29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dolar AS Tembus Rp14 Ribu

Terpuruknya pasar saham telah membuat sejumlah perusahaan panik. Selain beberapa perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyatakan sudah menyiapkan dana untuk buyback, perusahaan otomotif milik grup Saratoga, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) secara resmi mengumumkan sudah mulai merealisasikannya, kemarin.

Akhir pekan kemarin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang sudah memberikan izin kepada seluruh emiten untuk bisa melakukan buyback tanpa melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hal tersebut hanya diberlakukan pada situasi pasar sedang ambruk seperti saat ini.

Direktur Utama MPMX, Troy Parwata, mengatakan buyback saham perseroan akan dilaksanakan terhitung mulai Senin (24/08) sampai 23 November 2015. “Biaya yang akan dikeluarkan perseroan untuk pelaksanaan pembelian kembali saham adalah biaya pembayaran fee atas perantara pedagang efek yang mana besarnya adalah maksimum 0,29 persen dari setiap transaksi beli,” ujarnya, dalam keterbukaan informasi ke BEI, kemarin.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulisto mengatakan, melemahnya rupiah hingga di kisaran Rp14.000 per USD harus segera diantisipasi oleh pemerintah. Meski menguntungkan untuk ekspor tapi pelemahan ini juga bisa merugikan Indonesia.”Pemerintah tidak boleh memandang sebelah mata terkait pelemahan rupiah ini,” ujarnya.

Dia menyadari melemahnya rupiah merupakan efek dari menguatnya dolar Amerika Serikat namun hal ini juga akibat dari lemahnya struktur ekonomi di dalam negeri.”Rupiah yang turun selama beberapa bulan ini merupakan kelanjutan dari dua tahun sebelumnya, tidak boleh selalu bilang aman tanpa melakukan tindakan apa-apa. Harus ada langkah konkret dari pemerintah,” tegasnya.

Pihaknya berharap pemerintah dapat memgendalikan rupiah supaya jangan terus tertekan. Jika kondisi ini tidak dapat diatasi, pihaknya khawatir makin banyak perusahaan yang gulung tikar karena tidak mampu menyeimbangkan antara biaya produksi dengan harga jual. “Harapan kami rupiah bisa stabil di angka tertentu yang lebih rendah dari saat ini. Jangan sampai ini berlanjut seperti krismon 1998,” pungkasnya. (ken/dyn/dee/gen/bil/wir/jpg/rbb)

Terpuruknya pasar saham telah membuat sejumlah perusahaan panik. Selain beberapa perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyatakan sudah menyiapkan dana untuk buyback, perusahaan otomotif milik grup Saratoga, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) secara resmi mengumumkan sudah mulai merealisasikannya, kemarin.

Akhir pekan kemarin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang sudah memberikan izin kepada seluruh emiten untuk bisa melakukan buyback tanpa melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hal tersebut hanya diberlakukan pada situasi pasar sedang ambruk seperti saat ini.

Direktur Utama MPMX, Troy Parwata, mengatakan buyback saham perseroan akan dilaksanakan terhitung mulai Senin (24/08) sampai 23 November 2015. “Biaya yang akan dikeluarkan perseroan untuk pelaksanaan pembelian kembali saham adalah biaya pembayaran fee atas perantara pedagang efek yang mana besarnya adalah maksimum 0,29 persen dari setiap transaksi beli,” ujarnya, dalam keterbukaan informasi ke BEI, kemarin.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulisto mengatakan, melemahnya rupiah hingga di kisaran Rp14.000 per USD harus segera diantisipasi oleh pemerintah. Meski menguntungkan untuk ekspor tapi pelemahan ini juga bisa merugikan Indonesia.”Pemerintah tidak boleh memandang sebelah mata terkait pelemahan rupiah ini,” ujarnya.

Dia menyadari melemahnya rupiah merupakan efek dari menguatnya dolar Amerika Serikat namun hal ini juga akibat dari lemahnya struktur ekonomi di dalam negeri.”Rupiah yang turun selama beberapa bulan ini merupakan kelanjutan dari dua tahun sebelumnya, tidak boleh selalu bilang aman tanpa melakukan tindakan apa-apa. Harus ada langkah konkret dari pemerintah,” tegasnya.

Pihaknya berharap pemerintah dapat memgendalikan rupiah supaya jangan terus tertekan. Jika kondisi ini tidak dapat diatasi, pihaknya khawatir makin banyak perusahaan yang gulung tikar karena tidak mampu menyeimbangkan antara biaya produksi dengan harga jual. “Harapan kami rupiah bisa stabil di angka tertentu yang lebih rendah dari saat ini. Jangan sampai ini berlanjut seperti krismon 1998,” pungkasnya. (ken/dyn/dee/gen/bil/wir/jpg/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/