MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meski Kota Medan masih dihantui pandemi covid-19, yang menyebabkan banyak bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), tak begitu dengan usaha yang dirintis Warsinem. Ayam Penyet Mbak Iwar miliknya, yang sudah ada sejak 2016 lalu, tetap laris manis.
Berlokasi di Jalan Bromo Medan, simpang Jalan Bakti Medan, Warsinem mengaku, bisa menjual hingga 50 porsi ayam penyet per hari. Dia mengaku, warungnya memang berada di wilayah yang strategis, karena dekat dengan Rumah Sakit (RS) Madani Medan.
“Jadi pelanggan saya banyak dari karyawan RS Madani itu. Mereka selalu pesan sama saya, dan itu setiap hari. Sehari pelanggan saya bisa mencapai 50 orang,” ungkap Warsinem kepada Sumut Pos, Senin (26/10).
Iwar, sapaan karib Warsinem, juga mengatakan, telah membuka warung ini sejak 2019 lalu.
Namun, dia memiliki sejumlah warung di beberapa tempat, sejak 2016.
“Semula saya buka di Simpang Jodoh, Medan Tembung. Waktu jualan di Tembung, pelanggan saya banyak dari ojek online,” bebernyan
Menurutnya, selama setahun berjualan, pelanggannya semakin ramai dan penghasilannya juga meningkat.
“Awal buka hanya terjual 1,5 kilogram ayam per hari. Sekarang sudah mencapai 5 kilogram per hari. Alhamdulillah,” ucap wanita berusia 41 tahun ini.
Warsinem menjelaskan, dia punya trik tersendiri untuk menarik pelanggan terus berlangganan. Karna di lokasi dia berjualan tersebut, ramai pedagang lainnya, bahkan sama dengan dagangannya, ayam penyet maupun geprek.
“Harga saya lebih murah. Per porsi ayam geprek hanya Rp10 ribu. Dan saya juga menerapkan sistem antar, tanpa dipungut lagi biaya tambahan. Walau saya harus repot mengantarnya, karena belum ada pekerja, tapi tidak masalah. Namanya juga cari nafkah. Apalagi, saya sudah punya pelanggan tetap, yakni para karyawan RS Madani,” tutur Warsinem lagi.
Meski harga sembako di pasar fluktuatif, Warsinem tetap menjual kulinernya dengan harga tetap.
“Saya paham juga kondisi sekarang. Sejak covid-19 ini, para karyawan RS Madani itu pun gaji mereka dipotong. Makanya saya jual dengan harga murah, tapi tetap mengenyangkan. Porsinya sedikit lebih banyak dibandingkan yang lain. Lagian, harga-harga sembako di pasar pun fluktuatif, tidak terlalu tinggi. Dan kalau pun hari ini harga naik, berlangsungnya tidak terlalu lama. Misalnya minggu ini harga ayam Rp25 ribu, ini lagi naik harganya. Tapi 2 minggu lalu Rp23 ribu. Jadi, tidak berpengaruh ke penghasilan saya,” jelasnya.
Dia juga mengatakan, kuliner ayam geprek pedasnya paling diminati, karena menurut penuturan pelanggan, rasa sambalnya khas, gurih, dan pedas.
“Padahal saya tidak punya racikan khusus, biasa saja. Sebagaimana untuk saya makan, ya seperti itu jugalah makanan yang saya jual,” kata Warsinem.
Warsinem menjelaskan, selama berjualan dari pukul 14.00 WIB hingga 23.00 WIB, dia tidak mengalami hambatan. Bahkan warungnya tidak pernah didatangi Satuan Petugas (Satgas) Covid-19.
“Alhamdulillah lancar-lancar saja. Enggak ngaruh sama covid-19,” sebutnya.
Menurutnya, penghasilannya selama berjualan bisa berkisar Rp300 ribu-Rp500 ribu per hari, tanpa ada tersisa dagangan sedikit pun.
“Seringnya selalu habis. Jarang bersisa. Kalau pun bersisa hanya 3-4 potong ayam saja,” imbuh Warsinem, seraya berharap, agar usaha yang dirintisnya dari nol tersebut, dapat semakin meningkat pelanggannya.
Sementara itu, seorang pelanggan Warung Ayam Penyet Mbak Iwar, Agus Supriadi (30), mengaku, menyukai ayam geprek buatan Warsinem, karena sambalnya yang pedas.
“Biasalah lidah-lidah orang Indonesia. Apalagi harganya juga murah di dalam kondisi covid-19 seperti ini. Kami kan tetap butuh makan. Sementara saya kerja, dan kalau jam makan siang, pasti cari makan di luar. Kebetulan dapat harga makan yang murah serta enak. Jadinya saya pun langganan,” pungkasnya. (mag-1/saz)