kanker, seperti kanker paru-paru dan hati. Selain itu juga karena kekurangan nutrisi dari nasi bisa menimbulkan kerusakan pada rambut.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/