25.2 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

24 Perusahaan Merugi, Menteri BUMN Gagal

Menteri BUMN, Rini Sumarno.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Sedikitnya 121 Badan Usaha Milik Negara(BUMN) mengalami kerugian. Dewan Pimpinan Nasional Gerakan Mahasiswa (Gema) Kosgoro menemukan penyebab kerugian BUMN disebabkan oleh BUMN sakit dan BUMN yang merugi. Sebagai perusahaan milik negara, peran BUMN sebagai agen pembangunan yang dituntut mengemban kebijakan dan progam pemerintah. Dan berfungsi sebagai unit usaha komersil yang beroperasi berdasarkan kaidah prinsip-prinsip usaha yang sehat.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Gerakan Mahasiswa Kosgoro HM Untung Kurniadi mengatakan, total kerugian 24 BUMN pada semester I tahun 2017 sebesar Rp 5,852 triliun. Hal ini menandakan ada yang salah dalam manajemen perusahaan BUMN. Menurut Untung, jika dibandingkan tahun lalu, jumlah BUMN yang mengalami kerugian berkurang dari 27 di semester I tahun 2016 menjadi 24 di semester I tahun 2017. Namun, dari sisi nilai kerugian bertambah sedikit, dari Rp 5,826 triliun di semester I tahun 2016 menjadi Rp 5,852 triliun di semester I tahun 2017.

Kerugian BUMN, kata Untung, tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab Kementerian BUMN yang berperan melakukan pembinaan. Dengan masih adanya BUMN yang mengalami kerugian maka Kementerian BUMN tidak melaksanakan fungsi pembinaan dengan baik. ”Ini sebuah indikasi Menteri BUMN gagal membina BUMN,” kata Untung Kurniadi saat diskusi publik dengan tema “BUMN Rugi: Salah urus atau salah pilih?” di Jakarta, Rabu (27/9).

Dikatakan Untung, kerugian BUMN tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab Kementerian BUMN yang berperan melakukan pembinaan. Dengan masih adanya BUMN yang mengalami kerugian maka Kementerian BUMN tidak melaksanakan fungsi pembinaan dengan baik. ”Ini sebuah indikasi Menteri BUMN gagal membina BUMN,” katanya.

Untung menyatakan, peran ideal BUMN sebagai stabilisator ekonomi nasional, mampu menempatkan BUMN sebagai alat kontrol mengendalikan pasok dan kewajaran harga beberapa komoditas, sehingga mampu mencegah terjadinya gejolak distorsi ekonomi nasional. Disamping itu, BUMN memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional. ”Ada sebuah kesalahan dalam memanajemen perusahaan dan menjadi sebuah ketidakwajaran apabila BUMN mengalami kerugian yang tiap tahun meningkat. Padahal orang-orang di dalamnya memiliki keahlian dan profesional,” terangnya.

Hal yang sama diungkapkan, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono. Dia mengatakan, kerugian triliunan yang menerpa BUMN disebabkan oleh budaya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). ”Bukan saja Menteri yang harus diganti, tapi Presidennya pun harus diganti,” ujar Ferry Julianto.

Ferry mengatakan, ada hal yang mendasar yang membedakan antara badan usaha milik negara dan badan usaha milik swasta. Selain budaya, keduanya badan usaha bertolakbelakang atas kondisi manajemennya. Badan usaha milik swasta, menurut Ferry lebih langsing, sedangkan menejemen BUMN terlalu gemuk. ”Kenapa Bank Mandiri merugi, sementara bank BCA untung terus? Ini pertanyaan yang harus dicari solusinya,” ungkapnya. (nas/jpg)

Menteri BUMN, Rini Sumarno.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Sedikitnya 121 Badan Usaha Milik Negara(BUMN) mengalami kerugian. Dewan Pimpinan Nasional Gerakan Mahasiswa (Gema) Kosgoro menemukan penyebab kerugian BUMN disebabkan oleh BUMN sakit dan BUMN yang merugi. Sebagai perusahaan milik negara, peran BUMN sebagai agen pembangunan yang dituntut mengemban kebijakan dan progam pemerintah. Dan berfungsi sebagai unit usaha komersil yang beroperasi berdasarkan kaidah prinsip-prinsip usaha yang sehat.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Gerakan Mahasiswa Kosgoro HM Untung Kurniadi mengatakan, total kerugian 24 BUMN pada semester I tahun 2017 sebesar Rp 5,852 triliun. Hal ini menandakan ada yang salah dalam manajemen perusahaan BUMN. Menurut Untung, jika dibandingkan tahun lalu, jumlah BUMN yang mengalami kerugian berkurang dari 27 di semester I tahun 2016 menjadi 24 di semester I tahun 2017. Namun, dari sisi nilai kerugian bertambah sedikit, dari Rp 5,826 triliun di semester I tahun 2016 menjadi Rp 5,852 triliun di semester I tahun 2017.

Kerugian BUMN, kata Untung, tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab Kementerian BUMN yang berperan melakukan pembinaan. Dengan masih adanya BUMN yang mengalami kerugian maka Kementerian BUMN tidak melaksanakan fungsi pembinaan dengan baik. ”Ini sebuah indikasi Menteri BUMN gagal membina BUMN,” kata Untung Kurniadi saat diskusi publik dengan tema “BUMN Rugi: Salah urus atau salah pilih?” di Jakarta, Rabu (27/9).

Dikatakan Untung, kerugian BUMN tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab Kementerian BUMN yang berperan melakukan pembinaan. Dengan masih adanya BUMN yang mengalami kerugian maka Kementerian BUMN tidak melaksanakan fungsi pembinaan dengan baik. ”Ini sebuah indikasi Menteri BUMN gagal membina BUMN,” katanya.

Untung menyatakan, peran ideal BUMN sebagai stabilisator ekonomi nasional, mampu menempatkan BUMN sebagai alat kontrol mengendalikan pasok dan kewajaran harga beberapa komoditas, sehingga mampu mencegah terjadinya gejolak distorsi ekonomi nasional. Disamping itu, BUMN memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional. ”Ada sebuah kesalahan dalam memanajemen perusahaan dan menjadi sebuah ketidakwajaran apabila BUMN mengalami kerugian yang tiap tahun meningkat. Padahal orang-orang di dalamnya memiliki keahlian dan profesional,” terangnya.

Hal yang sama diungkapkan, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono. Dia mengatakan, kerugian triliunan yang menerpa BUMN disebabkan oleh budaya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). ”Bukan saja Menteri yang harus diganti, tapi Presidennya pun harus diganti,” ujar Ferry Julianto.

Ferry mengatakan, ada hal yang mendasar yang membedakan antara badan usaha milik negara dan badan usaha milik swasta. Selain budaya, keduanya badan usaha bertolakbelakang atas kondisi manajemennya. Badan usaha milik swasta, menurut Ferry lebih langsing, sedangkan menejemen BUMN terlalu gemuk. ”Kenapa Bank Mandiri merugi, sementara bank BCA untung terus? Ini pertanyaan yang harus dicari solusinya,” ungkapnya. (nas/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/