26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dewan Komisaris Sumber Kekisruhan Bank Sumut 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Krisis kepemimpinan dan carut-marut pergantian pengurus yang membuat turunnya kinerja Bank Sumut 2013 tak lepas dari peran Dewan Komisaris Bank Sumut yang selama ini memaksakan kepentingannya dan mencampuri urusan yang semestinya menjadi kewenangan Direksi.

Penurunan kinerja itu dibenarkan Agus Suryadi, dosen di Program Pascasarjana USU, Minggu (27/4). Dia mengatakan dari laporan keuangan publikasi Bank Sumut tahun 2013 menunjukkan pertumbuhan dana maupun kredit melambat dan non performing loan (NPL) memburuk. Selain itu, rasio permodalan (CAR) yang mendekati batas minimum akan mengakibatkan Bank Sumut sulit melakukan ekspansi kredit maupun perluasan jaringan.

Bahkan, kata dia, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) tahun 2014 ini menyatakan outlook Bank Sumut direvisi menjadi negatif dari yang sebelumnya positif disebabkan melemahnya kualitas aset Bank Sumut untuk hampir semua kategori aset (konsumer, komersial, maupun korporasi) serta permodalan bank yang moderat.

Sementara Bahrein H Siagian pejabat eksekutif Bank Sumut yang dicopot tiba-tiba dari jabatannya sebagai Pemimpin Divisi SDM, kepada wartawan di tempat terpisah, mengatakan kekisruhan yang berdampak pada penurunan kinerja ini terjadi akibat pergantian manajemen yang carut marut.

“Kekisruhan diawali ulah Komisaris Utama sehingga terjadi pemberhentian dua komisaris independen pada Januari 2012. Dampaknya Komite Remunerasi & Nominasi (KRN) otomatis tidak berfungsi dan pergantian dua komisaris independen tak melalui mekanisme KRN yang diatur dalam PBI. Sehingga sejak saat itu usulan pergantian direksi pun diproses KRN tidak sesuai PBI,” kata Bahrein yang lima tahun punya pengalaman sebagai anggota KRN.

Bahkan ketika periode direksi 2008-2012 berakhir Juni 2012, Bank Sumut selama sebulan dipimpin Plt. Direksi yang jelas-jelas melanggar PBI karena belum mengikuti fit & proper test tapi langsung bertugas. “Untung saja BI waktu itu cepat tanggap dan melarang kedua Plt. Direksi itu bertugas. Namun seharusnya, kedua Plt. Direksi itu dikenakan sanksi sesuai PBI yaitu tak boleh lagi menjadi pengurus bank karena sempat mengambil kebijakan strategis dan telah menandatangani banyak dokumen bank. Saya punya data dan kronologis lengkap penyebab kekisruhan Bank Sumut serta siapa yang merekayasa dan bertanggung jawab,” ungkap Bahrein.

Selain kisruh, dia juga mengatakan penurunan kinerja Bank Sumut karena minimnya rasio kecukupan modal (CAR) yang berdampak pada terbatasnya aktivitas Bank. “Penambahan modal itulah yang harusnya menjadi fokus kerja dewan komisaris,” kata Bahrein yang juga pernah menjabat Pemimpin Divisi Treasuri. “Ini malah direksi dan pimpinan divisi yang disuruh mengurus tambahan modal, sementara Dekom jalan-jalan ke cabang dengan dalih mengawal NPL karena perintah RUPS. Sudah terbalik-balik tugas mereka ini, ” tegasnya.

“Di setiap kesempatan Dekom selalu menyatakan penurunan kinerja bank karena kesalahan direksi lalu, ketidakmampuan kami sebagai pegawai,
fraud yang terjadi karena salah promosi dan alasan lain yang mengkambinghitamkan kami. Padahal Dekom itulah sumber permasalahan di Bank Sumut, pemicu iklim tak kondusif dan keresahan pegawai,” katanya.

Bahrein yang dikenal vokal ini mengaku pernah mendengar info pencopotan hingga rencana pemecatan dirinya oleh direksi baru adalah untuk memuluskan langkah Dekom memperpanjang periodesasi kedua kalinya dan memaksakan masuknya direksi berikutnya sesuai keinginan Dekom.

Sebelumnya, ketika ditanya pendapatnya tentang direksi baru dari luar Bank Sumut, Bahrein mengatakan bukan anti orang luar. “Bagus untuk percepatan Bank Sumut yang saat ini termasuk kategori bank besar. Tapi mestinya berkualitas dan selektif. Paling tidak setingkat direksi atau pimpinan divisi di bank besar lain dan sudah teruji kemampuan manajerialnya.

“Bukan hanya karena pernah bertugas di luar negeri saja. Kalaulah Bank Sumut sekarang terpuruk, wajar jika direksinya dari luar untuk memperbaiki. Namun kenyataannya sekarang berkategori sehat menurut BI, pemegang gelar BUMD terbaik se-Indonesia tiga kali berturut-turut hingga saat ini. Bahkan berkinerja sangat bagus 12 kali berturut-turut. Sehingga wajar dan pantas rasanya kalau semua direksi Bank Sumut diberi kesempatan dari pejabat eksekutif internal. Karena internal-lah yang paling tahu kultur, potensi, situasi dan kondisi Bank Sumut,” pungkas Bahrein. (rel/me)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Krisis kepemimpinan dan carut-marut pergantian pengurus yang membuat turunnya kinerja Bank Sumut 2013 tak lepas dari peran Dewan Komisaris Bank Sumut yang selama ini memaksakan kepentingannya dan mencampuri urusan yang semestinya menjadi kewenangan Direksi.

Penurunan kinerja itu dibenarkan Agus Suryadi, dosen di Program Pascasarjana USU, Minggu (27/4). Dia mengatakan dari laporan keuangan publikasi Bank Sumut tahun 2013 menunjukkan pertumbuhan dana maupun kredit melambat dan non performing loan (NPL) memburuk. Selain itu, rasio permodalan (CAR) yang mendekati batas minimum akan mengakibatkan Bank Sumut sulit melakukan ekspansi kredit maupun perluasan jaringan.

Bahkan, kata dia, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) tahun 2014 ini menyatakan outlook Bank Sumut direvisi menjadi negatif dari yang sebelumnya positif disebabkan melemahnya kualitas aset Bank Sumut untuk hampir semua kategori aset (konsumer, komersial, maupun korporasi) serta permodalan bank yang moderat.

Sementara Bahrein H Siagian pejabat eksekutif Bank Sumut yang dicopot tiba-tiba dari jabatannya sebagai Pemimpin Divisi SDM, kepada wartawan di tempat terpisah, mengatakan kekisruhan yang berdampak pada penurunan kinerja ini terjadi akibat pergantian manajemen yang carut marut.

“Kekisruhan diawali ulah Komisaris Utama sehingga terjadi pemberhentian dua komisaris independen pada Januari 2012. Dampaknya Komite Remunerasi & Nominasi (KRN) otomatis tidak berfungsi dan pergantian dua komisaris independen tak melalui mekanisme KRN yang diatur dalam PBI. Sehingga sejak saat itu usulan pergantian direksi pun diproses KRN tidak sesuai PBI,” kata Bahrein yang lima tahun punya pengalaman sebagai anggota KRN.

Bahkan ketika periode direksi 2008-2012 berakhir Juni 2012, Bank Sumut selama sebulan dipimpin Plt. Direksi yang jelas-jelas melanggar PBI karena belum mengikuti fit & proper test tapi langsung bertugas. “Untung saja BI waktu itu cepat tanggap dan melarang kedua Plt. Direksi itu bertugas. Namun seharusnya, kedua Plt. Direksi itu dikenakan sanksi sesuai PBI yaitu tak boleh lagi menjadi pengurus bank karena sempat mengambil kebijakan strategis dan telah menandatangani banyak dokumen bank. Saya punya data dan kronologis lengkap penyebab kekisruhan Bank Sumut serta siapa yang merekayasa dan bertanggung jawab,” ungkap Bahrein.

Selain kisruh, dia juga mengatakan penurunan kinerja Bank Sumut karena minimnya rasio kecukupan modal (CAR) yang berdampak pada terbatasnya aktivitas Bank. “Penambahan modal itulah yang harusnya menjadi fokus kerja dewan komisaris,” kata Bahrein yang juga pernah menjabat Pemimpin Divisi Treasuri. “Ini malah direksi dan pimpinan divisi yang disuruh mengurus tambahan modal, sementara Dekom jalan-jalan ke cabang dengan dalih mengawal NPL karena perintah RUPS. Sudah terbalik-balik tugas mereka ini, ” tegasnya.

“Di setiap kesempatan Dekom selalu menyatakan penurunan kinerja bank karena kesalahan direksi lalu, ketidakmampuan kami sebagai pegawai,
fraud yang terjadi karena salah promosi dan alasan lain yang mengkambinghitamkan kami. Padahal Dekom itulah sumber permasalahan di Bank Sumut, pemicu iklim tak kondusif dan keresahan pegawai,” katanya.

Bahrein yang dikenal vokal ini mengaku pernah mendengar info pencopotan hingga rencana pemecatan dirinya oleh direksi baru adalah untuk memuluskan langkah Dekom memperpanjang periodesasi kedua kalinya dan memaksakan masuknya direksi berikutnya sesuai keinginan Dekom.

Sebelumnya, ketika ditanya pendapatnya tentang direksi baru dari luar Bank Sumut, Bahrein mengatakan bukan anti orang luar. “Bagus untuk percepatan Bank Sumut yang saat ini termasuk kategori bank besar. Tapi mestinya berkualitas dan selektif. Paling tidak setingkat direksi atau pimpinan divisi di bank besar lain dan sudah teruji kemampuan manajerialnya.

“Bukan hanya karena pernah bertugas di luar negeri saja. Kalaulah Bank Sumut sekarang terpuruk, wajar jika direksinya dari luar untuk memperbaiki. Namun kenyataannya sekarang berkategori sehat menurut BI, pemegang gelar BUMD terbaik se-Indonesia tiga kali berturut-turut hingga saat ini. Bahkan berkinerja sangat bagus 12 kali berturut-turut. Sehingga wajar dan pantas rasanya kalau semua direksi Bank Sumut diberi kesempatan dari pejabat eksekutif internal. Karena internal-lah yang paling tahu kultur, potensi, situasi dan kondisi Bank Sumut,” pungkas Bahrein. (rel/me)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/