25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Bayi Baru Lahir Dikubur Hidup-hidup

Foto; Dhev Batubara/Metro Siantar/JPNN Bayi baru lahir dikubur hidup-hidup. Tampak perawat RSU Mina Padi merawat sbayi.
Foto; Dhev Batubara/Metro Siantar/JPNN
Bayi baru lahir dikubur hidup-hidup. Tampak perawat RSU Mina Padi merawat sbayi.

SIMALUNGUN, SUMUTPOS.CO – Memiliki buah hati adalah karunia Tuhan dan impian bagi banyak pasangan suami istri. Tapi di Simalungun, ada orangtua yang tega membuang dan mengubur bayi perempuannya yang baru lahir hidup-hidup. Beruntung fisik bayi malang itu kuat, hingga ia masih bisa menangis meski tubuhnya telah membiru karena kedinginan dan kekurangan oksigen.

Warga Nagori Kahean, Kec. Dolok Batu Nanggar, Simalungun mendadak geger dengan penemuan seorang bayi terkubur di dalam tanah yang ditutupi sampah, Minggu (6/7) sekira pukul 10.00 WIB. Hingga berita ini dilansir, polisi masih mencari orangtua kejam yang tega membuang bayi malang itu.

Info dihimpun di lokasi penemuan, bayi tersebut pertama kali ditemukan oleh Umian (34), warga Jl. Melati, Huta I, Nagori Kahean, Kec. Dolok Batu Nanggar. Siang itu, Umian hendak menanam bibit ubi kayu di ladang yang berada di samping rumahnya.

Tapi beberapa menit bekerja, Umian dikagetkan suara tangisan bayi yang berasal dari dalam tanah. Meski sempat ketakutan, tapi Umian tetap memberanikan diri mencari asal suara. Tak lama berselang, matanya mendadak terbelalak ke arah tumpukan daun, ranting kering bercampur tanah. Yakin suara tersebut berasal dari sana, Umian langsung mengorek tumpukan tersebut dengan batang bibit ubi yang ia pegang.

Usai menyingkirkan dedaunan itu, Umian kaget melihat kain putih dan suara tangisan tersebut semakin jelas.

Takut batang ubi itu melukai si bayi, Umian pun melanjutkan pengorekan menggunakan kedua tanganya. Saat itulah, ia melihat wajah mungil si bayi yang ditutup dengan kain yang kondisinya mulai lemah.

“Pas kubuka, rupanya wajah anak bayi, terus aku teriak dan bapakku yang dengar langsung datang sama warga lain yang saat itu sedang mencuci di saluran irigasi,” kenang Umian.

Ia juga mengatakan, sebelumnya tidak ada firasat mengenai hal tersebut. Masih kata Umian, tubuh bayi malang tersebut ditutupi dengan tanah yang bercampur daun dan ranting pohon kakao yang berjarak sekitar 15 meter dari rumahnya.

Selain itu, lubang yang digali untuk mengubur tubuh si bayi hanya ditanam dengan kedalamannya hanya bekisar 15 centimeter. “Waktu diangkat warga dari dalam lubang, bayinya sudah bersih. Bayi itu dibalut sama kain popok seperti dipocongi. Tapi mukanya cuma ditutup gitu saja sama kain popok itu,” terang ayah dua anak tersebut.

Kejadian ini langsung tersiar ke warga lainnya. Tak lama berselang, temuan itu pun dilaporkan warga ke bidan desa. Saat diangkat dari dalam lubang, kondisi bayi tersebut sudah memprihatinkan, tubuhnya sudah mulai membiru dan terasa dingin namun masih bernafas.

Bayi tersebut diperkirakan baru dilahirkan karena saat kain pembalutnya dibuka terlihat tali pusar masih panjang dan basah serta beberapa bercak darah yang sudah mengering di kepalanya. “Tali pusarnya masih panjang menjulur kira-kira ada 10 centimeter dan diperkirakan bayi itu baru dilahirkan tetapi bukan melalui bidan. Mungkin ke dukun bayi atau lahir sendiri,” ucap Leni boru Tarigan, Bidan Desa di Nagori tersebut.

Masih kata Leni, bayi tersebut diperkirakan lahir dengan usia kandungan yang cukup dan lahir normal. Bayi tersebut, memiliki berat 2,5 kilogram dan panjang 45 centimeter. “Bayinya sehat, hanya saja suhu tubuhnya sudah menurun sehingga perlu penanganan yang lebih ekstra agar kondisinya kembali stabil,” jelasnya.

Ia memperkirakan bayi tersebut dilahirkan, Minggu (6/7) subuh. Beruntung, kondisi fisik bayi tersebut kuat hingga ia mampu bertahan hidup dengan kondisi udara yang sedikit.

“Kalau menurut saya bayi tersebut sudah lebih setengah jam dikuburkan, tapi karena kondisi fisik yang kuat dan tanah yang menutup tidak padat bayi itu mampu bertahan,” ucapnya.

Setelah mendapatkan perawatan pertama, bayi malang tersebut langsung dibawa ke RSU Mina Padi untuk mendapatkan perawatan lanjutan. Saat tiba di lokasi RSU Mina Padi, bayi tersebut tidak menangis sama sekali. Bayi malang itu baru menangis setelah setengah jam ditaruh di ruang inkubator. (lud/deo)

Foto; Dhev Batubara/Metro Siantar/JPNN Bayi baru lahir dikubur hidup-hidup. Tampak perawat RSU Mina Padi merawat sbayi.
Foto; Dhev Batubara/Metro Siantar/JPNN
Bayi baru lahir dikubur hidup-hidup. Tampak perawat RSU Mina Padi merawat sbayi.

SIMALUNGUN, SUMUTPOS.CO – Memiliki buah hati adalah karunia Tuhan dan impian bagi banyak pasangan suami istri. Tapi di Simalungun, ada orangtua yang tega membuang dan mengubur bayi perempuannya yang baru lahir hidup-hidup. Beruntung fisik bayi malang itu kuat, hingga ia masih bisa menangis meski tubuhnya telah membiru karena kedinginan dan kekurangan oksigen.

Warga Nagori Kahean, Kec. Dolok Batu Nanggar, Simalungun mendadak geger dengan penemuan seorang bayi terkubur di dalam tanah yang ditutupi sampah, Minggu (6/7) sekira pukul 10.00 WIB. Hingga berita ini dilansir, polisi masih mencari orangtua kejam yang tega membuang bayi malang itu.

Info dihimpun di lokasi penemuan, bayi tersebut pertama kali ditemukan oleh Umian (34), warga Jl. Melati, Huta I, Nagori Kahean, Kec. Dolok Batu Nanggar. Siang itu, Umian hendak menanam bibit ubi kayu di ladang yang berada di samping rumahnya.

Tapi beberapa menit bekerja, Umian dikagetkan suara tangisan bayi yang berasal dari dalam tanah. Meski sempat ketakutan, tapi Umian tetap memberanikan diri mencari asal suara. Tak lama berselang, matanya mendadak terbelalak ke arah tumpukan daun, ranting kering bercampur tanah. Yakin suara tersebut berasal dari sana, Umian langsung mengorek tumpukan tersebut dengan batang bibit ubi yang ia pegang.

Usai menyingkirkan dedaunan itu, Umian kaget melihat kain putih dan suara tangisan tersebut semakin jelas.

Takut batang ubi itu melukai si bayi, Umian pun melanjutkan pengorekan menggunakan kedua tanganya. Saat itulah, ia melihat wajah mungil si bayi yang ditutup dengan kain yang kondisinya mulai lemah.

“Pas kubuka, rupanya wajah anak bayi, terus aku teriak dan bapakku yang dengar langsung datang sama warga lain yang saat itu sedang mencuci di saluran irigasi,” kenang Umian.

Ia juga mengatakan, sebelumnya tidak ada firasat mengenai hal tersebut. Masih kata Umian, tubuh bayi malang tersebut ditutupi dengan tanah yang bercampur daun dan ranting pohon kakao yang berjarak sekitar 15 meter dari rumahnya.

Selain itu, lubang yang digali untuk mengubur tubuh si bayi hanya ditanam dengan kedalamannya hanya bekisar 15 centimeter. “Waktu diangkat warga dari dalam lubang, bayinya sudah bersih. Bayi itu dibalut sama kain popok seperti dipocongi. Tapi mukanya cuma ditutup gitu saja sama kain popok itu,” terang ayah dua anak tersebut.

Kejadian ini langsung tersiar ke warga lainnya. Tak lama berselang, temuan itu pun dilaporkan warga ke bidan desa. Saat diangkat dari dalam lubang, kondisi bayi tersebut sudah memprihatinkan, tubuhnya sudah mulai membiru dan terasa dingin namun masih bernafas.

Bayi tersebut diperkirakan baru dilahirkan karena saat kain pembalutnya dibuka terlihat tali pusar masih panjang dan basah serta beberapa bercak darah yang sudah mengering di kepalanya. “Tali pusarnya masih panjang menjulur kira-kira ada 10 centimeter dan diperkirakan bayi itu baru dilahirkan tetapi bukan melalui bidan. Mungkin ke dukun bayi atau lahir sendiri,” ucap Leni boru Tarigan, Bidan Desa di Nagori tersebut.

Masih kata Leni, bayi tersebut diperkirakan lahir dengan usia kandungan yang cukup dan lahir normal. Bayi tersebut, memiliki berat 2,5 kilogram dan panjang 45 centimeter. “Bayinya sehat, hanya saja suhu tubuhnya sudah menurun sehingga perlu penanganan yang lebih ekstra agar kondisinya kembali stabil,” jelasnya.

Ia memperkirakan bayi tersebut dilahirkan, Minggu (6/7) subuh. Beruntung, kondisi fisik bayi tersebut kuat hingga ia mampu bertahan hidup dengan kondisi udara yang sedikit.

“Kalau menurut saya bayi tersebut sudah lebih setengah jam dikuburkan, tapi karena kondisi fisik yang kuat dan tanah yang menutup tidak padat bayi itu mampu bertahan,” ucapnya.

Setelah mendapatkan perawatan pertama, bayi malang tersebut langsung dibawa ke RSU Mina Padi untuk mendapatkan perawatan lanjutan. Saat tiba di lokasi RSU Mina Padi, bayi tersebut tidak menangis sama sekali. Bayi malang itu baru menangis setelah setengah jam ditaruh di ruang inkubator. (lud/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/