Untuk pengamanan kirab budaya yang digelar Minggu (26/11), ribuan personel TNI AD bakal menjadi pagar betis. Ribuan prajurit itu akan berbaris sepanjang 2 kilometer lebih malai dari gedung Medan International Convention Centre (MICC) sampai lokasi pesta di Komplek Bukit Hijau Regency (BHR). “Ada seribu lebih. Karena dari Batalyon saya saja, ada 96 orang kami. Semuanya ini TNI,” ujar seorang prajurit TNI kepada Sumut Pos.
Dijelaskannya, mereka akan berdiri sejajar sekitar 1 meter dari bahu jalan. Untuk posisinya, mereka akan membelakangi jalan, mengantisipasi agar masyarakat yang mungkin akan menonton sehingga memadati trotoar, tidak mendekat ke badan jalan. Begitu juga dengan prajurit di seberangnya.
“Namun jalan yang ini saja yang akan dilalui, jalan arah dari Gatot Subroto ke Jalan Ngumban Surbakti tetap seperti biasa, ” sambungnya.
Disinggung soal pakaian saat menjadi pagar betis, mereka akan mengenakan batik. Namun, batiknya tidak seragam. Hal itu karena diperkirakan memakai batik milik masing-masing Pajurit.
Sementara berdasarkan amatan Sumut Pos, terlihat panser Anoa milik TN-AD standbay di sekitar tenda tempat acara berlangsung. Begitu juga dengan mobil water canon dan Barracuda, terlihat di sana. Begitu juga dengan mobil Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) milik Zeni dan Gegana. Selain itu, mobil Pemadam Kebakaran, juga terlihat stanbay, tidak jauh dari tenda tempat acara. Di luar komplek tempat acara berlangsung, terlihat belasan mobil Dalmas dan Patroli milik TNI, Polisi dan Satpol PP.
Kapendam, Kolonel Inf Edi Hartono yang dikonfirmasi menyebut jalur kirab dijaga oleh serbuan orang yang disebut Pasukan Tirai. Dikatakannya, dari seribuan Pasukan Tirai itu, 500 lebih merupakan Prajurit TNI. Disebutnya, tujuan penempatan Pasukan Tirai untuk mengantisipaai agar tidak ada masyarakat memasuki perlintasan kirab, Minggu (26/11) mendatang karena dikhawatirkan tertabrak atau tersepak oleh Kuda. ” Takutnya kalau kuda terkejut, bisa melompat ke atas, ” ungkap Kapendam.
Untuk Panser Anoa, Barracuda dan Mobil Jihandak di sekitar tenda tempat berlangsungnya acara, dikatakan Kapendam sebagai persiapan untuk mengangkut para tamu utama dalam keadaan darurat. Disinggung soal kendala berarti, Edi mengaku sejauh ini belum ada. Dikatakannya, masyarakat memahami kalau acara ini bukan hanya pesta keluarga, namun pesta masyarakat Medan pada umumnya karena hal tersebut menyangkut nama baik Kota Medan.
“Beritanya ini sudah sampai ke mana-mana. Jadi kalau berhasil, dilihat bahwa Sumatera Utara, kota Medan aman dan nyaman untuk dikunjungi. Hal itu, berpengaruh pada destinasi pariwisata, ” tandas Edi. (gus)