31.8 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Tak Kalah dengan Lelaki

Menjadi petinju wanita tak membuat Siti Aisyah, kelahiran 12 September 1987 ini lantas takut kalau citra keanggunan sebagai seorang wanita tergantikan dengan citra keperkasaan.

Baginya, bertanding di atas ring dan menjadi babak belur memiliki pengalaman dan kenikmatan sendiri. Bahkan, anak kelima dari tujuh bersaudara ini tak khawatir jika dijauhi lelaki karena ‘keperkasaan’ atau kepiawaiannya bermain tinju. “Olahraga tak memilah perempuan atau lelaki, asalkan bisa bermain secara profesional. Sebagai wanita, jangan mau dong kalah dengan lelaki, termasuk dalam memilih olahraga,” ujar wanita yang baru setahun menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dispora Sumut karena prestasinya di tinju.

Anak dari pasangan Syahdan Suendi (almarhum) dan Suartina yang tengah menimba ilmu di UMSU ini mengaku,  meski bermain tinju, tak lantas membuatnya menjadi sok jagoan. Berbagai predikat prestasipun pernah disabet Siti. Yakni, meraih mendali perak di ajang Kejurnas Sumut tahun 2005, meraih perak dan ajang Kejurnas Sumut tahun 2006, meraih mendali Perunggu di Pra-PON tahun 2007 di Bengkalis. Meraih mendali Emas di ajang Sarung Tinju Emas (STE) di Bali tahun 2008, meraih mendali emas diajang PON 2008 di Kaltim.

Kemudian, tahun 2009 meraih Emas diajang Kejurnas di Batam, meraih mendali Perak di ajang STE tahun 2010, meraih emas di Kejurnas Aceh tahun 2010 dan terakhir meraih Emas diajang STE baru-baru ini.

Meski menyadari dirinya tomboy, tapi Siti mengaku tengah berusaha keras merubah penampilannya menjadi feminim. “Aku sekarang lagi mencoba  feminim karena aku udah pakai rok seragam PNS. Ya biar kelihatan anggun aja,” ujarnya terus terang kepada wartawan koran ini.

Ditanya soal pacar, wanita yang sejak mengawali pertandingannya di Kelas 60 ini, ngaku belum mau pacaran dulu. “Nanti dulu ah pacarannya. Belum terpikir. Aku masih kuliah dan mengejar prestasi. Kalau pacaran nanti cuma bikin pusing dan bisa-bisa prestasi menurun,” pungkasnya tersenyum. (laila azizah)

Menjadi petinju wanita tak membuat Siti Aisyah, kelahiran 12 September 1987 ini lantas takut kalau citra keanggunan sebagai seorang wanita tergantikan dengan citra keperkasaan.

Baginya, bertanding di atas ring dan menjadi babak belur memiliki pengalaman dan kenikmatan sendiri. Bahkan, anak kelima dari tujuh bersaudara ini tak khawatir jika dijauhi lelaki karena ‘keperkasaan’ atau kepiawaiannya bermain tinju. “Olahraga tak memilah perempuan atau lelaki, asalkan bisa bermain secara profesional. Sebagai wanita, jangan mau dong kalah dengan lelaki, termasuk dalam memilih olahraga,” ujar wanita yang baru setahun menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dispora Sumut karena prestasinya di tinju.

Anak dari pasangan Syahdan Suendi (almarhum) dan Suartina yang tengah menimba ilmu di UMSU ini mengaku,  meski bermain tinju, tak lantas membuatnya menjadi sok jagoan. Berbagai predikat prestasipun pernah disabet Siti. Yakni, meraih mendali perak di ajang Kejurnas Sumut tahun 2005, meraih perak dan ajang Kejurnas Sumut tahun 2006, meraih mendali Perunggu di Pra-PON tahun 2007 di Bengkalis. Meraih mendali Emas di ajang Sarung Tinju Emas (STE) di Bali tahun 2008, meraih mendali emas diajang PON 2008 di Kaltim.

Kemudian, tahun 2009 meraih Emas diajang Kejurnas di Batam, meraih mendali Perak di ajang STE tahun 2010, meraih emas di Kejurnas Aceh tahun 2010 dan terakhir meraih Emas diajang STE baru-baru ini.

Meski menyadari dirinya tomboy, tapi Siti mengaku tengah berusaha keras merubah penampilannya menjadi feminim. “Aku sekarang lagi mencoba  feminim karena aku udah pakai rok seragam PNS. Ya biar kelihatan anggun aja,” ujarnya terus terang kepada wartawan koran ini.

Ditanya soal pacar, wanita yang sejak mengawali pertandingannya di Kelas 60 ini, ngaku belum mau pacaran dulu. “Nanti dulu ah pacarannya. Belum terpikir. Aku masih kuliah dan mengejar prestasi. Kalau pacaran nanti cuma bikin pusing dan bisa-bisa prestasi menurun,” pungkasnya tersenyum. (laila azizah)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/