Bukan hanya para sahabat yang menilai “gila kerja” Olyn ini, tetapi kedua orangtuanya, yaitu Sofian Sitepu dan Karolina Purba juga keberatan dengan rutinitas anaknya yang termasuk padat. Padahal, kedua orangtuanya masih mampu untuk memenuhi kebutuhan Olyn.
Tetapi, Olyn mampu menyakini kedua orangtuanya, bahwa apa yang dilakukannya saat ini adalah masa depannya, dan berbagai kegiatan ini untuk menghindarinya dari berbagai kegiatan negatif yang sering dilakukan remaja seusianya.
“Saya tidak peduli walau dikatakan cara berpikirnya terlalu tua atau seperti apa, yang penting saya tidak merugikan siapapun, dan saya berhasil mencapai target saya,” ungkapnya.
Di usia muda sudah sukses, bukan berarti jalan yang dilaluinya mudah, sebaliknya Olyn juga pernah merasakan apa yang dinamakan sebagai buah kesabaran, apa pentingnya ikhlas, dan tabah menjalani pekerjaannya.
Semua keindahan itu pernah dirasakannya, tepatnya saat dirinya mengikuti pemilihan Putri Pariwisata 2012 yang lalu. Untuk mendapatkan gelar sebagai Putri Pariwisata Indonesia dan mewakili Indonesia di Miss Tourism Internasional 2012 membuat Olyn melakukan berbagai persiapan. Bukan hanya secara fisik, mental dan otaknya diisi dengan sepenuh hati.
Dalam masa penyisihan, Olyn harus kalah dan tidak masuk dalam tahap 5 besar. Untuk pertama kali, dirinya merasakan kecewa yang sangat besar, tangisan pun tak terbendung, dan dengan perasaan yang campur aduk, Olyn mempertanyakan kepada Tuhan, kenapa dirinya bisa gagal, berbagai usaha sudah dilakukannya, mulai dari menarik perhatian dewan juri, hingga teman-teman finalis.
Sebagai wanita yang telah dididik untuk bisa mengontrol diri, Olyn pun mencoba untuk ikhlas menjalani keputusan tersebut, walau diakuinya, rasa kecewa masih sangat menusuk dirinya.
“Dan saya merasakan hasil keikhlasan itu saat saya dipanggil oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ke Jakarta. Mereka mengutus saya sebagai wakil Indonesia dalam pemilihan Miss Tourism International 2012. Saya bertanya, kenapa saya, karena saya bukan pemenang dalam Putri Pariwisata,” lanjutnya.
Kesabarannya pun di uji, saat publik tahu bahwa dirinya yang mewakili Indonesia, bukan yang keluar menjadi pemenang. Saat itu, Olyn hanya mampu menjawab dengan kualitas diri yang dimilikinya.
“Saya memilih diam, walau seharusnya saya bisa menyombongkan diri, tetapi itu tidak saya lakukan, karena saya merasa hanya waktu yang mampu menjawab. Inilah yang dikatakan, Indah Pada Waktunya,” tutupnya. (ram)