30.7 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Tidak Perlu Kuatir Yuan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Radjasa menyatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan akan penggunaan mata uang yuan yang semakin marak.

“Memang ada satu program antara Indonesia dengan Cina yang kita sebut dengan swap arrangement. Di mana kita bisa menggunakan rupiah dalam pembelian, Cina bisa membayar juga dengan yuan untuk itu. Dan ini memang suatu program, dan kita tidak perlu khawatir soal itu. Bahkan itu positif,” ungkap Hatta di Jakarta, Selasa ( 28/6).
Indonesia dan Cina memang telah mempunyai perjanjian pertukaran mata uang bilateral (bilateral swap arrangement). Namun, sejauh ini perjanjian tersebut belum aktif.

Sebelumnya, Bank Indonesia pun mendukung penggunaan Yuan sebagai bagian dari pendekatan multipolar dalam perdagangan dunia, di mana perdagangan tidak bergantung pada satu jenis mata uang saja. Mengingat sejauh ini, mata uang yang menjadi basis nilai tukar dalam perdagangan yaitu dolar AS, Euro, Poundsterling Inggris, dan Yen Jepang.
Ketergantungan terhadap satu jenis mata uang ini, menurut Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia, Difi Ahmad Johansyah, di Jakarta, dapat menimbulkan instabilitas. “Di sini pentingnya yuan karena yuan berasal dari emerging market (pasar sedang berkembang),” ungkap Difi.

Namun, penggunaan Yuan sendiri akan bergantung pada dorongan internasionalisasi yuan oleh bank sentral Cina. Selain itu pasokan yuan pun harus diperhitungkan. (net/jpnn)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Radjasa menyatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan akan penggunaan mata uang yuan yang semakin marak.

“Memang ada satu program antara Indonesia dengan Cina yang kita sebut dengan swap arrangement. Di mana kita bisa menggunakan rupiah dalam pembelian, Cina bisa membayar juga dengan yuan untuk itu. Dan ini memang suatu program, dan kita tidak perlu khawatir soal itu. Bahkan itu positif,” ungkap Hatta di Jakarta, Selasa ( 28/6).
Indonesia dan Cina memang telah mempunyai perjanjian pertukaran mata uang bilateral (bilateral swap arrangement). Namun, sejauh ini perjanjian tersebut belum aktif.

Sebelumnya, Bank Indonesia pun mendukung penggunaan Yuan sebagai bagian dari pendekatan multipolar dalam perdagangan dunia, di mana perdagangan tidak bergantung pada satu jenis mata uang saja. Mengingat sejauh ini, mata uang yang menjadi basis nilai tukar dalam perdagangan yaitu dolar AS, Euro, Poundsterling Inggris, dan Yen Jepang.
Ketergantungan terhadap satu jenis mata uang ini, menurut Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia, Difi Ahmad Johansyah, di Jakarta, dapat menimbulkan instabilitas. “Di sini pentingnya yuan karena yuan berasal dari emerging market (pasar sedang berkembang),” ungkap Difi.

Namun, penggunaan Yuan sendiri akan bergantung pada dorongan internasionalisasi yuan oleh bank sentral Cina. Selain itu pasokan yuan pun harus diperhitungkan. (net/jpnn)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/