32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Medan Diserang Hoax Penculikan Anak

AKBP MP Nainggolan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Beberapa hari belakangan, Kota Medan diserang hoax (kabar bohong) penculikan anak. Isu tersebut begitu massif menyebar melalui media sosial. Akibatnya, banyak warga yang resah.

Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) buru-buru memberikan penegasan pasca viralnya kabar tersebut di media sosial. Hingga Rabu (31/10) belum ada satupun laporan kasus penculikan anak terjadi di Medan.

“Jadi Kota Medan ini sedang diserang hoax. Informasi penculikan anak itu hoax semua,” ungkap Kasubbid Penerangan Masyarakat (Penmas) Bid Humas Polda Sumut, AKBP MP Nainggolan kepada Sumut Pos, kemarin (31/10).

Ia berani menegaskan hal itu setelah pihaknya mengecek ke lapangan. Kepada masyarakat yang menerima informasi tersebut, agar tidak mudah percaya. Apalagi malah membuat gaduh.

“Sudah kita pastikan informasi tentang penculikan anak yang tersebar di sosmed itu hoax. Saya berharap masyarakat jangan percaya dengan isu yang menyesatkan,” katanya.

Mengenai informasi ada warga yang melakukan penangkapan terhadap perempuan di seputaran Pancurbatu lantaran dituding melakukan penculikan anak, kata Nainggolan, itu kabar yang hanya membuat gaduh.

“Nah seperti kasus ini, katanya menculik anak. Tapi tidak ada anaknya dan masyarakat tidak membuat laporan ke polisi. Berarti dugaan saya, ini hanya untuk membuat takut saja,” katanya.

Kabar soal penculikan anak juga santer dan menghebohkan warga yang bermukim di Kelurahan Kota Bangun. Informasi yang menyebar ada tiga anak yang menjadi korban penculikan.

Menyikapi hal itu, Kapolsek Medan Labuhan Kompol Rosyid Hartanto pun bersuara. Rosyid mengaku, anggotanya belum ada menerima laporan penculikan anak di seputaran wilayah hukum yang ia pimpin.

“Dalam waktu 24 jam terakhir ada tiga kejadian yang diduga sebagai aksi penculikan anak dan ternyata itu tidak benar,” katanya menjawab konfirmasi dari wartawan, Rabu (31/10).

Dijelaskannya, kejadian pertama itu ada seorang yang diketahui bernama Rasyida Omar Balatif (49) yang dituduh sebagai penculik anak oleh warga. Itu karena ia karena mondar mandir dengan gelagat yang mencurigakan.

“Yang bersangkutan sempat dihakimi warga. Ternyata wanita itu mengalami depresi dan langsung dijemput oleh keluarga yang tinggal di Jalan Bambu, Kota Medan,” ujarnya.

Kejadian kedua, ada seorang warga yang diketahui bernama Lamni Ambarita warga Jalan Mangaan, Mabar. Wanita berusia 48 tahun ini dituduh sebagai penculik anak berdasarkan pengaduan seorang anak kepada orangtuanya karena merasa diikuti.

“Setelah dicek ke lokasi, wanita tersebut mengalami penyakit kejiwaan dan sedang berjalan mengikuti rel kereta api,” ujarnya.

Kemudian kejadian terakhir, Yeheskiel Simanjuntak (8) warga Jalan Anggrek Kelurahan Besar, diisukan sebagai korban penculikan anak. Isu itu tersebar, karena anak tersebut tidak dijumpai di sekolah saat dijemput orangtuanya.

“Yeheskiel ditemukan didekat sekolah kakaknya dan mengaku dibonceng seorang pria dan diberikan sebuah roti namun dibuang oleh dirinya,” katanya.

Dari hasil penyelidikan, Yeheskiel mengaku sengaja mengarang cerita kalau dia dibawa oleh orang tak dikenal karena takut dimarahi orangtuanya. “Singkat cerita anak ini tadi membolos dari sekolah,” pungkasnya.(dvs/ala)

AKBP MP Nainggolan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Beberapa hari belakangan, Kota Medan diserang hoax (kabar bohong) penculikan anak. Isu tersebut begitu massif menyebar melalui media sosial. Akibatnya, banyak warga yang resah.

Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) buru-buru memberikan penegasan pasca viralnya kabar tersebut di media sosial. Hingga Rabu (31/10) belum ada satupun laporan kasus penculikan anak terjadi di Medan.

“Jadi Kota Medan ini sedang diserang hoax. Informasi penculikan anak itu hoax semua,” ungkap Kasubbid Penerangan Masyarakat (Penmas) Bid Humas Polda Sumut, AKBP MP Nainggolan kepada Sumut Pos, kemarin (31/10).

Ia berani menegaskan hal itu setelah pihaknya mengecek ke lapangan. Kepada masyarakat yang menerima informasi tersebut, agar tidak mudah percaya. Apalagi malah membuat gaduh.

“Sudah kita pastikan informasi tentang penculikan anak yang tersebar di sosmed itu hoax. Saya berharap masyarakat jangan percaya dengan isu yang menyesatkan,” katanya.

Mengenai informasi ada warga yang melakukan penangkapan terhadap perempuan di seputaran Pancurbatu lantaran dituding melakukan penculikan anak, kata Nainggolan, itu kabar yang hanya membuat gaduh.

“Nah seperti kasus ini, katanya menculik anak. Tapi tidak ada anaknya dan masyarakat tidak membuat laporan ke polisi. Berarti dugaan saya, ini hanya untuk membuat takut saja,” katanya.

Kabar soal penculikan anak juga santer dan menghebohkan warga yang bermukim di Kelurahan Kota Bangun. Informasi yang menyebar ada tiga anak yang menjadi korban penculikan.

Menyikapi hal itu, Kapolsek Medan Labuhan Kompol Rosyid Hartanto pun bersuara. Rosyid mengaku, anggotanya belum ada menerima laporan penculikan anak di seputaran wilayah hukum yang ia pimpin.

“Dalam waktu 24 jam terakhir ada tiga kejadian yang diduga sebagai aksi penculikan anak dan ternyata itu tidak benar,” katanya menjawab konfirmasi dari wartawan, Rabu (31/10).

Dijelaskannya, kejadian pertama itu ada seorang yang diketahui bernama Rasyida Omar Balatif (49) yang dituduh sebagai penculik anak oleh warga. Itu karena ia karena mondar mandir dengan gelagat yang mencurigakan.

“Yang bersangkutan sempat dihakimi warga. Ternyata wanita itu mengalami depresi dan langsung dijemput oleh keluarga yang tinggal di Jalan Bambu, Kota Medan,” ujarnya.

Kejadian kedua, ada seorang warga yang diketahui bernama Lamni Ambarita warga Jalan Mangaan, Mabar. Wanita berusia 48 tahun ini dituduh sebagai penculik anak berdasarkan pengaduan seorang anak kepada orangtuanya karena merasa diikuti.

“Setelah dicek ke lokasi, wanita tersebut mengalami penyakit kejiwaan dan sedang berjalan mengikuti rel kereta api,” ujarnya.

Kemudian kejadian terakhir, Yeheskiel Simanjuntak (8) warga Jalan Anggrek Kelurahan Besar, diisukan sebagai korban penculikan anak. Isu itu tersebar, karena anak tersebut tidak dijumpai di sekolah saat dijemput orangtuanya.

“Yeheskiel ditemukan didekat sekolah kakaknya dan mengaku dibonceng seorang pria dan diberikan sebuah roti namun dibuang oleh dirinya,” katanya.

Dari hasil penyelidikan, Yeheskiel mengaku sengaja mengarang cerita kalau dia dibawa oleh orang tak dikenal karena takut dimarahi orangtuanya. “Singkat cerita anak ini tadi membolos dari sekolah,” pungkasnya.(dvs/ala)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/