25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Menggiurkan, Dana Remitensi TKI dari Jepang Capai Rp 2 Triliun

Calon tenaga kerja Indonesia ke Jepang. Di negeri matahari terbit itu, para WNI bisa mendapatkan pendapatan cukup tinggi per bulannya.
Calon tenaga kerja Indonesia ke Jepang. Di negeri matahari terbit itu, para WNI bisa mendapatkan pendapatan cukup tinggi per bulannya.

SUMUTPOS.CO – Jepang merupakan salah satu negara favorit para WNI yang ingin mengadu nasib di negeri orang. Di sana, para WNI bisa mendapatkan pendapatan cukup tinggi per bulannya. Berdasarkan data BNP2TKI, ada sekitar 30 ribu WNI di Jepang. Nah, 14 ribu di antaranya pekerja dengan mekanisme G to G antara pemerintah Indonesia dan Jepang.
Di sana, banyak orang yang menjadi tenaga magang (kenshushei) di perusahaan manufaktur, konstruksi, jasa dan pertanian, tenaga peraway (kangoshi) dan careworker (kaigofukushishi).
‎Gaji mereka dapat antara 120.000 sampai 250.000 yen atau serata Rp 15 sampai 30 juta per bulan. Dari pendapatan tersebut, devisa yang dikirim melalui remitansi mencapai sekitar Rp 2 triliun setiap tahunnya.
“Ke depan dengan ditutupnya Timur Tengah, yang akan ke Jepang tambah banyak. Apalagi akan ada proyek olimpiade di Jepang. Devisa juga akan tambah meningkat,” kata Ketua BNP2TKI Nusron Wahid dalam pembukaan edukasi di Sekolah Republik Indonesia Tokyo, Jepang.
Nah, meski mendapat gaji cukup tinggi, bukan berarti para TKI yang bekerja di Jepang dijamin bisa mempergunakan uangnya dengan baik. “Sebab banyak di antara mereka (TKI) yang waktu mau berangkat hutang dan waktu pulang kembali jual tanah, karena tidak bisa mengelola uang hasil kerjanya. Ini penting harus diedukasi,” ujar Nusron.
Nah, karenanya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BNP2TKI kembali berkolaborasi memberikan edukasi keuangan dan kewirausahaan bagi TKI di Tokyo, Jepang.
Materi yang diberikan dalam literacy dan edukasi ini, adalah pengenalan lembaga dan produk jasa keuangan, seperti perbankan, asuransi, pembiayaan, pasar modal dan lembaga keuangan mikro. Selain itu ada juga materi tentang perencanaan dan pengelolaan keuangan.
“Saya terima kasih ke OJK yang berkomitmen melakukan literacy keuangan kepada yang belum beruntung, salah satunya TKI,” kata Nusron.

Calon tenaga kerja Indonesia ke Jepang. Di negeri matahari terbit itu, para WNI bisa mendapatkan pendapatan cukup tinggi per bulannya.
Calon tenaga kerja Indonesia ke Jepang. Di negeri matahari terbit itu, para WNI bisa mendapatkan pendapatan cukup tinggi per bulannya.

SUMUTPOS.CO – Jepang merupakan salah satu negara favorit para WNI yang ingin mengadu nasib di negeri orang. Di sana, para WNI bisa mendapatkan pendapatan cukup tinggi per bulannya. Berdasarkan data BNP2TKI, ada sekitar 30 ribu WNI di Jepang. Nah, 14 ribu di antaranya pekerja dengan mekanisme G to G antara pemerintah Indonesia dan Jepang.
Di sana, banyak orang yang menjadi tenaga magang (kenshushei) di perusahaan manufaktur, konstruksi, jasa dan pertanian, tenaga peraway (kangoshi) dan careworker (kaigofukushishi).
‎Gaji mereka dapat antara 120.000 sampai 250.000 yen atau serata Rp 15 sampai 30 juta per bulan. Dari pendapatan tersebut, devisa yang dikirim melalui remitansi mencapai sekitar Rp 2 triliun setiap tahunnya.
“Ke depan dengan ditutupnya Timur Tengah, yang akan ke Jepang tambah banyak. Apalagi akan ada proyek olimpiade di Jepang. Devisa juga akan tambah meningkat,” kata Ketua BNP2TKI Nusron Wahid dalam pembukaan edukasi di Sekolah Republik Indonesia Tokyo, Jepang.
Nah, meski mendapat gaji cukup tinggi, bukan berarti para TKI yang bekerja di Jepang dijamin bisa mempergunakan uangnya dengan baik. “Sebab banyak di antara mereka (TKI) yang waktu mau berangkat hutang dan waktu pulang kembali jual tanah, karena tidak bisa mengelola uang hasil kerjanya. Ini penting harus diedukasi,” ujar Nusron.
Nah, karenanya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BNP2TKI kembali berkolaborasi memberikan edukasi keuangan dan kewirausahaan bagi TKI di Tokyo, Jepang.
Materi yang diberikan dalam literacy dan edukasi ini, adalah pengenalan lembaga dan produk jasa keuangan, seperti perbankan, asuransi, pembiayaan, pasar modal dan lembaga keuangan mikro. Selain itu ada juga materi tentang perencanaan dan pengelolaan keuangan.
“Saya terima kasih ke OJK yang berkomitmen melakukan literacy keuangan kepada yang belum beruntung, salah satunya TKI,” kata Nusron.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/