28 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Investasi Kendaraan Listrik Terus Tumbuh

SUMUTPOS.CO – Di tengah kondisi ekonomi dunia yang tidak menentu, Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi bagi para pelaku industri manufaktur nasional maupun global. Terbukti, realisasi penanaman modal sektor industri manufaktur mencapai Rp 365,2 triliun sepanjang Januari-September 2022.

“Capaian tersebut meningkat 54 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 236,8 triliun. Kepercayaan diri para investor di sektor industri ini harus tetap dijaga, yang didukung dengan berbagai kebijakan strategis,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Rabu (26/10).

Merujuk data Kementerian Investasi/BKPM, pada Januari-September 2022, sektor industri manufaktur berkontribusi 40,9 persen terhadap total investasi yang mencapai Rp 892,4 triliun. Penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor industri manufaktur sebesar Rp 104,9 triliun. Subsektor yang memberikan andil paling besar adalah industri makanan senilai Rp 38 triliun atau menyumbang 9,2 persen dari total realisasi PMDN Rp 413,1 triliun.

Penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp 260,3 triliun. Subsektor yang menyokong paling besar adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya hingga menyentuh USD 8,5 miliar atau berkontribusi 25,3 persen dari seluruh realisasi PMA yang berada di angka Rp 479,3 triliun.

“Di tengah situasi dunia saat ini yang dilanda krisis pangan, energi, hingga finansial, semua negara sedang berlomba-lomba berebut investasi. Alasannya, dengan investasi ini ada peningkatan nilai tambah, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan devisa,” papar Agus.

Karena itu, pemerintah berfokus menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif dengan menjaga stabilitas ekonomi dan politik yang baik di dalam negeri. “Apalagi, berbagai indikator penting pembangunan terus menunjukkan perbaikan,” jelasnya.

Sementara itu, hasil positif realisasi investasi manufaktur tak lantas membuat pelaku usaha terlalu semringah. Sebab, pengusaha masih berupaya waspada mengantisipasi terjadinya resesi pada tahun depan.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta Kamdani menuturkan bahwa pelaku usaha lebih waspada dalam berekspansi atau mengembangkan usaha pada tahun depan untuk mewaspadai risiko resesi global. “Sebenarnya kita optimistis, tapi tetap berhati-hati. Kalau ekspansi dan lain-lain, kita mesti lihat demand, pasar, dan lain-lain. Yang penting sekarang, di perusahaan cost itu tidak memengaruhi efisiensi,” ujarnya.

Investasi pada sektor-sektor yang sudah menerapkan prinsip tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) diprediksi tetap tumbuh pada tahun depan. Sebab, Indonesia masih memiliki potensi yang belum dioptimalkan. “Seperti kendaraan listrik akan terus jalan,” tandasnya. (jpc/ram)

SUMUTPOS.CO – Di tengah kondisi ekonomi dunia yang tidak menentu, Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi bagi para pelaku industri manufaktur nasional maupun global. Terbukti, realisasi penanaman modal sektor industri manufaktur mencapai Rp 365,2 triliun sepanjang Januari-September 2022.

“Capaian tersebut meningkat 54 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 236,8 triliun. Kepercayaan diri para investor di sektor industri ini harus tetap dijaga, yang didukung dengan berbagai kebijakan strategis,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Rabu (26/10).

Merujuk data Kementerian Investasi/BKPM, pada Januari-September 2022, sektor industri manufaktur berkontribusi 40,9 persen terhadap total investasi yang mencapai Rp 892,4 triliun. Penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor industri manufaktur sebesar Rp 104,9 triliun. Subsektor yang memberikan andil paling besar adalah industri makanan senilai Rp 38 triliun atau menyumbang 9,2 persen dari total realisasi PMDN Rp 413,1 triliun.

Penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp 260,3 triliun. Subsektor yang menyokong paling besar adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya hingga menyentuh USD 8,5 miliar atau berkontribusi 25,3 persen dari seluruh realisasi PMA yang berada di angka Rp 479,3 triliun.

“Di tengah situasi dunia saat ini yang dilanda krisis pangan, energi, hingga finansial, semua negara sedang berlomba-lomba berebut investasi. Alasannya, dengan investasi ini ada peningkatan nilai tambah, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan devisa,” papar Agus.

Karena itu, pemerintah berfokus menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif dengan menjaga stabilitas ekonomi dan politik yang baik di dalam negeri. “Apalagi, berbagai indikator penting pembangunan terus menunjukkan perbaikan,” jelasnya.

Sementara itu, hasil positif realisasi investasi manufaktur tak lantas membuat pelaku usaha terlalu semringah. Sebab, pengusaha masih berupaya waspada mengantisipasi terjadinya resesi pada tahun depan.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta Kamdani menuturkan bahwa pelaku usaha lebih waspada dalam berekspansi atau mengembangkan usaha pada tahun depan untuk mewaspadai risiko resesi global. “Sebenarnya kita optimistis, tapi tetap berhati-hati. Kalau ekspansi dan lain-lain, kita mesti lihat demand, pasar, dan lain-lain. Yang penting sekarang, di perusahaan cost itu tidak memengaruhi efisiensi,” ujarnya.

Investasi pada sektor-sektor yang sudah menerapkan prinsip tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) diprediksi tetap tumbuh pada tahun depan. Sebab, Indonesia masih memiliki potensi yang belum dioptimalkan. “Seperti kendaraan listrik akan terus jalan,” tandasnya. (jpc/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/