JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Gulung tikarnya industri otomotif asal Amerika seperti General Motors (GM) dan Ford di Indonesia diprediksi tidak akan diikuti oleh pabrikan asal Jepang. Pasalnya, produsen Jepang dinilai mampu mengikuti tren yang sesuai dengan karakter masyarakat negeri ini.
”Prinsipal otomotif Jepang lebih jeli dalam melihat pasar di Indonesia. Kami bisa lihat perbedaan antara produk-produk Jepang dan non-Jepang, baik dari segi bentuk, mesin, maupun teknologinya. Dari beberapa parameter itu, produk Jepang lebih unggul,” ujar pengamat otomotif Suhari Sargo kemarin (26/1).
Menurut dia, Jepang selalu membuat kendaraan yang seusai dengan karakter dan keinginan orang Indonesia. ”Seperti MPV (multi purpose vehicle) yang laris di Indonesia karena Jepang jeli membaca peluang. Mereka sukses melihat karakteristik sosial masyarakat Indonesia yang butuh kendaraan lapang dan bisa mengangkut banyak penumpang,” tuturnya.
Selain itu, kata Suhari, mobil-mobil buatan Jepang lebih efisien, harga terjangkau, dan memiliki biaya perawatan rendah. ”Mobil Jepang irit dalam hal bahan bakar. Mobil Eropa dan Amerika boros. Selain itu, mobil Amerika dan Eropa besar-besar, tidak cocok dengan ukuran badan orang Asia atau Indonesia. Komponen mobil non-Jepang juga mahal,” tambahnya.
Suhari menilai pemerintah tidak terlalu membeda-bedakan perlakuan antara prinsipal Jepang dan non-Jepang. Hanya, Jepang lebih luwes dalam menciptakan produk yang sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia. ”Jepang selalu melihat kelemahan-kelemahan mobil Eropa dan Amerika menjadi kekuatan mereka,” paparnya.
Tidak heran, mobil keluaran Jepang mendominasi pasar di Indonesia sejak puluhan tahun lalu. ”Sejak 1950-an produk Jepang mulai gencar menggusur buatan Amerika dan Eropa. Kita lihat, bukan hanya mobil, tetapi juga lift, alat berat, dan elektronik buatan Jepang. Sekarang mobil Jepang makin mendominasi,” jelasnya.
Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan menilai cabutnya Ford tidak akan memengaruhi industri otomotif di tanah air. ”Mereka tidak punya industri di sini, enggak punya pabrik. Hanya berjualan mobil impor. Secara pasar, penjualannya juga kecil, jadi tidak terlalu berpengaruh,” tegasnya.
Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Johny Darmawan juga mengungkapkan hal serupa. Keluarnya Ford tidak akan mengganggu pasar otomotif nasional. Sebab, penjualan Ford sangat kecil. ”Kalau penjualan mobil sekitar satu juta unit, Ford 10 ribuan itu hanya 1 persen,” jelasnya. (wir/c15/tia/pda)