Menghadapi tantangan membuat hidup ibu satu anak ini bersemangat. Dengan tantangan dapat membuat otaknya terus berjalan untuk berfikir. Dan dengan tantangan dapat membuat dirinya belajar untuk menghadapi hal-hal baru dalam dunia usaha. Begitulah kata Fadillah, pemilik resto Ayam Penyet Medan ini.
Lahir dari keluarga pedagang, wanita kelahiran Medan, tahun 1970 silam ini selalu merasa tidak berguna saat dirinya harus mengganggur dan tidak bekerja. Karena bagi anak ke delapan dari delapan bersaudara ini, bekerja akan memberikan manfaat bagi semua orang.
Bahkan, lahan pekerjaan yang dipilihnya adalah yang bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain juga. “Saya sudah mencoba kerja di kantoran, tetapi tidak betah. Saat ditawari buka usaha oleh abang saya, saya makin semangat dan terus mengembangkan usaha,” ujar wanita tamatan SLTA Muhammaddiyah 1 ini.
Sejak memulai bisnisnya sebagai pedagang, berbagai jenis produk dagangan telah dicobanya, mulai dari berdagang kaset, dagang kain, jasa jahit dan service alat-alat elektronik, dan terkhir membuka usaha rumah makan.
“Sekitar tahun 1991, abang saya menawarkan saya untuk menjadi pedagang. Padahal pada saat itu saya ingin mencoba menjadi PNS. Tapi saya lebih memilih menjadi pedagang pada akhirnya,” ucapnya.
Iapun mengawali usahanya dengan membuka toko kaset. Saat itu dirinya juga sudah menikah dan tengah mengandung. Sayangnya, bawaan ngidam kehamilannya sedikitr aneh, yakni malas bangun pagi. Hal ini membuat toko kaset yang dijalaninya harus tutup untuk beberapa lama.
Menyadari kerugian yang akan dialaminya, Fadillah memberanikan diri untuk membujuk sang suami, Darusman agar mau mengelola toko kasetnya. Padahal pada saat itu, sang suami memiliki pekerjaan. “Saya bujuk suami untuk mengambil alih tugas saya. Saya bilang gaji yang diterima tak seberapa dibandingkan dengan kerugian yang akan dihadapi nantinya,” ujarnya.
Toko kaset yang dibangun pun memberikan keuntungan padanya. Tak tanggung-tanggung, dari keuntungannya kala itu bisa membeli 2 kios di pasar Simalingkar. “Dua kios itu dibagi rata, satu untuk saya dan satu lagi untuk suami dengan usaha masing-masing,” ujarnya.
Namun, entah mengapa, kata Fadillah, tiba-tiba saja ia bosan menekuni usaha dagangannya pada masa itu. Iapun lalu memutuskan untuk berhenti bekerja dan hanya menjadi seorang ibu rumah tangga saja. “Tapi dua bulan saja saya total menjadi ibu rumah tangga yang hanya di rumah saja, tanpa usaha. Setelah itu saya malah semakin bosan tanpa kegiatan,” tambahnya.
Setelah itu dirinya memberikan usaha toko kasetnya kepada keluarganya. Fadillah pun lalu memutuskan memberanikan diri membuka usaha lain, jahitan baju dan sekaligus membuka service alat-alat elektronik. “Untuk membuka usaha ini, saya lumayan mendapat untung. Selama delapan tahun saya lakoni. Tapi lagi-lagi saya sangat suka tantangan. Saya lalu memutuskan membuka usaha lain, usaha warung nasi,” ujarnya mengenang.
Fadillah lalu membuka usaha Nasi Ayam Penyet Medan. Dirinya yang selalu optimis dan menyukai tantangan, semakin giat melakukan usaha berkat dukungan penuh dari suaminya yang pengertian dan penuh kasih.
“Saat membuka cabang Nasi Ayam Penyet Medan di AH Nasution, saya dan suami pisah selama 9 bulan karena ngurus usaha warung nasi kami. Saya sibuk ngurus cabang baru, sementara suami sibuk dengan cabang lama yang di rumah. Suami saya sangat baik, saya sampai terharu dengan pengertiannya akan diri saya,” ujarnya memuji.
Menyadari hakikatnya sebagai pengusaha, penampilan yang menarik menjadi modal untuknya. “Menarik bukan berarti full make up atau dandan habis-habias. Menarik bagi saya cukup bersih dan rapi, jadi enak dilihat,” ucapnya.
Sebagai pengusaha sukses, ia tetap menjalankan kodratnya sebagai istri dan ibu rumah tangga. “Saya selalu menurut dengan perkataan suami. Saya tetap menjalankan aktivitas sebagai ibu rumah tangga,” ujarnya.
Nasi Ayam Penyet miliknya memiliki 2 cabang dengan 28 karyawan. “Bagi saya dagang bukan untuk gaya, tetapi bekerja untuk bisa membuka kapangan pekerjaan bagi orang lain,” pungkasnya. (mag-9)