Demam tifoid atau yang lebih sering disebut Tipus (bahasa Belanda tyfeus) oleh masyarakat awam merupakan penyakit infeksi bakteri pada usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C. Salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makanan kering, dan tinja.
Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak besar, berusia 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-3 : 1.
Cara penyebaran demam tifoid yaitu kuman S. typhi masuk ke tubuh manusia secara oro-fecal. Penularan salmonella thypi dapat melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses (tinja).
Feses dan muntahan penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap pada makanan yang akan dikonsumsi oleh orang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limfoid.
Masa inkubasi Salmonella typhi antara 7-14 hari, tergantung dari status kekebalan tubuh penderita. Adapun gejala klinisnya pada minggu pertama, gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau bahkan konstipasi beberapa hari, sedangkan pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat dan menetap. Suhu meningkat terutama sore dan malam hari. Pada minggu kedua, gejala menjadi semakin jelas demam tinggi terus menerus (38,8-40,5oC), nafas berbau tak sedap, kulit kering, bibir kering pecah-pecah/terkupas, lidah ditutupi selaput putih kotor (typhoid tounge), dengan tepi kemerahan dan tremor. Pada minggu ketiga anak tampak sakit berat, toksikemia, berat badan menurun drastis, infeksi konjungtiva. Pasien dapat masuk dalam status tifoideus, disertai gangguan kesadaran dari iritabel, apatis, delidrium sampai koma.
Pengobatan demam tifoid anak meliputi: supportif: istirahat (lama dan bentuknya tergantung stadium penyakitnya), cairan dan elektrolit, nutrisi (terutama makanan lunak, mudah dicerna, mengandung cukup cairan, kalori, protein dan vitamin, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas). Pada kasus yang sangat berat kadang diberikan deksametason 1 mg/kgBB/6 jam.
Pencegahan infeksi Salmonella typhi dapat dilakukan dengan vaksinasi dan penerapan pola hidup yang bersih dan sehat. Menjaga higienitas dan sanitasi merupakan hal sederhana namun efektif dan dapat mulai dibiasakan sejak dini . Seperti membiasakan cuci tangan dengan sabun sebelum makan atau menyentuh alat makan/minum, mengkonsumsi makanan bergizi yang sudah dimasak matang, memilih tempat makan yang bersih, membiasakan buang air di kamar mandi, serta mengatur pembuangan sampah. (*)