25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Indonesia Impor Daging 10 Ribu Ton

AFP PHOTO / JUNI KRISWANTO Pekerja Rumah Potong Hewan di Surabaya memotong dagung sapi. Jelang Ramadan dan Lebaran tahun ini, Indonesia mengimpor 10 ribu ton dari luar negeri.
AFP PHOTO / JUNI KRISWANTO
Pekerja Rumah Potong Hewan di Surabaya memotong dagung sapi. Jelang Ramadan dan Lebaran tahun ini, Indonesia mengimpor 10 ribu ton dari luar negeri.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Lonjakan harga daging sapi dikhawatirkan bakal semakin liar. Sebab, 10 ribu ton daging impor dari Australia yang diharapkan bisa meredam harga, belum bisa dipastikan kedatangannya. Meski begitu, pemerintah yakin lebaran nanti harga daging bisa Rp80 ribu perkilogram.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Muladno Basar mengatakan, daging impor dari Australia itu belum bisa ditentukan kapan akan datang. Sebab PT Berdikari masih melakukan negosiasi harga dengan sejumlah penjual daging di Australia.

“Berdikari belum bisa memastikan. Kalau sebelum puasa saya tidak yakin, tapi sebelum lebaran pasti sudah masuk,” ujarnya kepada Jawa Pos (grup Sumut Pos), Minggu (29/5).

Muladno menjamin, 10 ribu ton daging impor dari Australia tersebut kualitas bagus dan baru dipotong atau fresh. Dia berharap, datangnya daging beku impor tersebut bisa membuat harga daging sapi di pasaran segera turun.

“Sekarang ini harga daging sapi sudah kelewat tinggi. Tugas pemerintah untuk menurunkannya. Target Rp80 ribu per kilogram,” tegasnya.

Dia mengakui target tersebut diragukan oleh berbagai pihak, terutama pedagang di pasaran. Namun pemerintah siap membanjiri pasar dengan daging sapi impor yang harganya murah.”Saya yakin di beberapa daerah bisa Rp80 ribu per kg. Tapi rata-rata nasional prediksi saya antara Rp 80-85 ribu per kg. Biar saja orang lain pesimis,” tukasnya.

Muladno menilai, importasi diperlukan karena pasokan sapi dari dalam negeri memang kurang. Selain itu rumah pemotongan hewan (RPH) atau jagal juga semakin sedikit. Sementara kebutuhan daging sapi semakin meningkat.

“Jakarta saja hari biasa butuh 1.500-2.000 sapi, kalau Ramadan bisa dua kali lipatnya. Jakarta itu 80 persen kebutuhan nasional,” terangnya.

Sementara itu Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Joni Liano mendukung langkah pemerintah mengimpor 10 ribu ton daging sapi beku dari Australia. Hal ini diperlukan untuk menutup kurangnya kuota impor sapi bakalan.

“Kuartal pertama tahun lalu feedloter (perusahaan penggemukan sapi) dapat jatah 150 ribu ekor, sekarang cuma 100 ribu ekor,” ujarnya.

Dia menerangkan, sapi-sapi impor tersebut tidak bisa langsung dipotong, tetapi harus terlebih dulu digemukkan di dalam negeri. Menurut aturan penggemukan minimal berlangsung selama 100 hari atau sekitar 3-4 bulan.”Aturan itu supaya Indonesia tidak benar-benar menjadi net importir, kita masih kebagian dari sisi penggemukan,” tandasnya.

Dengan sapi-sapi impor itu, pihaknya hanya mampu memasok daging ke pasar konsumsi sekitar 18 ribu ton. Sementara kebutuhan daging selama bulan puasa biasanya mencapai 24 ribu ton. Itu hanya untuk suplai wilayah Jabodetabek.”Jadi kalau kekurangannya tidak segera ditutup dengan daging impor harganya akan semakin melambung tinggi,” katanya.

Sebelumnya Wakil Presiden Jusuf Kalla menuturkan kenaikan harga bahan pokok memang sudah selalu terjadi hampir tiap tahun. Bahkan, dia mencatat dalam sepuluh tahun terakhir selalu terjadi kondisi yang tidak jauh berbeda.”Kebutuhan mendadak. Tapi barang tidak bisa disimpan, dan selalu karena kebutuhan yang bersamaan,” jelasnya.

AFP PHOTO / JUNI KRISWANTO Pekerja Rumah Potong Hewan di Surabaya memotong dagung sapi. Jelang Ramadan dan Lebaran tahun ini, Indonesia mengimpor 10 ribu ton dari luar negeri.
AFP PHOTO / JUNI KRISWANTO
Pekerja Rumah Potong Hewan di Surabaya memotong dagung sapi. Jelang Ramadan dan Lebaran tahun ini, Indonesia mengimpor 10 ribu ton dari luar negeri.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Lonjakan harga daging sapi dikhawatirkan bakal semakin liar. Sebab, 10 ribu ton daging impor dari Australia yang diharapkan bisa meredam harga, belum bisa dipastikan kedatangannya. Meski begitu, pemerintah yakin lebaran nanti harga daging bisa Rp80 ribu perkilogram.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Muladno Basar mengatakan, daging impor dari Australia itu belum bisa ditentukan kapan akan datang. Sebab PT Berdikari masih melakukan negosiasi harga dengan sejumlah penjual daging di Australia.

“Berdikari belum bisa memastikan. Kalau sebelum puasa saya tidak yakin, tapi sebelum lebaran pasti sudah masuk,” ujarnya kepada Jawa Pos (grup Sumut Pos), Minggu (29/5).

Muladno menjamin, 10 ribu ton daging impor dari Australia tersebut kualitas bagus dan baru dipotong atau fresh. Dia berharap, datangnya daging beku impor tersebut bisa membuat harga daging sapi di pasaran segera turun.

“Sekarang ini harga daging sapi sudah kelewat tinggi. Tugas pemerintah untuk menurunkannya. Target Rp80 ribu per kilogram,” tegasnya.

Dia mengakui target tersebut diragukan oleh berbagai pihak, terutama pedagang di pasaran. Namun pemerintah siap membanjiri pasar dengan daging sapi impor yang harganya murah.”Saya yakin di beberapa daerah bisa Rp80 ribu per kg. Tapi rata-rata nasional prediksi saya antara Rp 80-85 ribu per kg. Biar saja orang lain pesimis,” tukasnya.

Muladno menilai, importasi diperlukan karena pasokan sapi dari dalam negeri memang kurang. Selain itu rumah pemotongan hewan (RPH) atau jagal juga semakin sedikit. Sementara kebutuhan daging sapi semakin meningkat.

“Jakarta saja hari biasa butuh 1.500-2.000 sapi, kalau Ramadan bisa dua kali lipatnya. Jakarta itu 80 persen kebutuhan nasional,” terangnya.

Sementara itu Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Joni Liano mendukung langkah pemerintah mengimpor 10 ribu ton daging sapi beku dari Australia. Hal ini diperlukan untuk menutup kurangnya kuota impor sapi bakalan.

“Kuartal pertama tahun lalu feedloter (perusahaan penggemukan sapi) dapat jatah 150 ribu ekor, sekarang cuma 100 ribu ekor,” ujarnya.

Dia menerangkan, sapi-sapi impor tersebut tidak bisa langsung dipotong, tetapi harus terlebih dulu digemukkan di dalam negeri. Menurut aturan penggemukan minimal berlangsung selama 100 hari atau sekitar 3-4 bulan.”Aturan itu supaya Indonesia tidak benar-benar menjadi net importir, kita masih kebagian dari sisi penggemukan,” tandasnya.

Dengan sapi-sapi impor itu, pihaknya hanya mampu memasok daging ke pasar konsumsi sekitar 18 ribu ton. Sementara kebutuhan daging selama bulan puasa biasanya mencapai 24 ribu ton. Itu hanya untuk suplai wilayah Jabodetabek.”Jadi kalau kekurangannya tidak segera ditutup dengan daging impor harganya akan semakin melambung tinggi,” katanya.

Sebelumnya Wakil Presiden Jusuf Kalla menuturkan kenaikan harga bahan pokok memang sudah selalu terjadi hampir tiap tahun. Bahkan, dia mencatat dalam sepuluh tahun terakhir selalu terjadi kondisi yang tidak jauh berbeda.”Kebutuhan mendadak. Tapi barang tidak bisa disimpan, dan selalu karena kebutuhan yang bersamaan,” jelasnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/