25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Sandal Jepit Ungkap Pembunuh Veteran

Foto: Riza/PM Cucu korban, Acan Barus, menunjukkan foto semasa hidup Rinte Sembiring.
Foto: Riza/PM
Cucu korban, Acan Barus, menunjukkan foto semasa hidup Rinte Sembiring.

TIGAPANAH, SUMUTPOS.CO – Masih ingat Rinte br Sembiring Kembaren (90), pensiunan veteran perang berpangkat Sersan Mayor yang mayatnya ditemukan ngapung di sungai tak jauh dari rumahnya, Dusun I Desa Suka Pilihen, Kec. Tigapanah, Jumat (30/5) lalu?

Empat hari berlalu, sepasang sandal jepit akhirnya mengungkap misteri tewasnya ibu 6 anak itu. Siapa sangka, ternyata korban dihabisi oleh seorang ABG yang masih berusia 15 tahun.

Usai mengambil uang korban, pelaku berinisial RN, warga Dusun Manik Maria, Desa Pegagan Julu, Kec. Sumbul, Dairi itu lantas membuang jasad Rinte ke sungai. Sekedar mengingatkan, kematian Rinte diketahui setelah keluarga sempat mencari keberadaannya selama 4 hari. Jenazah wanita bernasib naas ini belakangan ditemukan terapung oleh cucunya.

Begitu melihat kondisi jasad dan hilangnya cincin korban, keluarga sangat yakin kalau Rinte dibunuh. Atas kecurigaan itu pula, polisi mendalami kasus tersebut dengan meminta keterangan saksi-saksi, yang berasal dari keluarga korban.

Hasil pemeriksaan, kecurigaan polisi akhirnya mengarah kepada RN. Itu berawal dari ditemukannya sepasang sandal jepit warna hijau di perladangan sekitar rumah Rinte, tak jauh lokasi temuan mayat. Ketika keluarga korban dan warga sekitar bertanya-tanya tentang siapa pemilik sandal tersebut, tiba-tiba RN datang sembari mengaku kalau sandal tersebut adalah miliknya.

Atas pengakuan tersebut, keluarga langsung curiga kalau ABG tamatan SD itu ada kaitannya dengan kematian Rinte. Dengan dibantu beberapa jiran, RN lantas diserahkan ke Polsek Tigapanah setelah sebelumnya diinterogasi warga, Senin (2/6) sore.

Saat ditemui wartawan di Mapolsek pada Selasa (3/6) siang, RN didampingi kuasa hukumnya, mengakui perbuatannya yang menghilangkan nyawa Rinte. “Benar, memang aku yang melakukannya bang,” akunya.

Disebutkannya, sejak beberapa waktu lalu, dirinya merantau ke desa tempat korbannya tinggal. Ironisnya, RN mengaku telah merencanakan perbuatan kejinya itu.

Dikisahkan RN, Senin (26/5) sekitar pukul 14.00 WIB lalu, RN melihat korban sedang sibuk mencabut rumput di areal perladangan. Begitu memastikan sekitar lokasi sunyi, dirinya mengambil batang kopi yang telah ia disiapkan sebelumnya. Batang kopi itu langsung dihantamkan pelaku tepat mengenai tengkuk korban sebanyak dua kali. Seketika itu juga, Rinte tersungkur ke tanah dan pingsan.

Langkah berikutnya, RN menyeret Rinte sekitar 5 meter melintasi kebun kopi menuju jurang yang ada aliran sungai di bawahnya. Upaya RN tidak mulus. Ketika diseret, korban sempat sadar, hingga RN yang panic kembali memukul kepala korban menggunakan bambu.

Melihat korbannya tak bergerak lagi, RN lalu mengambil dompet berisi uang korban sebanyak Rp1.215.000 dari kantong sebelah kanan. “Soal cincin atau yang lain, aku tidak ada mengambilnya. Kemungkinan barang-barang itu tercecer saat aku menyeret korban,” imbuhnya.

Setelah memastikan tidak ada lagi barang berharga korban yang tersisa, RN lantas membuang tubuh Rinte ke sungai di bawah jurang. Lagi-lagi upayanya tidak mulus. Leher Rinte sangkut di antara bambu. Itu pula yang memaksanya harus turun ke jurang dan kembali mendorong tubuh korban, hingga akhirnya dipastikan hanyut terbawa air sungai.

“Sempat kulihati tubuh nenek ketika dibawa arus sungai. Waktu itu dia belum mati, karena aku lihat mulutnya masih bergerak–gerak. Selanjutnya aku membuang sarung tangan yang kupakai saat itu, beserta dompet dan cincin korban ke dalam sungai tersebut,” ungkapnya sedikit berbeda dengan keterangan sebelumnya, terkait cincin korban.

Di hadapan penyidik, RN mengaku dirinya sangat yakin aksinya tidak akan ketahuan. Keyakinannya tersebut karena dia turut membuang sarung tangan yang dipakainya usai membunuh.

Sekedar mengingatkan, setelah empat hari menghilang, Jumat (30/5) sekira pukul 09.00 WIB, Rinte akhirnya ditemukan tewas ngambang di sungai. Adalah

cucu korban, Dasar als Acan Barus (34) yang pertama kali menemukan jasad Rinte yang biasa dipanggil Nini Birng itu.

“Kami sudah mencari hingga perladangan Losnia. Rupanya nenek tewas di sungai dekat rumah,” ujar Dasar kala itu. Masih kata Dasar, Rinte merupakan pensiunan veteran berpangkat Sersan Mayor (Serma). “Asal ngambil gaji di kantor pos, aku yang temani dia. Makanya kutahu Nenek menerima gaji pensiun sebesar Rp1,8 juta,” katanya.

Sementara itu, keluarga korban lainnya mengisahkan, Senin (26/5) lalu sekira jam 10.00 WIB, Rinte masih terlihat sehat dan beraktifitas di sekitar rumahnya. “Secara fisik, korban sangat sehat. Sebelum menghilang, bibi hendak menghadiri pesta adat,” ujar Y br Sembiring (41), keponakan korban.

Walau belum mengetahui hasil visum, Y br Sembiring dan keluarga curiga kalau Rinte tewas dibunuh. Alasannya, selain memiliki banyak uang, cincin suasa yang melingkar di jari manis tangan kirinya hilang. (riz/smg/deo)

Foto: Riza/PM Cucu korban, Acan Barus, menunjukkan foto semasa hidup Rinte Sembiring.
Foto: Riza/PM
Cucu korban, Acan Barus, menunjukkan foto semasa hidup Rinte Sembiring.

TIGAPANAH, SUMUTPOS.CO – Masih ingat Rinte br Sembiring Kembaren (90), pensiunan veteran perang berpangkat Sersan Mayor yang mayatnya ditemukan ngapung di sungai tak jauh dari rumahnya, Dusun I Desa Suka Pilihen, Kec. Tigapanah, Jumat (30/5) lalu?

Empat hari berlalu, sepasang sandal jepit akhirnya mengungkap misteri tewasnya ibu 6 anak itu. Siapa sangka, ternyata korban dihabisi oleh seorang ABG yang masih berusia 15 tahun.

Usai mengambil uang korban, pelaku berinisial RN, warga Dusun Manik Maria, Desa Pegagan Julu, Kec. Sumbul, Dairi itu lantas membuang jasad Rinte ke sungai. Sekedar mengingatkan, kematian Rinte diketahui setelah keluarga sempat mencari keberadaannya selama 4 hari. Jenazah wanita bernasib naas ini belakangan ditemukan terapung oleh cucunya.

Begitu melihat kondisi jasad dan hilangnya cincin korban, keluarga sangat yakin kalau Rinte dibunuh. Atas kecurigaan itu pula, polisi mendalami kasus tersebut dengan meminta keterangan saksi-saksi, yang berasal dari keluarga korban.

Hasil pemeriksaan, kecurigaan polisi akhirnya mengarah kepada RN. Itu berawal dari ditemukannya sepasang sandal jepit warna hijau di perladangan sekitar rumah Rinte, tak jauh lokasi temuan mayat. Ketika keluarga korban dan warga sekitar bertanya-tanya tentang siapa pemilik sandal tersebut, tiba-tiba RN datang sembari mengaku kalau sandal tersebut adalah miliknya.

Atas pengakuan tersebut, keluarga langsung curiga kalau ABG tamatan SD itu ada kaitannya dengan kematian Rinte. Dengan dibantu beberapa jiran, RN lantas diserahkan ke Polsek Tigapanah setelah sebelumnya diinterogasi warga, Senin (2/6) sore.

Saat ditemui wartawan di Mapolsek pada Selasa (3/6) siang, RN didampingi kuasa hukumnya, mengakui perbuatannya yang menghilangkan nyawa Rinte. “Benar, memang aku yang melakukannya bang,” akunya.

Disebutkannya, sejak beberapa waktu lalu, dirinya merantau ke desa tempat korbannya tinggal. Ironisnya, RN mengaku telah merencanakan perbuatan kejinya itu.

Dikisahkan RN, Senin (26/5) sekitar pukul 14.00 WIB lalu, RN melihat korban sedang sibuk mencabut rumput di areal perladangan. Begitu memastikan sekitar lokasi sunyi, dirinya mengambil batang kopi yang telah ia disiapkan sebelumnya. Batang kopi itu langsung dihantamkan pelaku tepat mengenai tengkuk korban sebanyak dua kali. Seketika itu juga, Rinte tersungkur ke tanah dan pingsan.

Langkah berikutnya, RN menyeret Rinte sekitar 5 meter melintasi kebun kopi menuju jurang yang ada aliran sungai di bawahnya. Upaya RN tidak mulus. Ketika diseret, korban sempat sadar, hingga RN yang panic kembali memukul kepala korban menggunakan bambu.

Melihat korbannya tak bergerak lagi, RN lalu mengambil dompet berisi uang korban sebanyak Rp1.215.000 dari kantong sebelah kanan. “Soal cincin atau yang lain, aku tidak ada mengambilnya. Kemungkinan barang-barang itu tercecer saat aku menyeret korban,” imbuhnya.

Setelah memastikan tidak ada lagi barang berharga korban yang tersisa, RN lantas membuang tubuh Rinte ke sungai di bawah jurang. Lagi-lagi upayanya tidak mulus. Leher Rinte sangkut di antara bambu. Itu pula yang memaksanya harus turun ke jurang dan kembali mendorong tubuh korban, hingga akhirnya dipastikan hanyut terbawa air sungai.

“Sempat kulihati tubuh nenek ketika dibawa arus sungai. Waktu itu dia belum mati, karena aku lihat mulutnya masih bergerak–gerak. Selanjutnya aku membuang sarung tangan yang kupakai saat itu, beserta dompet dan cincin korban ke dalam sungai tersebut,” ungkapnya sedikit berbeda dengan keterangan sebelumnya, terkait cincin korban.

Di hadapan penyidik, RN mengaku dirinya sangat yakin aksinya tidak akan ketahuan. Keyakinannya tersebut karena dia turut membuang sarung tangan yang dipakainya usai membunuh.

Sekedar mengingatkan, setelah empat hari menghilang, Jumat (30/5) sekira pukul 09.00 WIB, Rinte akhirnya ditemukan tewas ngambang di sungai. Adalah

cucu korban, Dasar als Acan Barus (34) yang pertama kali menemukan jasad Rinte yang biasa dipanggil Nini Birng itu.

“Kami sudah mencari hingga perladangan Losnia. Rupanya nenek tewas di sungai dekat rumah,” ujar Dasar kala itu. Masih kata Dasar, Rinte merupakan pensiunan veteran berpangkat Sersan Mayor (Serma). “Asal ngambil gaji di kantor pos, aku yang temani dia. Makanya kutahu Nenek menerima gaji pensiun sebesar Rp1,8 juta,” katanya.

Sementara itu, keluarga korban lainnya mengisahkan, Senin (26/5) lalu sekira jam 10.00 WIB, Rinte masih terlihat sehat dan beraktifitas di sekitar rumahnya. “Secara fisik, korban sangat sehat. Sebelum menghilang, bibi hendak menghadiri pesta adat,” ujar Y br Sembiring (41), keponakan korban.

Walau belum mengetahui hasil visum, Y br Sembiring dan keluarga curiga kalau Rinte tewas dibunuh. Alasannya, selain memiliki banyak uang, cincin suasa yang melingkar di jari manis tangan kirinya hilang. (riz/smg/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/