Awalnya Ida Leman tidak pernah berpikir akan menjadi seorang desainer terlemuka di Indonesia, karena ke sibukannya sebagai seorang ibu, istri dan aktris yang menyita banyak waktunya.
Tetapi takdir berkata lain, ahkirnya ilmu yang dipelajarinya semasa SMKK (Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga) jurusan tata busana, mengantarnya menjadi salah satu desainer yang diakui di negeri ini.
Keputusan untuk menjadi desainer juga awalnya dari salah satu temannya yang saat itu menjadi Sekjen Parfi, Aida. Teman sepermainanya itu memaksa dirinya untuk mengikuti pameran yang dilakukannya bersama dengan teman-temannya.
“Itu tahun 1990, saat Aida memaksa saya untuk ikut serta dalam pameran yang diselenggarakannya, padahal ketika itu saya sudah tidak memiliki modal lagi,” ujar ibu dari salah satu aktor Mario Pratama kepada wartawan koran ini di Palladium Plaza Medan, disela-sela nonton bareng film Badai Dalam Negeri.
Pada tahun yang sama, kenang Ida Leman, sinetron Losmen yang dibintanginya sedang masa cuti, sehingga dirinya sudah tidak memiliki penghasilan tambahan. Tetapi karena paksaan teman dan untuk mengisi waktu kosong, tawaran untuk mengikuti pameran tersebutpun diterimanya.
Walaupun saat itu dirinya sudah tidak memiliki modal, tapi ia bertekad bulat untuk memakai uang simpanan anak sebagai modal usaha awal. “Saya pinjam uang simpanan anak, sebanyak Rp400 ribu. Dengan modal tersebut saya beli kain dan baju, saya padu padankan,” ujar wanita yang bernama asli Hidayati Ahmad Leman ini.
Awal pameran tersebut, kata Ida Leman, ia mendapat pujian dari berbagai kalangan. Setelah pameran berakhir, ia lalu merancang baju kurung. Kesibukan sebagai artispun dilupakannya untuk sementara, dan lebih fokus sebagai perancang.
Walaupun mencoba untuk total berada dalam bidang fashion, tetapi ini tidak mudah baginya, terutama saat itu dirinya harus dihadapi pada kenyataan harus menjadi orang tua tunggal. “Suami saya meninggal, padahal saya belum siap,” ujar wanita kelahiran Padang, 16 November 1955 ini.
Ditinggal oleh Irwinsyah yang juga pekerja seni sempat membuat Ida gamang. “Saya ditinggal dengan 3 anak yang masih kecil, usia saya juga belum 40 tahun,” ucapnya.
Sepeninggal suami yang telah bersama bertahun-tahun, sempat membuat Ida bigung, linglung dan tidak tahu harus melakukan apa. “Saya sempat jatuh dan tidak tahu harus berbuat apa, kalau lihat anak nangis, hingga berhari-hari saya masih tersiksa dengan kepergian suami,’ ujarnya.
Kepergian sang suami membuatnya harus menentukan kariernya, memilih karier sebagai artis atau fokus menjadi perancang baju. Atas pertimbangan dengan keluarga, anak dan teman, akhirnya Ida memutuskan untuk menjadi desainer agar dapat meluangkan waktu bersama dengan anak-anaknya.
“Kalau saya tetap menjadi artis, banyak waktu saya akan habis di lokasi syuting, sementara anak masih kecil. Kalau jadi desainer saya bisa melakukannya di rumah,” tambahnya.
Kepergian suaminya itu membuat Ida Leman membutuhkan sosok pelindung. Iapun lalu memutuskan untuk menikah lagi dengan segala pertimbangan yang matang. “Itu bedanya wanita dan pria, seorang wanita pasti mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan dan sudut pandang,” kata Ida.
Keinginan menikah lagi justru mendapat dukungan anak dan keluarga besarnya, iapun akhirnya kembali merajut rumah tangga. Tetapi rumah tangga baru yang dijalaninya pun harus membuat dirinya harus beradaptasi ulang, terutama dengan anak dari sang suami. “Seorang wanita, saat dirinya menjadi ibu, akan sangat mudah untuk menyalurkannya, menjadi seorang ibu itu anugerah, jadi demi anak-anak saya tetap berjuang,” ujarnya.
Sifat suami yang penuh dengan pengertian membuat dirinya sempat lupa diri, semua waktu dihabiskannya dengan bekerja. Hal itu membuat suaminya sempat protes karena dirinya terlalu capek bekerja. “Nah, kalau suami sudah ngomong gitu, maka saya langsung intropeksi diri,” ujarnya.
Bagi Ida Leman, menjadi seorang wanita yang bekerja tidak akan sukses dalam hidupnya bila tanpa dukungan dan pengertian terutama dari suami yang paling dekat dari kita. “Istri yang bekerja dan harus mengurus anak dan rumah, semuanya tidak dapat dikerjakan sekaligus. Karena itu pengertian dan dukungan suami itu sangat penting,” tambahnya.
Untuk mempermudah pekerjaan, Ida selalu pahami semua orang di sekitarnya, terutama 7 anaknya. “Dengan memahami anak, maka kita dapat menciptakan waktu yang berkualitas bersama anak, walau jarang bertemu,”kata Ida.
Bekerja menjadi publik figure juga tidak membuat dirinya lupa untuk menjaga penampilan dan staminanya, tetapi semua itu tidak dilakukannya dengan cara alami. “wanita itu sangat penting, apalagi kalau sampai awet muda. Obat awet muda itu adalah pikiran, jangan pikir dunia saja, tapi akhirat juga agar kita lebih nyaman, balnce pasti lebih bagus daripada berat sebelah kan,” tutupnya tersenyum. (juli ramadhani rambe)