25.9 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Pelajari Karakternya Bangkitkan Percaya Diri Anak

Kepercayaan diri anak memang harus ditingkatkan. Pasalnya, percaya diri (PD) mengantarkan kesuksesan bagi anak di masa depan. Lantas bagaimana membangkitkan kepercayaan diri anak ? Biro Psikologi HRTE Indonesia (Human Resource Training & Empowermen) Rahmadani Hidayatin, Psi mengatakan sebelumnya, orang tua harus mengenali aspek-aspek apa dan terhadap apa si anak tidak percaya diri. Karena rasa percaya diri itu bukan terhadap aspek semua kehidupannya. Tetapi ada hal tertentu yang membuat anak tidak percaya diri.

PERCAYA DIRI :  Model cilik mengikuti fashion show  Medan. Untuk membangkitkan percaya diri anak, perlu dikenali karakternya. memeragakan busana adat karo  konsep modern saat perlombaan busana  rangka hari Kartini  atrium Paladium Plaza Medan,minggu (21/4)//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
PERCAYA DIRI : Model cilik mengikuti fashion show di Medan. Untuk membangkitkan percaya diri anak, perlu dikenali karakternya. memeragakan busana adat karo dengan konsep modern saat perlombaan busana dalam rangka hari Kartini di atrium Paladium Plaza Medan,minggu (21/4)//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Disebutkannya, ada orang yang punya kemampuan tapi tidak percaya diri. Yang kedua dilihat apakah karena memang dia tipe orang atau anak yang pemalu. ‘’Jadi orang tua harus mempelajari karakter apa si anak yang tidak percaya diri,” ujarnya saat dijumpai di kantornya yakni PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Daerah Sumut yang berada di Jalan Multatuli No.34 X Medan.

Lanjutnya, untuk orang tua juga harus menyesuaikan dengan anak. Misalnya, saat anak disuruh fashion show dan si anak tidak mau, orang tua tidak bisa memaksa. ‘’Kalau si ibu ingin memfasilitasi perkembangan anaknya maka disesuaikan dengan minat dan bakatnya dong. Kalau si anak minat bernyanyi apabila dilatih dan dididik terus menerus maka percaya dirinya akan muncul sendiri,” ujar wanita berjilbab ini.

Sambung wanita yang juga berprofesi sebagai dosen ini, sebab seringnya anak-anak kehilangan percaya diri saat berkompetisi dimungkinkan karena setiap kali dia kalah dia tidak diapresiasi malah disalahkan. ‘’Jadi si anak tidak punya motivasi untuk kedepannya. Sehingga dia minder duluan secara mental blokingnya. Karena si anak berfikir aku sudah tak mampu lagi,” pungkasnya.

Sedangkan, bagi anak yang tidak percaya diri dalam pergaulannya, itu biasanya karen dia bukan orang yang mudah beradaptasi, dia membutuhkan waktu untuk mengenali orang-orang di sekelilingnya. ‘’Kedua dia perlu memilih orang-orang yang sesuai dengan dirinya. Jadi, itu juga proses yang harus dilakukan. Berarti proses inter personal skill nya. Bukan karena tidak percaya dirinya saja,” ucapnya.

Jadi, jika ada anak yang tidak percaya diri bergaul dengan orang disekelilingnya, yang harus dilakukan orang tua adalah memcari tahu apa yang membuat dia khawatir berinteraksi dengan orang. “Ketika diketahui bahwa dia tidak diterima dalam kelompok. Maka, ajarkan apa bisa membuat dia diterima dalam kelompoknya. Seperti kemampuan berpenampilan, komunikasi si anak, dan keterampilan menghargai orang atau keterampilan menyesuaikan aturan-aturan yang ada dilingkungan. Jadi peran orang tua jalinlah komunikasi,” ungkap Rahmadhani. (mag-12)

Kepercayaan diri anak memang harus ditingkatkan. Pasalnya, percaya diri (PD) mengantarkan kesuksesan bagi anak di masa depan. Lantas bagaimana membangkitkan kepercayaan diri anak ? Biro Psikologi HRTE Indonesia (Human Resource Training & Empowermen) Rahmadani Hidayatin, Psi mengatakan sebelumnya, orang tua harus mengenali aspek-aspek apa dan terhadap apa si anak tidak percaya diri. Karena rasa percaya diri itu bukan terhadap aspek semua kehidupannya. Tetapi ada hal tertentu yang membuat anak tidak percaya diri.

PERCAYA DIRI :  Model cilik mengikuti fashion show  Medan. Untuk membangkitkan percaya diri anak, perlu dikenali karakternya. memeragakan busana adat karo  konsep modern saat perlombaan busana  rangka hari Kartini  atrium Paladium Plaza Medan,minggu (21/4)//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
PERCAYA DIRI : Model cilik mengikuti fashion show di Medan. Untuk membangkitkan percaya diri anak, perlu dikenali karakternya. memeragakan busana adat karo dengan konsep modern saat perlombaan busana dalam rangka hari Kartini di atrium Paladium Plaza Medan,minggu (21/4)//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Disebutkannya, ada orang yang punya kemampuan tapi tidak percaya diri. Yang kedua dilihat apakah karena memang dia tipe orang atau anak yang pemalu. ‘’Jadi orang tua harus mempelajari karakter apa si anak yang tidak percaya diri,” ujarnya saat dijumpai di kantornya yakni PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Daerah Sumut yang berada di Jalan Multatuli No.34 X Medan.

Lanjutnya, untuk orang tua juga harus menyesuaikan dengan anak. Misalnya, saat anak disuruh fashion show dan si anak tidak mau, orang tua tidak bisa memaksa. ‘’Kalau si ibu ingin memfasilitasi perkembangan anaknya maka disesuaikan dengan minat dan bakatnya dong. Kalau si anak minat bernyanyi apabila dilatih dan dididik terus menerus maka percaya dirinya akan muncul sendiri,” ujar wanita berjilbab ini.

Sambung wanita yang juga berprofesi sebagai dosen ini, sebab seringnya anak-anak kehilangan percaya diri saat berkompetisi dimungkinkan karena setiap kali dia kalah dia tidak diapresiasi malah disalahkan. ‘’Jadi si anak tidak punya motivasi untuk kedepannya. Sehingga dia minder duluan secara mental blokingnya. Karena si anak berfikir aku sudah tak mampu lagi,” pungkasnya.

Sedangkan, bagi anak yang tidak percaya diri dalam pergaulannya, itu biasanya karen dia bukan orang yang mudah beradaptasi, dia membutuhkan waktu untuk mengenali orang-orang di sekelilingnya. ‘’Kedua dia perlu memilih orang-orang yang sesuai dengan dirinya. Jadi, itu juga proses yang harus dilakukan. Berarti proses inter personal skill nya. Bukan karena tidak percaya dirinya saja,” ucapnya.

Jadi, jika ada anak yang tidak percaya diri bergaul dengan orang disekelilingnya, yang harus dilakukan orang tua adalah memcari tahu apa yang membuat dia khawatir berinteraksi dengan orang. “Ketika diketahui bahwa dia tidak diterima dalam kelompok. Maka, ajarkan apa bisa membuat dia diterima dalam kelompoknya. Seperti kemampuan berpenampilan, komunikasi si anak, dan keterampilan menghargai orang atau keterampilan menyesuaikan aturan-aturan yang ada dilingkungan. Jadi peran orang tua jalinlah komunikasi,” ungkap Rahmadhani. (mag-12)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/