27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Anugerah Terindah Memilikimu

“Menjadi orangtua dari anak penyandang down syndrome memang tidak gampang. Apalagi dengan terbatasnya informasi dan pengetahuan mengenai anak down syndrome. Tapi Allah sudah menitipkan mereka kepada kita, ia adalah anugerah terindah, karenanya harus kita jaga.”

Mastuanasari (36) terlihat riang, ia tampak ceria sembari memeluk anaknya, Muhammad Rizki (9) yang menderita down syndrome (gangguan perkembangan mental dan fisik). Ia tidak pernah menyerah untuk memberikan pelatihan dan pendidikan kepada anaknya. Bahkan, ia rela tinggal berjauhan dari suaminya, Mugianto (38) hanya untuk membawa Rizki berobat dan mendapat pendidikan khusus bagi anak penyandang down syndrome.
Tepat pada tanggal 23 Mei 2003, Mastuanasari memutuskan untuk menikah dan menjalani hidup bersama suaminya. Setahun genap ia menikah, anaknya, Muhammad Rizki pun lahir. Sungguh hadiah terindah saat ulang tahun pernikahannya. “Sepertinya lengkap sekali hadiah ulang tahun pernikahan saat itu, Rizki lahir tepat pada tanggal 23 Mei 2004,” katanya.
Setelah berjalan beberapa bulan, ia melihat ada kelainan dalam perkembangan anaknya. “Saya lihat perkembangan anak saya sedikit lain, tapi saya tidak mau ambil pusing dan saya simpan sendiri. Setelah akhirnya, pada usianya yang ke – 11 bulan Rizkipun dibawa ke RS tempat pertama kali ia dilahirkan dan setelah diperiksa oleh dokter yang juga merawatnya dari baru lahir mengatakan kalau Rizki terkena penyakit Mongoloid Idiot. Spontan saya langsung kaget,” katanya.
Lanjutnya, setelah itu, kondisinya menjadi drop, apalagi setelah dokter mengatakan kalau perkembangan anaknya akan lambat. Lama berjalan, lama bisa bicara bahkan ada juga yang  tidak bisa berbicara maupun berpikir secara normal. Tidak ada solusi yang dokter berikan, dokter hanya mengatakan untuk menjaga dengan benar Rizki. “Saat itu, saya sangat drop, saya gendong anak saya dan saya letakkan di tempat tidur. Melihatnya, saya menangis, tapi saat saya menangis, Rizkipun ikut menangis, maka langsung saya gendong dia,” ujarnya.
Melihat dirinya yang menangis, suaminya pun langsung menyabarkannya serta mendukung dirinya untuk selalu semangat. “Rizki dititipkan kepada saya, karena Allah percaya kalau saya pasti bisa membesarkannya. Saat itu juga saya meminta petunjukNya, saya ikhlas” katanya.
Perjuanganpun mulai ia lakukan, ia mulai mencari informasi mengenai penyakit anaknya, ia hanya ingin membuktikanya mampu berjalan dan berbicara seperti anak pada umumnya. “Saya mulai membawa Rizki terapi, kalau ada duit saya usahakan ke Medan. Saya juga terus mencari informasi tentang anak down syndrome. Setelah terapi di Medan, saya rutin menerapkan terapi-terapi itu di rumah. Akhirnya perkembangan Rizkipun lebih cepat dibandingkan dengan anak yang mengikuti terapi secara rutin,” ujarnya.
Pada usia Rizki yang ke- 7, ia pun memutuskan untuk pindah ke Medan. Rizkipun dimasukkan ke SLB di Jalan Sumarsono. “Saat acara perayaan down syndrome di Jakarta, ia menyanyikan lagu berjudul ‘Lagu Untuk Mama’ dan diiringi oleh Dian HP music. Rizki mulai berkembang dengan baik. Saya sudah tidak repot lagi merawatnya, bahkan ia selalu membantu saya,” katanya. (puput julianti damanik)

“Menjadi orangtua dari anak penyandang down syndrome memang tidak gampang. Apalagi dengan terbatasnya informasi dan pengetahuan mengenai anak down syndrome. Tapi Allah sudah menitipkan mereka kepada kita, ia adalah anugerah terindah, karenanya harus kita jaga.”

Mastuanasari (36) terlihat riang, ia tampak ceria sembari memeluk anaknya, Muhammad Rizki (9) yang menderita down syndrome (gangguan perkembangan mental dan fisik). Ia tidak pernah menyerah untuk memberikan pelatihan dan pendidikan kepada anaknya. Bahkan, ia rela tinggal berjauhan dari suaminya, Mugianto (38) hanya untuk membawa Rizki berobat dan mendapat pendidikan khusus bagi anak penyandang down syndrome.
Tepat pada tanggal 23 Mei 2003, Mastuanasari memutuskan untuk menikah dan menjalani hidup bersama suaminya. Setahun genap ia menikah, anaknya, Muhammad Rizki pun lahir. Sungguh hadiah terindah saat ulang tahun pernikahannya. “Sepertinya lengkap sekali hadiah ulang tahun pernikahan saat itu, Rizki lahir tepat pada tanggal 23 Mei 2004,” katanya.
Setelah berjalan beberapa bulan, ia melihat ada kelainan dalam perkembangan anaknya. “Saya lihat perkembangan anak saya sedikit lain, tapi saya tidak mau ambil pusing dan saya simpan sendiri. Setelah akhirnya, pada usianya yang ke – 11 bulan Rizkipun dibawa ke RS tempat pertama kali ia dilahirkan dan setelah diperiksa oleh dokter yang juga merawatnya dari baru lahir mengatakan kalau Rizki terkena penyakit Mongoloid Idiot. Spontan saya langsung kaget,” katanya.
Lanjutnya, setelah itu, kondisinya menjadi drop, apalagi setelah dokter mengatakan kalau perkembangan anaknya akan lambat. Lama berjalan, lama bisa bicara bahkan ada juga yang  tidak bisa berbicara maupun berpikir secara normal. Tidak ada solusi yang dokter berikan, dokter hanya mengatakan untuk menjaga dengan benar Rizki. “Saat itu, saya sangat drop, saya gendong anak saya dan saya letakkan di tempat tidur. Melihatnya, saya menangis, tapi saat saya menangis, Rizkipun ikut menangis, maka langsung saya gendong dia,” ujarnya.
Melihat dirinya yang menangis, suaminya pun langsung menyabarkannya serta mendukung dirinya untuk selalu semangat. “Rizki dititipkan kepada saya, karena Allah percaya kalau saya pasti bisa membesarkannya. Saat itu juga saya meminta petunjukNya, saya ikhlas” katanya.
Perjuanganpun mulai ia lakukan, ia mulai mencari informasi mengenai penyakit anaknya, ia hanya ingin membuktikanya mampu berjalan dan berbicara seperti anak pada umumnya. “Saya mulai membawa Rizki terapi, kalau ada duit saya usahakan ke Medan. Saya juga terus mencari informasi tentang anak down syndrome. Setelah terapi di Medan, saya rutin menerapkan terapi-terapi itu di rumah. Akhirnya perkembangan Rizkipun lebih cepat dibandingkan dengan anak yang mengikuti terapi secara rutin,” ujarnya.
Pada usia Rizki yang ke- 7, ia pun memutuskan untuk pindah ke Medan. Rizkipun dimasukkan ke SLB di Jalan Sumarsono. “Saat acara perayaan down syndrome di Jakarta, ia menyanyikan lagu berjudul ‘Lagu Untuk Mama’ dan diiringi oleh Dian HP music. Rizki mulai berkembang dengan baik. Saya sudah tidak repot lagi merawatnya, bahkan ia selalu membantu saya,” katanya. (puput julianti damanik)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/