25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Depalindo Soroti Pelabuhan Belawan

MEDAN- Dewan Pemakai Jasa Angkutan Indonesia (Depalindo)/Indonesia National Shipper’s Council (INSC) mengaku kagum atas kinerja dan produktivitas pelabuhan di sejumlah negara di Asia diantaranya di China, Hongkong, Singapura dan Malaysia.

Walau tarif logistik terbilang tinggi (high cost), namun tidak menjadi persoalan karena didukung produktivitas yang tinggi.

“Dari sejumlah negara yang kami jalani, China, Hongkong, Singapura dan Malaysia pelabuhannya sungguh luar biasa. Itu karena didukung infrastruktur yang canggih dan kinerja yang baik,” kata Ketua Bidang Infrastruktur Angkutan dan Pelayaran Depalindo Pusat Drs Hendrik Sitompul MM kepada wartawan, usai studi banding ke sejumlah negara di Asia bersama Ketua Umum Depalindo Pusat Toto Dirgantoro.

Hendrik mengakui, pelabuhan di sejumlah negara sudah tertata dengan baik dan dikelola tenaga profesional. Sementara pelabuhan di Indonesia belum ada yang mampu mengikuti dari sisi kinerja dan produktivitas.

“Apalagi seperti pelabuhan yang ada di Belawan dan Pontianak, dua pelabuhan ini sangat parah, jika dibandingkan dengan pelabuhan yang ada di Indonesia, apalagi kalau dibandingkan dengan negara luar, tentu tidak ada apa-apanya,” kata Hendrik yang sebelumnya telah melakukan kunjungan ke pelabuhan Belawan dan Pontianak.

Untuk itu, kata Hendrik, sejumlah pelabuhan di Indonesia harus mau terbuka dengan pihak swasta. Hingga saat ini, pelabuhan di Indonesia yang sudah membuka diri terhadap investor asing yakni Pelindo III di Jawa Timur dengan negara Dubai dan Pelindo II di Tanjung Priuk dari negara Hongkong.
“Itu juga terjadi di negara Malaysia dan Hongkong, pelabuhan di sana lebih banyak dikelola pihak swasta,” kata Hendrik.

Hasil kunjungan dan studi banding dari sejumlah negara itu kata Hendrik, akan dilaporkan kepada pemerintah untuk menjadi acuan, khususnya mengenai kelancaran arus barang.  “Setelah kami mengunjungi sejumlah negara itu, Jika kita bandingkan dengan pelabuhan yang ada di Indonesia, wajar saja biaya ekspor dan Impor tinggi di negara kita, karena pengelola di sejumlah pelabuhan masih jelek,” kata Hendrik yang juga anggota tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor & Impor. (ade)

MEDAN- Dewan Pemakai Jasa Angkutan Indonesia (Depalindo)/Indonesia National Shipper’s Council (INSC) mengaku kagum atas kinerja dan produktivitas pelabuhan di sejumlah negara di Asia diantaranya di China, Hongkong, Singapura dan Malaysia.

Walau tarif logistik terbilang tinggi (high cost), namun tidak menjadi persoalan karena didukung produktivitas yang tinggi.

“Dari sejumlah negara yang kami jalani, China, Hongkong, Singapura dan Malaysia pelabuhannya sungguh luar biasa. Itu karena didukung infrastruktur yang canggih dan kinerja yang baik,” kata Ketua Bidang Infrastruktur Angkutan dan Pelayaran Depalindo Pusat Drs Hendrik Sitompul MM kepada wartawan, usai studi banding ke sejumlah negara di Asia bersama Ketua Umum Depalindo Pusat Toto Dirgantoro.

Hendrik mengakui, pelabuhan di sejumlah negara sudah tertata dengan baik dan dikelola tenaga profesional. Sementara pelabuhan di Indonesia belum ada yang mampu mengikuti dari sisi kinerja dan produktivitas.

“Apalagi seperti pelabuhan yang ada di Belawan dan Pontianak, dua pelabuhan ini sangat parah, jika dibandingkan dengan pelabuhan yang ada di Indonesia, apalagi kalau dibandingkan dengan negara luar, tentu tidak ada apa-apanya,” kata Hendrik yang sebelumnya telah melakukan kunjungan ke pelabuhan Belawan dan Pontianak.

Untuk itu, kata Hendrik, sejumlah pelabuhan di Indonesia harus mau terbuka dengan pihak swasta. Hingga saat ini, pelabuhan di Indonesia yang sudah membuka diri terhadap investor asing yakni Pelindo III di Jawa Timur dengan negara Dubai dan Pelindo II di Tanjung Priuk dari negara Hongkong.
“Itu juga terjadi di negara Malaysia dan Hongkong, pelabuhan di sana lebih banyak dikelola pihak swasta,” kata Hendrik.

Hasil kunjungan dan studi banding dari sejumlah negara itu kata Hendrik, akan dilaporkan kepada pemerintah untuk menjadi acuan, khususnya mengenai kelancaran arus barang.  “Setelah kami mengunjungi sejumlah negara itu, Jika kita bandingkan dengan pelabuhan yang ada di Indonesia, wajar saja biaya ekspor dan Impor tinggi di negara kita, karena pengelola di sejumlah pelabuhan masih jelek,” kata Hendrik yang juga anggota tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor & Impor. (ade)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/