26 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Gas Metan Itu Dulunya Terbuang Sia-sia ke Udara

Foto: Dame/sumutpos.co Bupati Asahan Taufan Gama Simatupang (lima dari kiri) foto bersama Regional Head Plantation I Asian Agri Ikom Widiarsa (4 dari kanan), Head Social Security & Licenses Asian Agri Supriadi (5 dari kanan), Dy. Head Mill Asian Agri Edward Silalahi (3 dari kanan), Group Manager Kebun Gunung Melayu O.W Maradath Limbong, Head CSR Asian Agri Rafmen (kiri), Dy. Head SSL Asian Agri Ariston Noverry Fau, dan sejumlah manager lainnya saat peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Pabrik Gunung Melayu Satu (PGS) PT Saudara Sejati Luhur di Asahan, Kamis (23/4/2015).
Foto: Dame/sumutpos.co
Bupati Asahan Taufan Gama Simatupang (lima dari kiri) foto bersama Regional Head Plantation I Asian Agri Ikom Widiarsa (4 dari kanan), Head Social Security & Licenses Asian Agri Supriadi (5 dari kanan), Dy. Head Mill Asian Agri Edward Silalahi (3 dari kanan), Group Manager Kebun Gunung Melayu O.W Maradath Limbong, Head CSR Asian Agri Rafmen (kiri), Dy. Head SSL Asian Agri Ariston Noverry Fau, dan sejumlah manager lainnya saat peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Pabrik Gunung Melayu Satu (PGS) PT Saudara Sejati Luhur di Asahan, Kamis (23/4/2015).

Selama puluhan tahun, limbah dari pengolahan tandan buah segar sawit hanya dijadikan pupuk. Gas metan dari limbah itu terbuang sia-sia ke udara. Jikapun ada yang memanfaatkan, hanya sekadarnya. Untunglah, kini gas itu bisa dimanfaatkan maksimal. Dijadikan apa?

 

Dame Ambarita, Asahan

 

Pulau Sumatera memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia, seperti di Sumatera Utara, Riau, dan Jambi. Setiap hari, ribuan ton tandan buah segar (TBS) sawit dipanen dan diolah menjadi minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO). CPO ini sebagian diekspor, sebagian lagi dimanfaatkan menjadi bahan baku industri hilir, seperti sabun, sampo, detergen, dan sebagainya.

Sumut sendiri dikenal sebagai penghasil Cruide Palm Oil (CPO) terbesar kedua secara nasional setelah Riau.

Sejalan dengan melimpahnya produksi CPO dan inti kelapa sawit, melimpah juga limbah cair POME (Palm Oil Mill Effluent) yang jumlahnya cukup signifikan.

”Selama ini, limbah cair POME hanya dimanfaatkan untuk Land Application yang berfungsi sebagai subsitusi pupuk, sekaligus sebagai penjaga kelembapan tanah dan juga sebagai penahan erosi bagi tanaman sawit. Padahal gas metan yang dihasilkan cukup banyak, namun terbuang sia-sia ke ke udara karena belum ada teknologi yang bisa memanfaatkannya secara maksimal,” kata Edward Silalahi, Dy. Head Mill Asian Agri, menjawab wartawan usai peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Pabrik Gunung Melayu Satu (PGS) PT Saudara Sejati Luhur di Asahan, Kamis (23/4/2015).

Dikatakannya, memang sebelumnya telah ada salahsatu perkebunan negara yang memanfaatkan biogas dari POME, namun masih seadanya. ”Wadah limbah ditutupi terpal untuk menangkap biogasnya sebelum dimanfaatkan. Tetapi dianggap kurang maksimal,” cetusnya.

Sebuah PKS (Pabrik Kelapa Sawit) di KIM juga sudah memanfaatkan biogas dari POME untuk membangkitkan listrik, dengan teknologi berbeda. ”Tetapi yang menggunakan teknologi Jepang yang menghasilkan listrik kapasitas 2 MW baru Asian Agri,” kata Ikom Widiarsa, Regional Head Plantation I Asian Agri, menambahkan.

Asian Agri menggunakan teknologi dari Jepang, yakni digester tank dan An MBR tank dari Jepang. Teknologi ini, dinilai lebih unggul dalam prosesnya, karena menggunakan An MBR (Kubota Anaerobic Membrane Bio reactor), sistem dengan Bakteri Thermophilip yang fungsinya mempercepat dan memaksimalkan proses pembentukan gas metan.

Foto: Dame/sumutpos.co Bupati Asahan Taufan Gama Simatupang (lima dari kiri) foto bersama Regional Head Plantation I Asian Agri Ikom Widiarsa (4 dari kanan), Head Social Security & Licenses Asian Agri Supriadi (5 dari kanan), Dy. Head Mill Asian Agri Edward Silalahi (3 dari kanan), Group Manager Kebun Gunung Melayu O.W Maradath Limbong, Head CSR Asian Agri Rafmen (kiri), Dy. Head SSL Asian Agri Ariston Noverry Fau, dan sejumlah manager lainnya saat peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Pabrik Gunung Melayu Satu (PGS) PT Saudara Sejati Luhur di Asahan, Kamis (23/4/2015).
Foto: Dame/sumutpos.co
Bupati Asahan Taufan Gama Simatupang (lima dari kiri) foto bersama Regional Head Plantation I Asian Agri Ikom Widiarsa (4 dari kanan), Head Social Security & Licenses Asian Agri Supriadi (5 dari kanan), Dy. Head Mill Asian Agri Edward Silalahi (3 dari kanan), Group Manager Kebun Gunung Melayu O.W Maradath Limbong, Head CSR Asian Agri Rafmen (kiri), Dy. Head SSL Asian Agri Ariston Noverry Fau, dan sejumlah manager lainnya saat peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Pabrik Gunung Melayu Satu (PGS) PT Saudara Sejati Luhur di Asahan, Kamis (23/4/2015).

Selama puluhan tahun, limbah dari pengolahan tandan buah segar sawit hanya dijadikan pupuk. Gas metan dari limbah itu terbuang sia-sia ke udara. Jikapun ada yang memanfaatkan, hanya sekadarnya. Untunglah, kini gas itu bisa dimanfaatkan maksimal. Dijadikan apa?

 

Dame Ambarita, Asahan

 

Pulau Sumatera memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia, seperti di Sumatera Utara, Riau, dan Jambi. Setiap hari, ribuan ton tandan buah segar (TBS) sawit dipanen dan diolah menjadi minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO). CPO ini sebagian diekspor, sebagian lagi dimanfaatkan menjadi bahan baku industri hilir, seperti sabun, sampo, detergen, dan sebagainya.

Sumut sendiri dikenal sebagai penghasil Cruide Palm Oil (CPO) terbesar kedua secara nasional setelah Riau.

Sejalan dengan melimpahnya produksi CPO dan inti kelapa sawit, melimpah juga limbah cair POME (Palm Oil Mill Effluent) yang jumlahnya cukup signifikan.

”Selama ini, limbah cair POME hanya dimanfaatkan untuk Land Application yang berfungsi sebagai subsitusi pupuk, sekaligus sebagai penjaga kelembapan tanah dan juga sebagai penahan erosi bagi tanaman sawit. Padahal gas metan yang dihasilkan cukup banyak, namun terbuang sia-sia ke ke udara karena belum ada teknologi yang bisa memanfaatkannya secara maksimal,” kata Edward Silalahi, Dy. Head Mill Asian Agri, menjawab wartawan usai peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Pabrik Gunung Melayu Satu (PGS) PT Saudara Sejati Luhur di Asahan, Kamis (23/4/2015).

Dikatakannya, memang sebelumnya telah ada salahsatu perkebunan negara yang memanfaatkan biogas dari POME, namun masih seadanya. ”Wadah limbah ditutupi terpal untuk menangkap biogasnya sebelum dimanfaatkan. Tetapi dianggap kurang maksimal,” cetusnya.

Sebuah PKS (Pabrik Kelapa Sawit) di KIM juga sudah memanfaatkan biogas dari POME untuk membangkitkan listrik, dengan teknologi berbeda. ”Tetapi yang menggunakan teknologi Jepang yang menghasilkan listrik kapasitas 2 MW baru Asian Agri,” kata Ikom Widiarsa, Regional Head Plantation I Asian Agri, menambahkan.

Asian Agri menggunakan teknologi dari Jepang, yakni digester tank dan An MBR tank dari Jepang. Teknologi ini, dinilai lebih unggul dalam prosesnya, karena menggunakan An MBR (Kubota Anaerobic Membrane Bio reactor), sistem dengan Bakteri Thermophilip yang fungsinya mempercepat dan memaksimalkan proses pembentukan gas metan.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/