32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Celanaku yang Hitam Tolong Antarkan… Itu Mau Kupakai di Kuburan…

Bunuh Diri

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Pertengkaran sepasang kekasih melalui SMS berujung tewasnya Reynaldo Sitanggang dengan cara mengenaskan. Pemuda berusia 25 tahun itu menggantung lehernya dengan seutas tali nilon di rumah ceweknya, Suryani br Marbun (25).

Peristiwa menghebohkan warga Jalan Medan KM 1, Kelurahan Sumber Jaya, Siantar Martoba itu berlangsung, Rabu (5/3) sekira pukul 22.00 wib. Pertengkaran sepasang kekasih berujung maut itu diketahui dari SMS terakhir yang dikirim Reynaldo kepada Suryani.

Dalam pesan singkat itu, Reynaldo menyampaikan keputusasaannya pada Suryani. Bahkan pemuda warga Lumban Sinurat, Desa Sijambur, Pangururan (Samosir) itu meminta kekasihnya untuk mengembalikan celananya berwarna hitam. Seremnya lagi, Reynaldo mengungkapkan kalau celana tersebut untuk ia kenakan di dalam kubur, setelah mati.

“Jangan kau pedulikan lg aku ya hasian (sayang), jgn kau sesali dengan keadaanku ya hasian, begitu tulusnya kebaikanku ma (maksudnya sama) klen, tp klen slah artikan semua itu malah u (bahasa ingris; kamu) blng pula hatiku busuk. Celanaku yang hitam tlng u antarkan, itu mau ku pake untk dikuburkan. Tp u gak ngerti. Jadi jangan kau sesali ya hasianku. Pikirkan lah dirimu. Jangan datang tangisi aku kalau gak ada. Sabu Silatku (sabuk pencak silatku) u simpan bagus ya sayang. Maafkan aku.”

Begitulah isi pesan terakhir yang dikirim Reynaldo ke handphone Suryani. Ponsel berisi pesan ‘merah’ itu kini dipegang Kanit Reskrim Polsek Siantar Martoba Ipda R Gultom, sebagai barang bukti. Bahkan di HP milik korban tersebut juga ditemukan panggilan keluar kepada Suryani sekira pukul 20.00 WIB hingga pukul 21.00 wib.

Penemuan jasad korban sendiri, pertama sekali diketahui Benekdiktus Marbun (50) ayah kandung Suryani br Marbun. Namun Benediktus mengaku tak mengetahui pertengkaran korban dengan anaknya, dan tidak mengetahui isi pesan singkat terakhir yang dikirimkan korban ke ponsel anak perempuannya. Hanya saja ia membenarkan bahwa korban telah lama berpacaran dengan anaknya yang kini tinggal di Kota Medan. Suryani sendiri masih mengikuti perkuliahan di salah satu Akademi Perawatan di Kota Medan.

Temuan malam itu, diterangkan Benediktus, bermula ketika korban dan dirinya menjaga warung bersama istrinya. Tak lama, korban permisi pulang terlebih dahulu.

Kamis (6/3) sekira pukul 06.00 wib, Reynaldo tak juga kembali, Marista pun meminta suaminya, Benediktus pulang untuk melihat Reynaldo. Saat masuk ke dalam rumah, tepatnya di dapur, Benediktus sontak kaget melihat Reynaldo sudah tewas tergantung.

“Karena itu, aku pun kembali ke warung dan memanggil istriku,” ujar Benediktus menambahkan, istrinya sontak histeris melihat jasad pacar anaknya tewas dengan cara tragis. Teriakan itu pun mengundang perhatian warga sekitar.

Benediktus mengisahkan, korban berasal dari Pangururan (Samosir) dan tinggal bersama mereka sejak bulan Desember 2013 lalu. Saat itu, korban tinggal di rumah mereka untuk mencari pekerjaan di Kota Siantar. Tapi, karena korban saat ini tidak memiliki pekerjaan, sehingga ia menyuruh korban untuk menjaga warungnya sementara waktu dan juga membantunya untuk memberikan makan hewan ternaknya.

Sementara Marista mengaku, jika korban adalah orang baik, dan ia berencana akan menikahkan anaknya kelak dengan korban, ketika sudah mapan. “Dia itu orang baik, kenapa dia berbuat seperti ini,” ujarnya singkat.

Terpisah, Suri Sinurat (59) warga Lumban Sinurat, Desa Sijambur, Pangururan (Samosir) yang merupakan tulang (paman) korban saat ditemui di Forensik RSUD Djasamen Saragih, sengaja datang untuk menjemput jasad korban ke kampung halaman mereka.

Dikatakannya, kedua orangtua korban tidak bisa datang karena masih dalam perjalan dari Aek Kanopan, menuju Pangururan.

Suri Sinurat menerangkan, bahwa selama ini korban diketahui punya pekerjaan di Pangururan sebagai petani. Namun entah apa yang membuat korban merantau ke Siantar, ia tidak mengetahuinya. “Mungkin karena mau cari pekerjaan yang lebih jelas,” ujarnya tak menyangka korban meninggal dengan cara bunuh diri.

Suryani sendiri yang berhasil dihubungi melalui seluler, terdengar sedih dan enggan memberi keterangan terkait meninggalnya pacarnya tersebut. “Benar saya Suryani, saya lagi berduka. Tolong jangan diganggu dulu,” katanya.

Kapolsek Siantar Martoba AKP Hilton Marpaung, membenarkan adanya peristiwa gantung diri itu, namun terhadap korban tidak dilakukan autopsi karena permohonan keluarga kepada pihaknya. Adapun barang bukti yang diamankan, tali nilon, pakaian korban, dan juga rokok yang dikantungi korban. (mag-01/smg/bd)

Bunuh Diri

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Pertengkaran sepasang kekasih melalui SMS berujung tewasnya Reynaldo Sitanggang dengan cara mengenaskan. Pemuda berusia 25 tahun itu menggantung lehernya dengan seutas tali nilon di rumah ceweknya, Suryani br Marbun (25).

Peristiwa menghebohkan warga Jalan Medan KM 1, Kelurahan Sumber Jaya, Siantar Martoba itu berlangsung, Rabu (5/3) sekira pukul 22.00 wib. Pertengkaran sepasang kekasih berujung maut itu diketahui dari SMS terakhir yang dikirim Reynaldo kepada Suryani.

Dalam pesan singkat itu, Reynaldo menyampaikan keputusasaannya pada Suryani. Bahkan pemuda warga Lumban Sinurat, Desa Sijambur, Pangururan (Samosir) itu meminta kekasihnya untuk mengembalikan celananya berwarna hitam. Seremnya lagi, Reynaldo mengungkapkan kalau celana tersebut untuk ia kenakan di dalam kubur, setelah mati.

“Jangan kau pedulikan lg aku ya hasian (sayang), jgn kau sesali dengan keadaanku ya hasian, begitu tulusnya kebaikanku ma (maksudnya sama) klen, tp klen slah artikan semua itu malah u (bahasa ingris; kamu) blng pula hatiku busuk. Celanaku yang hitam tlng u antarkan, itu mau ku pake untk dikuburkan. Tp u gak ngerti. Jadi jangan kau sesali ya hasianku. Pikirkan lah dirimu. Jangan datang tangisi aku kalau gak ada. Sabu Silatku (sabuk pencak silatku) u simpan bagus ya sayang. Maafkan aku.”

Begitulah isi pesan terakhir yang dikirim Reynaldo ke handphone Suryani. Ponsel berisi pesan ‘merah’ itu kini dipegang Kanit Reskrim Polsek Siantar Martoba Ipda R Gultom, sebagai barang bukti. Bahkan di HP milik korban tersebut juga ditemukan panggilan keluar kepada Suryani sekira pukul 20.00 WIB hingga pukul 21.00 wib.

Penemuan jasad korban sendiri, pertama sekali diketahui Benekdiktus Marbun (50) ayah kandung Suryani br Marbun. Namun Benediktus mengaku tak mengetahui pertengkaran korban dengan anaknya, dan tidak mengetahui isi pesan singkat terakhir yang dikirimkan korban ke ponsel anak perempuannya. Hanya saja ia membenarkan bahwa korban telah lama berpacaran dengan anaknya yang kini tinggal di Kota Medan. Suryani sendiri masih mengikuti perkuliahan di salah satu Akademi Perawatan di Kota Medan.

Temuan malam itu, diterangkan Benediktus, bermula ketika korban dan dirinya menjaga warung bersama istrinya. Tak lama, korban permisi pulang terlebih dahulu.

Kamis (6/3) sekira pukul 06.00 wib, Reynaldo tak juga kembali, Marista pun meminta suaminya, Benediktus pulang untuk melihat Reynaldo. Saat masuk ke dalam rumah, tepatnya di dapur, Benediktus sontak kaget melihat Reynaldo sudah tewas tergantung.

“Karena itu, aku pun kembali ke warung dan memanggil istriku,” ujar Benediktus menambahkan, istrinya sontak histeris melihat jasad pacar anaknya tewas dengan cara tragis. Teriakan itu pun mengundang perhatian warga sekitar.

Benediktus mengisahkan, korban berasal dari Pangururan (Samosir) dan tinggal bersama mereka sejak bulan Desember 2013 lalu. Saat itu, korban tinggal di rumah mereka untuk mencari pekerjaan di Kota Siantar. Tapi, karena korban saat ini tidak memiliki pekerjaan, sehingga ia menyuruh korban untuk menjaga warungnya sementara waktu dan juga membantunya untuk memberikan makan hewan ternaknya.

Sementara Marista mengaku, jika korban adalah orang baik, dan ia berencana akan menikahkan anaknya kelak dengan korban, ketika sudah mapan. “Dia itu orang baik, kenapa dia berbuat seperti ini,” ujarnya singkat.

Terpisah, Suri Sinurat (59) warga Lumban Sinurat, Desa Sijambur, Pangururan (Samosir) yang merupakan tulang (paman) korban saat ditemui di Forensik RSUD Djasamen Saragih, sengaja datang untuk menjemput jasad korban ke kampung halaman mereka.

Dikatakannya, kedua orangtua korban tidak bisa datang karena masih dalam perjalan dari Aek Kanopan, menuju Pangururan.

Suri Sinurat menerangkan, bahwa selama ini korban diketahui punya pekerjaan di Pangururan sebagai petani. Namun entah apa yang membuat korban merantau ke Siantar, ia tidak mengetahuinya. “Mungkin karena mau cari pekerjaan yang lebih jelas,” ujarnya tak menyangka korban meninggal dengan cara bunuh diri.

Suryani sendiri yang berhasil dihubungi melalui seluler, terdengar sedih dan enggan memberi keterangan terkait meninggalnya pacarnya tersebut. “Benar saya Suryani, saya lagi berduka. Tolong jangan diganggu dulu,” katanya.

Kapolsek Siantar Martoba AKP Hilton Marpaung, membenarkan adanya peristiwa gantung diri itu, namun terhadap korban tidak dilakukan autopsi karena permohonan keluarga kepada pihaknya. Adapun barang bukti yang diamankan, tali nilon, pakaian korban, dan juga rokok yang dikantungi korban. (mag-01/smg/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/