25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Hingga Kuartal III, Bank Mandiri Cetak Laba Rp30,7 Triliun

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Perbankan menggenjot kinerjanya tahun ini. Sampai sembilan bulan pertama 2022, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mampu meraup laba bersih Rp 30,7 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 59,4 persen secara year-on-year (YoY).

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyampaikan, realisasi kredit secara konsolidasi berhasil naik 14,28 persen YoY mencapai Rp 1.167,51 triliun. Berada di atas pertumbuhan kredit industri pada September 2022 sebesar 11 persen YoY.

“Kami tetap fokus pada sektor yang prospektif dan merupakan bisnis turunan dari ekosistem segmen wholesale di setiap wilayah,” ujarnya dalam paparan kinerja keuangan kuartal III, Rabu (26/10).

Kredit korporasi menjadi pilar utama bisnis Bank Mandiri. Dengan tumbuh 12,2 persen YoY menjadi Rp 410 triliun per akhir September 2022.

Dari sisi profitabilitas, return on equity (ROE) tier 1 bank only menyentuh 23,28 persen. Terkerek naik 822 basis poin (bps) secara tahunan. Posisi net interest margin (NIM) konsolidasi terjaga di level 5,42 persen.

Upaya transformasi digital bank berlogo pita emas itu juga telah membuahkan hasil. Menurut Darmawan, kehadiran Livin’ dan Kopra by Mandiri menyumbang pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), khususnya dana murah. Total DPK meningkat 12,13 persen YoY menjadi Rp 1.361,30 triliun.

“Ditopang dana tabungan yang naik 15,1 persen YoY menjadi Rp 533 triliun secara konsolidasi,” terangnya.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Bank Mandiri berkomitmen menjaga kualitas aset. Posisi nonperforming loan (NPL) bank only berada di level 2,3 persen. Pencadangan juga telah dihimpun dengan NPL coverage ratio mencapai 292 persen. Meningkat dari posisi kuartal III tahun lalu sebesar 247 persen.

Darmawan menyatakan, risiko stagflasi perekonomian global memberikan tantangan bagi perekonomian nasional. Meski demikian, dia menilai perekonomian Indonesia secara fundamental masih cukup resiliensi. “Dari surplus neraca perdagangan USD 39,87 miliar dan inflasi yang manageable jika dibandingkan dengan negara-negara lain,” katanya.

Dia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 berkisar 5 persen. Ditopang membaiknya permintaan, meningkatnya mobilitas publik, dan menurunnya kasus Covid-19.

Meski begitu, terdapat sejumlah tantangan perbankan nasional ke depan. Salah satunya, risiko spillover dampak memburuknya perbankan global. Khususnya terhadap eksposur pinjaman dan transaksi. Ada juga potensi pengetatan likuiditas dan meningkatnya suku bunga acuan Bank Indonesia. (jpc/ram)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Perbankan menggenjot kinerjanya tahun ini. Sampai sembilan bulan pertama 2022, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mampu meraup laba bersih Rp 30,7 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 59,4 persen secara year-on-year (YoY).

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyampaikan, realisasi kredit secara konsolidasi berhasil naik 14,28 persen YoY mencapai Rp 1.167,51 triliun. Berada di atas pertumbuhan kredit industri pada September 2022 sebesar 11 persen YoY.

“Kami tetap fokus pada sektor yang prospektif dan merupakan bisnis turunan dari ekosistem segmen wholesale di setiap wilayah,” ujarnya dalam paparan kinerja keuangan kuartal III, Rabu (26/10).

Kredit korporasi menjadi pilar utama bisnis Bank Mandiri. Dengan tumbuh 12,2 persen YoY menjadi Rp 410 triliun per akhir September 2022.

Dari sisi profitabilitas, return on equity (ROE) tier 1 bank only menyentuh 23,28 persen. Terkerek naik 822 basis poin (bps) secara tahunan. Posisi net interest margin (NIM) konsolidasi terjaga di level 5,42 persen.

Upaya transformasi digital bank berlogo pita emas itu juga telah membuahkan hasil. Menurut Darmawan, kehadiran Livin’ dan Kopra by Mandiri menyumbang pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), khususnya dana murah. Total DPK meningkat 12,13 persen YoY menjadi Rp 1.361,30 triliun.

“Ditopang dana tabungan yang naik 15,1 persen YoY menjadi Rp 533 triliun secara konsolidasi,” terangnya.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Bank Mandiri berkomitmen menjaga kualitas aset. Posisi nonperforming loan (NPL) bank only berada di level 2,3 persen. Pencadangan juga telah dihimpun dengan NPL coverage ratio mencapai 292 persen. Meningkat dari posisi kuartal III tahun lalu sebesar 247 persen.

Darmawan menyatakan, risiko stagflasi perekonomian global memberikan tantangan bagi perekonomian nasional. Meski demikian, dia menilai perekonomian Indonesia secara fundamental masih cukup resiliensi. “Dari surplus neraca perdagangan USD 39,87 miliar dan inflasi yang manageable jika dibandingkan dengan negara-negara lain,” katanya.

Dia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 berkisar 5 persen. Ditopang membaiknya permintaan, meningkatnya mobilitas publik, dan menurunnya kasus Covid-19.

Meski begitu, terdapat sejumlah tantangan perbankan nasional ke depan. Salah satunya, risiko spillover dampak memburuknya perbankan global. Khususnya terhadap eksposur pinjaman dan transaksi. Ada juga potensi pengetatan likuiditas dan meningkatnya suku bunga acuan Bank Indonesia. (jpc/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/