29.2 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

PLN Dapat Pinjaman Rp2,6 T

JAKARTA – Biayai dua proyek pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), PT PLN mendapatkan kucuran utang dari Standard Chartered Bank sebesar EUR 160 juta atau Rp2,6 triliun.

PLN Sicanang
PLN Sicanang/dok

Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan, pinjaman tersebut bakal digunakan untuk membeli 35 mesin W”rtsil” 34SG di proyek PLTG Arun dan Bangkanai. Rinciannya, 19 mesin pada PLTG Arun di Aceh dengan kapasitas 184 mega watt (mw). Sementara itu PLTG Bangkanai di Kalimantan Tengah dengan kapasitas 155 mw akan menggunakan 16 mesin.

“Kedua PLTG dengan total kapasitas 339 mw diperkirakan dapat menerangi lebih dari 150 ribu rumah.

Selama proses pembangunan dan operasionalnya, diperkirakan akan dapat menyerap 600 tenaga kerja,” terangnya di Jakarta, kemarin.

Dia juga menjelaskan, pinjaman tersebut didapatkan melalui jaminan kredit ekspor dari Finnvera yang merupakan export credit agency (ECA) atau lembaga pembiayaan ekspor Sedangkan Finnish Export Credit, anak perusahaan dari Finnvera, menyediakan pembiayaan untuk keduanya.

“Fasilitas pinjaman ini merupakan yang pertama diberikan oleh ECA langsung ke PLN tanpa penjaminan pemerintah. Hal ini menunjukkan kepercayaan ECA kepada PLN sekaligus mengurangi beban pemerintah,” ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, utang yang dimiliki PLN mencapai sekitar Rp200 triliun. Dana tersebut digunakan untuk berbagai proyek seperti pembangkit listrik serta jaringan transmisi. “Kalau mau bangun pembangkit listrik, harus berani meminjam,” katanya.

Dia menambahkan, dana APBN setiap tahun diberikan hanya untuk investasi jaringan transmisi dan distribusi. Karena itu, pihaknya harus mendapatkan pinjaman bilateral untuk membangun sebuah pembagkit listrik. “Makanya kami berani pinjam. Mereka lihat neraca keuangan PLN dulu sebelum memberi pinjaman. Selama ini aman-aman saja,” tuturnya.

Pada 2014, PLN harus mendapatkan pembiayaan eksternal Rp51,2 triliun. Alokasi APBN 2014 senilai Rp5,8 triliun dan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) senilai Rp 500 miliar itu tak sanggup memenuhi rencana belanja modal yang dianggarkan perseroan sebesar Rp 57,5 triliun.

CEO Standard Chartered Bank Indonesia Tom Aaker mengatakan, pihaknya senang bisa mendukung rencana PLN meningkatkan kapasitas listrik di Indonesia. Menurut dia, proyek PLTG tersebut bisa memberikan keuntungan kepada dua belah pihak . “Kerja sama ini menunjukkan strategi kami yang fokus kepada klien dan mendukung mereka dalam berinvestasi di Indonesia,” katanya. (bil/sof/jpnn/uma)

JAKARTA – Biayai dua proyek pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), PT PLN mendapatkan kucuran utang dari Standard Chartered Bank sebesar EUR 160 juta atau Rp2,6 triliun.

PLN Sicanang
PLN Sicanang/dok

Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan, pinjaman tersebut bakal digunakan untuk membeli 35 mesin W”rtsil” 34SG di proyek PLTG Arun dan Bangkanai. Rinciannya, 19 mesin pada PLTG Arun di Aceh dengan kapasitas 184 mega watt (mw). Sementara itu PLTG Bangkanai di Kalimantan Tengah dengan kapasitas 155 mw akan menggunakan 16 mesin.

“Kedua PLTG dengan total kapasitas 339 mw diperkirakan dapat menerangi lebih dari 150 ribu rumah.

Selama proses pembangunan dan operasionalnya, diperkirakan akan dapat menyerap 600 tenaga kerja,” terangnya di Jakarta, kemarin.

Dia juga menjelaskan, pinjaman tersebut didapatkan melalui jaminan kredit ekspor dari Finnvera yang merupakan export credit agency (ECA) atau lembaga pembiayaan ekspor Sedangkan Finnish Export Credit, anak perusahaan dari Finnvera, menyediakan pembiayaan untuk keduanya.

“Fasilitas pinjaman ini merupakan yang pertama diberikan oleh ECA langsung ke PLN tanpa penjaminan pemerintah. Hal ini menunjukkan kepercayaan ECA kepada PLN sekaligus mengurangi beban pemerintah,” ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, utang yang dimiliki PLN mencapai sekitar Rp200 triliun. Dana tersebut digunakan untuk berbagai proyek seperti pembangkit listrik serta jaringan transmisi. “Kalau mau bangun pembangkit listrik, harus berani meminjam,” katanya.

Dia menambahkan, dana APBN setiap tahun diberikan hanya untuk investasi jaringan transmisi dan distribusi. Karena itu, pihaknya harus mendapatkan pinjaman bilateral untuk membangun sebuah pembagkit listrik. “Makanya kami berani pinjam. Mereka lihat neraca keuangan PLN dulu sebelum memberi pinjaman. Selama ini aman-aman saja,” tuturnya.

Pada 2014, PLN harus mendapatkan pembiayaan eksternal Rp51,2 triliun. Alokasi APBN 2014 senilai Rp5,8 triliun dan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) senilai Rp 500 miliar itu tak sanggup memenuhi rencana belanja modal yang dianggarkan perseroan sebesar Rp 57,5 triliun.

CEO Standard Chartered Bank Indonesia Tom Aaker mengatakan, pihaknya senang bisa mendukung rencana PLN meningkatkan kapasitas listrik di Indonesia. Menurut dia, proyek PLTG tersebut bisa memberikan keuntungan kepada dua belah pihak . “Kerja sama ini menunjukkan strategi kami yang fokus kepada klien dan mendukung mereka dalam berinvestasi di Indonesia,” katanya. (bil/sof/jpnn/uma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/