MEDAN, SUMUTPOS.CO – Praktisi ekonomi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut), Gunawan Benjamin berpendapat, jika dilihat dari sudut sisi kepentingan perekonomian Sumut, pemindahan hub internasional wilayah Indonesia bagian Barat dari Kuala Tanjung ke Tanjung Priok, kurang tepat. Selain dikarenakan lintasan kapal juga melewati wilayah Sumut sebelum ke Jakarta, posisi Kuala Tanjung sebenarnya cukup strategis karena berdekatan dengan pelabuhan besar lain seperti pelabuhan di Singapura.
“Selat Malaka itu posisinya dihimpit antara pulau Sumatera Indonesia, Singapura, Malaysia dan Thailand. Jadi dari letak geografis sebenarnya Sumut memiliki potensi untuk dibangun pelabuhan hub. Terlebih berdekatan dengan salah satu pelabuhan sibuk di Singapura. Artinya memang idealnya hub tersebut bisa dibangun di Sumut,” kata Gunawan.
Disebutkannya, kalau lalu lintas barangnya harus ke Tanjung Priok selanjutnya dikirim ke negara tujuan ekspor yang melewati Selat Malaka lagi, jelas ongkosnya semakin mahal. Walaupun memang bisa jadi lebih murah jika hub-nya ke Jakarta dulu dibandingkan jika harus ke Singapura terlebih dahulu.
“Ada plus minus dari kebijakan seperti ini. Namun menurut hemat saya sebaiknya Kuala Tanjung tetap diupayakan untuk menjadi Hub, bukan hanya di Priok saja. Walaupun memang kita memiliki sejumlah pelabuhan yang sangat potensial dijadikan hub seperti pelabuhan yang ada di Batam,” tutur Gunawan.
Lebih lanjut dian mengatakan, jika mengacu kepada kepentingan nasional, hub di Priok memang dinilai tepat. Namun dari sisi kepentingan bisnis di Sumut, pemindahan hub ini lebih banyak mendatangkan kerugian bagi perekonomian Sumut. Meskipun disisi lain pembangunan Kuala Tanjung sebagai pelabuhan tetap dijalankan. Akan tetapi, manfaat yang diterima nantinya tidak seoptimal jika dijadikan hub.
“Multiplier effect yang bisa dioptimalkan dari Kuala Tanjung menjadi terbatas. Ini bukan bicara masalah untung rugi, namun potensi ekonomi yang dikembangkan di wilayah Sumut tidak semeriah pada saat rencana pembangunan Kuala Tanjung yang diwacanakan menjadi hub,” jelas Gunawan.
Dia menambahkan, memang ada banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan seperti ini. Bisa dimulai dari skala bisnis Pulau Jawa yang memang lebih besar dibandingkan dengan Sumatera. Bisa juga berbicara ekspektasi volume bisnis Kuala Tanjung yang mungkin hitung-hitungannya masih lebih efisien jika hub di Priok dibandingkan dengan di Kuala Tanjung. Sehingga kapal-kapal besar belum sepenuhnya bisa bersandar.
“Kita berharap pemerintah Sumut bisa melakukan upaya-upaya untuk melobi agar hub Kuala Tanjung bisa terealisasi. Walaupun lobi ini tidak cukup jika kita tidak memperbaiki kapasitas produksi industri Sumut yang tentunya sangat bergantung dari proses industrilisasi di sejumlah kawasan industri Sumut. Ada banyak aspek lagi yang bisa diupayakan untuk menambah daya tawar Pelabuhan Kuala Tanjung,” pungkasnya. (ris/adz)