26.4 C
Medan
Saturday, July 27, 2024

Diduga Sediakan Pil Ekstasi untuk Tamu

EkstasiMEDAN, SUMUTPOS.CO- Tempat hiburan malam My Paradise (MP) Club Medan di Jalan Kumango, Kelurahan Kesawan, Medan Barat, diduga menyediakan Ladies Club (LC) di bawah umur.

Selain itu, MP juga disinyalir menyediakan obat-obatan terlarang jenis pil happy five (H5) untuk para pengunjung yang ingin dugem di KTV. Bahkan, minuman keras yang disediakan bagi para pengunjung yang didatangkan dari negara luar itu, juga disinyalir oplosan dan tanpa pajak cukai.

Sebut saja L, mantan LC di MP ini mengaku kerap diperlakukan seenaknya oleh manajemen My Paradise. Dia bilang, pengusaha My Paradise kerap menunda untuk membayar gaji para LC. “Saya setahun kerja di situ. Saya dan kawan-kawan yang lain tidak ada gaji tetap. Kami dibayar dari cas pengunjung, nemani mereka karaoke,” ujarnya kepada wartawan di Medan, Minggu (5/4).

Dikatakannya, honor dia dan rekan-rekannya yang lain hanya sebesar Rp400 ribu per bulan. Dia menyebut, My Paradise memasang tarif Rp600 ribu untuk satu LC yang menemani para tamu.

Dari angka itu, setiap LC menerima Rp300 ribu, dan Rp300 ribu lainnya akan masuk ke kas manajemen. L menuturkan, mereka mendapatkan honor Rp1 juta jika dalam sebulan bisa menemani tamu sebanyak 8 kali.

Selain itu ia membeberkan, oleh manajemen, LC boleh dipegang-pegang oleh para tamu yang ditemani. Meski mengaku tak pernah bersedia untuk ‘dibooking’, L tak menampik LC yang lain ada yang bersedia menemani para tamu untuk kencan. L mengingat, saat dia masih bekerja di My Paradise setahun lalu, dia memiliki rekan kerja yang masih berusia 18 tahun.

Pengakuan serupa diutarakan seorang waiters berinisial S. Dia mengaku sudah bekerja setahun lebih di My Paradise dan manajeman kerap menunda saat membayar gaji para LC.

“Teman-teman LC banyak yang mengeluh dengan manajemen My Paradise. Teman-teman LC sering cerita ke saya, kalau manajemen kerap menunda bahkan tidak membayar honor mereka,” katanya.

S membeberkan, di MP juga menyedikan pil ekstasi untuk para tamu yang membutuhkan. Meski tak tahu pasti siapa yang menjalani bisnis tersebut, namun S menyebut manajemen ada di balik peredaran narkotika tersebut.

“Ada penjualan obat di dalam. Hanya tamu-tamu khusus yang diberi. Saya tau itu sejak dulu. Kalau tidak salah, sebutirnya seharga Rp280 ribu,” sebutnya.

Sementara itu, Manajer My Paradise, Romi Hasibuan yang dikonfirmasi Minggu (5/4) sore, membantah tudingan tersebut. “Tidak ada peredaran narkoba sejak awak dibukanya My Paradise Club,” katanya.

Terkait tudingan seringnya penunggakan pembayaran komisi para LC, Romi juga tidak membenarkannya. Dia bilang, sampai hari ini (kemarin) pembayaran cas para LC tetap berjalan lancar.

“Lain lagi para LC dibayar secara pribadi. Mereka (para LC) bukan gadis malam. Kita juga tidak menyediakan tempat asusila. Boleh dicek, tidak ada LC yang di bawah umur yang kita sediakan,” pungkasnya. (prn/adz)

EkstasiMEDAN, SUMUTPOS.CO- Tempat hiburan malam My Paradise (MP) Club Medan di Jalan Kumango, Kelurahan Kesawan, Medan Barat, diduga menyediakan Ladies Club (LC) di bawah umur.

Selain itu, MP juga disinyalir menyediakan obat-obatan terlarang jenis pil happy five (H5) untuk para pengunjung yang ingin dugem di KTV. Bahkan, minuman keras yang disediakan bagi para pengunjung yang didatangkan dari negara luar itu, juga disinyalir oplosan dan tanpa pajak cukai.

Sebut saja L, mantan LC di MP ini mengaku kerap diperlakukan seenaknya oleh manajemen My Paradise. Dia bilang, pengusaha My Paradise kerap menunda untuk membayar gaji para LC. “Saya setahun kerja di situ. Saya dan kawan-kawan yang lain tidak ada gaji tetap. Kami dibayar dari cas pengunjung, nemani mereka karaoke,” ujarnya kepada wartawan di Medan, Minggu (5/4).

Dikatakannya, honor dia dan rekan-rekannya yang lain hanya sebesar Rp400 ribu per bulan. Dia menyebut, My Paradise memasang tarif Rp600 ribu untuk satu LC yang menemani para tamu.

Dari angka itu, setiap LC menerima Rp300 ribu, dan Rp300 ribu lainnya akan masuk ke kas manajemen. L menuturkan, mereka mendapatkan honor Rp1 juta jika dalam sebulan bisa menemani tamu sebanyak 8 kali.

Selain itu ia membeberkan, oleh manajemen, LC boleh dipegang-pegang oleh para tamu yang ditemani. Meski mengaku tak pernah bersedia untuk ‘dibooking’, L tak menampik LC yang lain ada yang bersedia menemani para tamu untuk kencan. L mengingat, saat dia masih bekerja di My Paradise setahun lalu, dia memiliki rekan kerja yang masih berusia 18 tahun.

Pengakuan serupa diutarakan seorang waiters berinisial S. Dia mengaku sudah bekerja setahun lebih di My Paradise dan manajeman kerap menunda saat membayar gaji para LC.

“Teman-teman LC banyak yang mengeluh dengan manajemen My Paradise. Teman-teman LC sering cerita ke saya, kalau manajemen kerap menunda bahkan tidak membayar honor mereka,” katanya.

S membeberkan, di MP juga menyedikan pil ekstasi untuk para tamu yang membutuhkan. Meski tak tahu pasti siapa yang menjalani bisnis tersebut, namun S menyebut manajemen ada di balik peredaran narkotika tersebut.

“Ada penjualan obat di dalam. Hanya tamu-tamu khusus yang diberi. Saya tau itu sejak dulu. Kalau tidak salah, sebutirnya seharga Rp280 ribu,” sebutnya.

Sementara itu, Manajer My Paradise, Romi Hasibuan yang dikonfirmasi Minggu (5/4) sore, membantah tudingan tersebut. “Tidak ada peredaran narkoba sejak awak dibukanya My Paradise Club,” katanya.

Terkait tudingan seringnya penunggakan pembayaran komisi para LC, Romi juga tidak membenarkannya. Dia bilang, sampai hari ini (kemarin) pembayaran cas para LC tetap berjalan lancar.

“Lain lagi para LC dibayar secara pribadi. Mereka (para LC) bukan gadis malam. Kita juga tidak menyediakan tempat asusila. Boleh dicek, tidak ada LC yang di bawah umur yang kita sediakan,” pungkasnya. (prn/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/