26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Apindo Sumut: Regulasi Menhub Lucu & Konyol

Ekonom dari Universitas Sumatera Utara (USU), Wahyu Ario .

Sementara, Ekonom dari Universitas Sumatera Utara (USU), Wahyu Ario menilai, kebijakan yang dikeluarkan Menhub menggambarkan, pemerintah tidak konsisten. Sebab, sebelumnya dalam Sistem Logistik Nasional (Sislognas) untuk hub internasional di barat dan timur ada dua, yaitu Pelabuhan Kuala Tanjung dan Pelabuhan Bitung.

Menurut Ario, bila kebijakan tersebut dijalankan dikhawatirkan kegiatan ekspor akan menumpuk. Sebab, semua terpusat lagi ke Pulau Jawa. Jadi, apakah Menhub tidak memikirkan itu? Apakah mungkin sanggup, dan tempatnya cukup? “Kapal-kapal besar itu melintas dari Selat Malaka. Sedangkan Kuala Tanjung itu sendiri terletak di kawasan Selat Malaka. Jadi, kebijakan tersebut seakan mundur ke belakang,” tuturnya.

Ario mengatakan, kebijakan tersebut memunculkan dugaan asumsi bahwa ekspor di Sumut kecil, sehingga dialihkan ke Jakarta. Selain itu, muncul juga asumsi ada permasalahan di Kuala Tanjung, terutama soal lahan. “Masih menjadi pertanyaan besar, apakah negara benar membatalkan Kuala Tanjung menjadi pelabuhan besar berskala internasional? Kemudian, apakah sementara, sampai kapan atau seterusnya? Jadi, ini muncul dugaan ada sesuatu yang disembunyikan pemerintah dan seharusnya ini transparan,” ketusnya.

Diungkapkan Ario, kalau seandainya Kuala Tanjung jadi pelabuhan hub internasional, maka sangat besar kontribusinya baik itu kepada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

“Kalau kebijakan Menhub terealisasi, maka lebih tak efisien. Makanya, alasan menteri terhadap rencananya tidak tepat. Malahan, bila Kuala Tanjung jadi hub internasional tentu lebih efisien,” ucap Ario.

Ia membeberkan, bila kebijakan tersebut dijalankan dampaknya sudah sangat jelas ke banyak sektor, seperti lapangan pekerjaan, investasi, dan lainnya. Untuk itu, ada potensi yang hilang. Padahal potensi itu membawa pengaruh besar ke arah positif dalam pembangunan.

“Dugaan saya, apakah ada masalah sehingga hub internasional itu ditarik ke Tanjung Priok? Isu yang berkembang, kabarnya permasalahan lahan yang terbatas dan ini yang masih jadi pertanyaan juga,” tandasnya. (ris)

Ekonom dari Universitas Sumatera Utara (USU), Wahyu Ario .

Sementara, Ekonom dari Universitas Sumatera Utara (USU), Wahyu Ario menilai, kebijakan yang dikeluarkan Menhub menggambarkan, pemerintah tidak konsisten. Sebab, sebelumnya dalam Sistem Logistik Nasional (Sislognas) untuk hub internasional di barat dan timur ada dua, yaitu Pelabuhan Kuala Tanjung dan Pelabuhan Bitung.

Menurut Ario, bila kebijakan tersebut dijalankan dikhawatirkan kegiatan ekspor akan menumpuk. Sebab, semua terpusat lagi ke Pulau Jawa. Jadi, apakah Menhub tidak memikirkan itu? Apakah mungkin sanggup, dan tempatnya cukup? “Kapal-kapal besar itu melintas dari Selat Malaka. Sedangkan Kuala Tanjung itu sendiri terletak di kawasan Selat Malaka. Jadi, kebijakan tersebut seakan mundur ke belakang,” tuturnya.

Ario mengatakan, kebijakan tersebut memunculkan dugaan asumsi bahwa ekspor di Sumut kecil, sehingga dialihkan ke Jakarta. Selain itu, muncul juga asumsi ada permasalahan di Kuala Tanjung, terutama soal lahan. “Masih menjadi pertanyaan besar, apakah negara benar membatalkan Kuala Tanjung menjadi pelabuhan besar berskala internasional? Kemudian, apakah sementara, sampai kapan atau seterusnya? Jadi, ini muncul dugaan ada sesuatu yang disembunyikan pemerintah dan seharusnya ini transparan,” ketusnya.

Diungkapkan Ario, kalau seandainya Kuala Tanjung jadi pelabuhan hub internasional, maka sangat besar kontribusinya baik itu kepada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

“Kalau kebijakan Menhub terealisasi, maka lebih tak efisien. Makanya, alasan menteri terhadap rencananya tidak tepat. Malahan, bila Kuala Tanjung jadi hub internasional tentu lebih efisien,” ucap Ario.

Ia membeberkan, bila kebijakan tersebut dijalankan dampaknya sudah sangat jelas ke banyak sektor, seperti lapangan pekerjaan, investasi, dan lainnya. Untuk itu, ada potensi yang hilang. Padahal potensi itu membawa pengaruh besar ke arah positif dalam pembangunan.

“Dugaan saya, apakah ada masalah sehingga hub internasional itu ditarik ke Tanjung Priok? Isu yang berkembang, kabarnya permasalahan lahan yang terbatas dan ini yang masih jadi pertanyaan juga,” tandasnya. (ris)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/