25.6 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Menopause Dini? Tenang, Bisa Diterapi

 

Foto: Dite Surendra/Jawa Pos Diperagakan Model Viona Merisanti.
Foto: Dite Surendra/Jawa Pos
Diperagakan Model Viona Merisanti.

SUMUTPOS.CO – Setiap perempuan akan datang masanya mengalami menopause. Tidak bisa dicegah atau diperlambat. Tetapi, beberapa hal masih bisa dilakukan agar hidup tetap berkualitas.

 

Menurut dr Indra Yuliati SpOG, normalnya, menopause terjadi di usia lebih dari 40 tahun. Tetapi, tidak semua mengalami menopause di umur itu. Tengok saja pengalaman Ely Sitoresmi, 35, ibu dua anak.

 

Ely pernah mengalami rasa sakit dan nyeri perut yang sangat hebat. Dia pun lantas pergi ke dokter kandungan untuk memeriksakan diri. Melalui USG, diketahui bahwa di dalam dua indung telurnya, masing-masing terdapat satu kista. Selain itu, dua indung telur tersebut terpelintir.

 

Dokter Indra yang menanganinya memutuskan untuk mengangkat dua indung telur itu. Otomatis, karena ’’pabriknya tutup’’, hormon estrogen dalam tubuh Ely turun drastis. Keluhan gejala menopause pun muncul.

 

Ely merasa semakin sensitif alias mudah tersinggung. Dia juga kerap merasakan hawa panas dari dada ke atas yang diikuti dengan keringat dingin dan berdebar-debar. Gejala itu lazim disebut hot flushes. Kulitnya menjadi kering. Dia juga mengalami insomnia. Ely pun merasa rendah diri.

 

Karena keluhan yang dirasa parah, dan memang usianya masih muda, dokter pun memberikan terapi sulih hormon (TSH) kepadanya. Hormon estrogen sintetik plus progesteron dimasukkan.

 

Bentuknya adalah obat minum berupa kaplet. Selain itu, pasien dianjurkan untuk sering mengonsumsi bahan kacang-kacangan yang mengandung estrogen alami.

 

Sejatinya, menurut dr Jimmy Yanuar Anas SpOG (K), menopause adalah momen berhentinya haid karena penurunan fungsi indung telur.

 

’’Penurunan fungsi indung telur itu dapat terjadi secara alami, akibat penyakit tertentu, akibat prosedur tindakan operasi, pengaruh obat, atau kelainan di indung telur karena kelainan bawaan,’’ jelas dokter yang berpraktik di RS Ibu dan Anak Kendangsari tersebut.

 

Ovarium atau indung telur berfungsi untuk memproduksi estrogen yang hilang. Padahal, estrogen memiliki banyak fungsi terhadap tubuh. Akibatnya, banyak fungsi tubuh yang akan terganggu.

 

Nah, yang dialami Ely adalah menopause dini karena terjadi di usia kurang dari 40 tahun. Itu terjadi lantaran indung telur diangkat.

 

Meski begitu, tidak semua perempuan yang mengalami menopause dini harus diberi terapi sulih hormon. Begitu juga sebaliknya. Terapi sulih hormon pun tidak diperuntukkan bagi mereka yang mengalami menopause dini saja.

 

Dokter Indra menjelaskan, orang-orang yang hormon estrogennya sudah turun, tetapi masih ingin mendapat menstruasi, bisa menjalani terapi hormon estrogen itu. Untuk mereka yang masih muda, berusia kurang dari 40 tahun, terapi tersebut ditujukan untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan mengurangi risiko osteoporosis.

 

Namun, terapi itu tidak sembarangan dilakukan. Syaratnya cukup ketat. Pasien harus menjalani medical checkup. Sebab, terapi tersebut akan sangat reaktif terhadap payudara dan indung telur.

 

Estrogen sintetis bisa mempercepat pertumbuhan ’’bibit kanker’’ di dalam payudara atau endometrium. Menurut dr Ernawati SpOG dari RS Mitra Keluarga, penggunaan terapi sulih hormon harus terus dikontrol dan dicek setiap lima tahun. Cek payudara sendiri juga wajib dilakukan setiap bulan.

 

Terapi hormon estrogen tersebut dibarengi dengan terapi progesteron agar estrogen sintetis tidak terlalu reaktif terhadap rahim dan payudara. Dengan hormon anyar itu, peningkatan kualitas hidup setelah masa menopause pun bisa digapai. (ndi/c19/dos)

 

Foto: Dite Surendra/Jawa Pos Diperagakan Model Viona Merisanti.
Foto: Dite Surendra/Jawa Pos
Diperagakan Model Viona Merisanti.

SUMUTPOS.CO – Setiap perempuan akan datang masanya mengalami menopause. Tidak bisa dicegah atau diperlambat. Tetapi, beberapa hal masih bisa dilakukan agar hidup tetap berkualitas.

 

Menurut dr Indra Yuliati SpOG, normalnya, menopause terjadi di usia lebih dari 40 tahun. Tetapi, tidak semua mengalami menopause di umur itu. Tengok saja pengalaman Ely Sitoresmi, 35, ibu dua anak.

 

Ely pernah mengalami rasa sakit dan nyeri perut yang sangat hebat. Dia pun lantas pergi ke dokter kandungan untuk memeriksakan diri. Melalui USG, diketahui bahwa di dalam dua indung telurnya, masing-masing terdapat satu kista. Selain itu, dua indung telur tersebut terpelintir.

 

Dokter Indra yang menanganinya memutuskan untuk mengangkat dua indung telur itu. Otomatis, karena ’’pabriknya tutup’’, hormon estrogen dalam tubuh Ely turun drastis. Keluhan gejala menopause pun muncul.

 

Ely merasa semakin sensitif alias mudah tersinggung. Dia juga kerap merasakan hawa panas dari dada ke atas yang diikuti dengan keringat dingin dan berdebar-debar. Gejala itu lazim disebut hot flushes. Kulitnya menjadi kering. Dia juga mengalami insomnia. Ely pun merasa rendah diri.

 

Karena keluhan yang dirasa parah, dan memang usianya masih muda, dokter pun memberikan terapi sulih hormon (TSH) kepadanya. Hormon estrogen sintetik plus progesteron dimasukkan.

 

Bentuknya adalah obat minum berupa kaplet. Selain itu, pasien dianjurkan untuk sering mengonsumsi bahan kacang-kacangan yang mengandung estrogen alami.

 

Sejatinya, menurut dr Jimmy Yanuar Anas SpOG (K), menopause adalah momen berhentinya haid karena penurunan fungsi indung telur.

 

’’Penurunan fungsi indung telur itu dapat terjadi secara alami, akibat penyakit tertentu, akibat prosedur tindakan operasi, pengaruh obat, atau kelainan di indung telur karena kelainan bawaan,’’ jelas dokter yang berpraktik di RS Ibu dan Anak Kendangsari tersebut.

 

Ovarium atau indung telur berfungsi untuk memproduksi estrogen yang hilang. Padahal, estrogen memiliki banyak fungsi terhadap tubuh. Akibatnya, banyak fungsi tubuh yang akan terganggu.

 

Nah, yang dialami Ely adalah menopause dini karena terjadi di usia kurang dari 40 tahun. Itu terjadi lantaran indung telur diangkat.

 

Meski begitu, tidak semua perempuan yang mengalami menopause dini harus diberi terapi sulih hormon. Begitu juga sebaliknya. Terapi sulih hormon pun tidak diperuntukkan bagi mereka yang mengalami menopause dini saja.

 

Dokter Indra menjelaskan, orang-orang yang hormon estrogennya sudah turun, tetapi masih ingin mendapat menstruasi, bisa menjalani terapi hormon estrogen itu. Untuk mereka yang masih muda, berusia kurang dari 40 tahun, terapi tersebut ditujukan untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan mengurangi risiko osteoporosis.

 

Namun, terapi itu tidak sembarangan dilakukan. Syaratnya cukup ketat. Pasien harus menjalani medical checkup. Sebab, terapi tersebut akan sangat reaktif terhadap payudara dan indung telur.

 

Estrogen sintetis bisa mempercepat pertumbuhan ’’bibit kanker’’ di dalam payudara atau endometrium. Menurut dr Ernawati SpOG dari RS Mitra Keluarga, penggunaan terapi sulih hormon harus terus dikontrol dan dicek setiap lima tahun. Cek payudara sendiri juga wajib dilakukan setiap bulan.

 

Terapi hormon estrogen tersebut dibarengi dengan terapi progesteron agar estrogen sintetis tidak terlalu reaktif terhadap rahim dan payudara. Dengan hormon anyar itu, peningkatan kualitas hidup setelah masa menopause pun bisa digapai. (ndi/c19/dos)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/