Lindswell, Atlet Wushu Peraih Emas di Sea Games ke 26
Sebagai atlet wushu yang berprestasi, Lindswell, peraih emas pertandingan Sea Games ke 26 di cabang olahraga wushu ini tak lupa untuk menjaga penampilannya. Meski menekuni olahraga ‘keras’, tak membuatnya lupa berdandan. Bahkan, sebelum bertanding, Lindswell menyempatkan diri untuk memakai make up di wajahnya.
WUSHU juga mengajarkannya untuk tampil lebih feminim. Sebab, wushu menampilkan keindahan gerak, yang ditunjang dengan pakaian dan rias wajah,” ujar bungsu dari 6 bersaudara ini. Lindswell mengaku, awal terjun sebagai atlet wushu, dirinya berpenampilan tomboy. Sampai-sampai, dia mengatur langkah berjalannya seperti laki-laki biar terlihat gagah. “Tetapi abang dan pelatihku menyarankan agar aku tak perlu berpenampilan tomboy.
Aku disarankan untuk tampil sebisa mungkin secara feminim. Syukurnya aku bisa merubah tomboyku.
Malah, sekarang orang lain tidak pernah nyangka kalau aku atlet,” ungkapnya sambil tertawa. Bukan disaat bertanding saja Lindswell peduli akan kecantikan, tapi juga di kehidupannya seharihari. Sebab, kata dia, jika perempuan tomboy atau feminimin mampu menjaga penampilannya, maka akan membuat orang lain senang melihatnya. “Tampil cantik, bersih dan rapi akan membuat orang lain senang memandang kita, bukan hanya lawan jenis,” ucap Lindswell.
Disadarinya, dengan fisik berkulit putih mulus, wajah oriental dan rambut lurus, ia terkadang menjadi objek godaan pria. Walau belum pernah menerima yang namanya perlakuan tidak menyenangkan dari pria, bukan berarti dirinya tidak menjaga diri. “Jangan kasih kesempatan pada lelaki yang melecehkan wanita. Aneh sekali, ada pria yang suka lecehkan perempuan, apa dia tidak ingat dengan ibu nya di rumah? Menurut aku, lelaki itu tidak normal,” lanjutnya. Berbicara tentang lawan jenis, baginya untuk menarik lawan jenis dengan penampilan itu tidak efektif. Menurutnya, penilaian seseorang akan penampilan itu berbeda. “Tidak semua pria suka wanita rambut panjang, ada juga yang suka rambut pendek.
Rambut pendek bukan berarti tak feminim kan?” tambahnya. Karena itu, aneh baginya bila sudut pandang pria terhadap wanita hanya berdasarkan penampilannya saja. Begitu juga, sudut pandang wanita terhadap dirinya sendiri berdasarkan kecantikan saja. “Kalau cantik itu relatif ya. Kalau pria masih menilai wanita berdasarkan penampilan dan kecantikannya, saya rasa pria itu masih kuno dan tak gentlemen atau bukan pria sejati,” ungkap nya. Menurutnya, lelaki yang modern dan berkembang sesuai zaman adalah lelaki yang tidak menempatkan wanita sebagai pajangan di rumah saja, tapi harus mampu mengajak wanitanya untuk bisa berdiskusi tentang masalah apapun. “Kalau pria zaman dulu itu selalu mencari wanita yang cantik. Makanya ada sebutan Kembang Desa atau Bunga Desa.
Tapi kalau sepengetahuan saya, zaman sekarang, pria itu mencari wanita yang bisa diajak diskusi,” kata dia. Bicara soal masa depan dan cita-cita, gadis kelahiran Binjai 24 September 1991 ini akan terus menekuni olahraga wushunya. Saat ini ia tengah kuliah ditengah kesibukannya berlatih.
Bahkan, dia tercatat sebagai mahasiwa USU Fakultas Psikologi. “Saya tidak mau hanya dipandang sebagai atlet, masa saya menjadi atlet ada batasnya. Jadi saya mempersiapkan diri dengan bekal ilmu juga sebagai prioritas masa depan saya,” ungkapnya. Wanita berkulit putih ini mengaku sengaja memilih jurusan psikologi untuk menunjang kariernya. “Bagi seorang atlet, yang penting adalah keahlian dan mental. Dengan menguasai ilmu jiwa, mental saya dapat dijaga dalam pertandingan. Jadi sangat pas dengan olahraga yang saya tekuni,” ungkapnya. Lindswell mengaku, awal memilih olahraga wushu karena ia hanya ikutikutan saja dengan abang kandungnya yang telah terlebih dulu di olahraga wushu.
Tapi, seiring berjalannya waktu, kini wushu menjadi bagian jiwanya. Apalagi, olahraga ini telah digelutinya sejak usianya 9 tahun. “Wushu olahraga yang menggabungkan beladiri dan seni, jadi ada kekuatan dan kelembutan bersatu di dalamnya. Keren bangetlah,” ungkapnya. Nah, ketenarannya sebagai atlet yang mengharumkan nama Sumut dan Indonesia ini, sempat membuatnya begitu bangga bercampur gugup. Ia banga karena bisa mengharumkan nama Indonesia. Tapi ia juga gugup saat harus diwawancarai wartawan. “Bigung mau jawab apa apa kalau ditanya wartawan, jadinya gugup,” pungkasnya tersenyum. (juli ramadhani rambe)