32 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Dibunuh Karena Tukar Sabu dengan Garam Inggris

Foto: Well/PM Retno Ardianyah alias Gepeng (barisan pertama) pelaku pembunuhan terhadap Jono.
Foto: Well/PM
Retno Ardianyah alias Gepeng (barisan pertama) pelaku pembunuhan terhadap Jono.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Terungkap sudah penyebab kematian pria bertato Moct Ficking, Ali Sajiman alias Jono (19) warga Desa Sugiharjo, Dusun II, Batang Kuis, Kab. Deli Serdang. Kuli bangunan ini tewas di tangan rekan kerjanya, Retno Ardiansyah alias Gepeng (22) warga Jl. Pancing I, No. 21 Ling. III, Kec. Medan Tembung. Pemicunya lantaran pelaku kesal ditipu korban yang menjanjikannya sabu-sabu, tapi malah ditukar Garam Inggris.

Hal itu terungkap saat gelar perkara di Mapolresta Medan, Senin (6/10) pagi. “Aku ditipu dia bang, makanya aku kesal sama dia,” kata Retno saat gelar perkara di Mapolresta Medan.

Dijelaskan Retno, saat itu pada Sabtu (27/9) sekira pukul 17.00 wib seusai bekerja sebagai kuli bangunan di Citra Land Jl. Pasar V Medan Estate ia diajak oleh korban ke kawasan Batang Kuis di sekitar kediamannya. Ketika itu, Jono mengajaknya mengonsumsi sabu. Lantaran uangnya hanya Rp40 ribu, Retno menolak. “Uangku tinggal 40 ribu, itupun mau kupakai untuk makan besoknya pas kerja. Tapi diajak dia aku terus,” kata Retno yang wajahnya ditutupi sebo hitam ini.

Terus didesak, akhirnya Retno pun memberikan uang Rp40 ribu miliknya kepada Jono. Jono menambahkan uang Rp 50 ribu untuk membeli sabu. Keduanya pun bergegas ke sekitar tempat tinggal korban di kawasan Batang Kuis naik Satria FU hitam BK 2335 SO milik Jono.

Sesampainya di Batangkuis, keduanya menemui seorang pria yang disebut Jono sebagai pamannya. Keduanya diberikan satu paket kecil serbuk putih dan sebuah bong (alat hisap,red).

“Sudah kami beli, kami pakailah di gang sebelah rumahnya,” kata Retno.

Saat sedang ‘nyabu’, Retno mengaku batuk-batuk. Saat itu pula ia menyadari bahwa sabu tersebut palsu. “Kayak garam Inggris. Ya aku tanya sama dia (korban) kenapa bisa dapat yang palsu, tapi dia tak merespon,” terang pelaku.

Retno mendesak Jono agar mengembalikan uang Rp 40 ribu miliknya. Namun permintaannya tak direspon hingga keduanya cek-cok. Retno jadi kesal dan dendam. “Aku memang sudah curiga sama pamannya itu, karena pas kami datang dia main mata sama si Jono, kayak aku dibodoh-bodohin,” kesal Retno.

Sekira pukul 23.00 wib masih dihari yang sama, Retno meminta diantarkan pulang ke rumahnya di Jalan Pancing I. Belum hilang kesal Retno, ia pun berniat menghabisi rekan kerjanya itu lataran uang Rp 40 ribu miliknya belum dikembalikan. Dengan sepeda motor Satria FU hitam milik korban, keduanya menuju ke Jalan Pancing I.

Sesampainya di rumah, Retno meminta Jono menunggu. Saat itu, Retno mengambil sebilah pisau dari rumah dan menyelipkan di pinggang. Pelaku berpura-pura meminta korban mengantarkannya ke Jalan Cemara. Di lokasi sepi, Retno menyuruh berhenti dan menusuk perut korban hingga langsung tersungkur. “Langsung tergeletak dia,” kata pelaku

Pelaku langsung kabur membawa sepeda motor dan handphone milik korban. Kemudian pergi menemui rekannya bernama Irwansyah alias Iwan (25) di kawasan Jl. Masjid Taufiq Gang Keluarga. Pelaku meminta Iwan mencari pembeli sepeda motor Satria FU hasil rampasan dari korban. “Malam itu dicarikan dia, dia nanya-nanya sama kawannya terakhir laku juga” jelas Retno.

Setelah Iwan beberapa rekannya, akhirnya sepeda motor tersebut dibeli oleh Sandika (30) warga Belawan seharga Rp 3,4 juta. Transaksi jual beli tersebut terjadi di Jl. Meteorologi pada Minggu (28/9) dini hari.

Kematian Aji Sajiman alias Jono menyisakan kenangan tersendiri bagi Retno. Meski baru seminggu saling kenal setelah sama-sama bekerja sebagai kuli bangunan di komplek perumahan Citra Land tak jauh dari Kampus UNIMED, keduanya langsung mudah akrab. Bahkan Jonolah yang kerap mengantar dan menjemput Retno saat akan bekerja dan usai bekerja.

Dikatakan Retno, usai tertikam dan tersungkur, Jono masih sempat meminta agar dirinya tidak ditinggalkan di lokasi yang sepi itu. “Bawa aku, jangan tinggalkan. Aku mau ikut,” kata Retno menirukan ucapan korban kala itu seraya terus memegangi bagian perutnya yang terluka dan mengeluarkan darah.

Retno mengaku menyesal dan merasa bodoh karena tidak membawa Jono ke Rumah Sakit saat itu. “Aku nyesal lah bang, tapi aku bisa apa bang,” katanya.

Foto: Well/PM Retno Ardianyah alias Gepeng (barisan pertama) pelaku pembunuhan terhadap Jono.
Foto: Well/PM
Retno Ardianyah alias Gepeng (barisan pertama) pelaku pembunuhan terhadap Jono.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Terungkap sudah penyebab kematian pria bertato Moct Ficking, Ali Sajiman alias Jono (19) warga Desa Sugiharjo, Dusun II, Batang Kuis, Kab. Deli Serdang. Kuli bangunan ini tewas di tangan rekan kerjanya, Retno Ardiansyah alias Gepeng (22) warga Jl. Pancing I, No. 21 Ling. III, Kec. Medan Tembung. Pemicunya lantaran pelaku kesal ditipu korban yang menjanjikannya sabu-sabu, tapi malah ditukar Garam Inggris.

Hal itu terungkap saat gelar perkara di Mapolresta Medan, Senin (6/10) pagi. “Aku ditipu dia bang, makanya aku kesal sama dia,” kata Retno saat gelar perkara di Mapolresta Medan.

Dijelaskan Retno, saat itu pada Sabtu (27/9) sekira pukul 17.00 wib seusai bekerja sebagai kuli bangunan di Citra Land Jl. Pasar V Medan Estate ia diajak oleh korban ke kawasan Batang Kuis di sekitar kediamannya. Ketika itu, Jono mengajaknya mengonsumsi sabu. Lantaran uangnya hanya Rp40 ribu, Retno menolak. “Uangku tinggal 40 ribu, itupun mau kupakai untuk makan besoknya pas kerja. Tapi diajak dia aku terus,” kata Retno yang wajahnya ditutupi sebo hitam ini.

Terus didesak, akhirnya Retno pun memberikan uang Rp40 ribu miliknya kepada Jono. Jono menambahkan uang Rp 50 ribu untuk membeli sabu. Keduanya pun bergegas ke sekitar tempat tinggal korban di kawasan Batang Kuis naik Satria FU hitam BK 2335 SO milik Jono.

Sesampainya di Batangkuis, keduanya menemui seorang pria yang disebut Jono sebagai pamannya. Keduanya diberikan satu paket kecil serbuk putih dan sebuah bong (alat hisap,red).

“Sudah kami beli, kami pakailah di gang sebelah rumahnya,” kata Retno.

Saat sedang ‘nyabu’, Retno mengaku batuk-batuk. Saat itu pula ia menyadari bahwa sabu tersebut palsu. “Kayak garam Inggris. Ya aku tanya sama dia (korban) kenapa bisa dapat yang palsu, tapi dia tak merespon,” terang pelaku.

Retno mendesak Jono agar mengembalikan uang Rp 40 ribu miliknya. Namun permintaannya tak direspon hingga keduanya cek-cok. Retno jadi kesal dan dendam. “Aku memang sudah curiga sama pamannya itu, karena pas kami datang dia main mata sama si Jono, kayak aku dibodoh-bodohin,” kesal Retno.

Sekira pukul 23.00 wib masih dihari yang sama, Retno meminta diantarkan pulang ke rumahnya di Jalan Pancing I. Belum hilang kesal Retno, ia pun berniat menghabisi rekan kerjanya itu lataran uang Rp 40 ribu miliknya belum dikembalikan. Dengan sepeda motor Satria FU hitam milik korban, keduanya menuju ke Jalan Pancing I.

Sesampainya di rumah, Retno meminta Jono menunggu. Saat itu, Retno mengambil sebilah pisau dari rumah dan menyelipkan di pinggang. Pelaku berpura-pura meminta korban mengantarkannya ke Jalan Cemara. Di lokasi sepi, Retno menyuruh berhenti dan menusuk perut korban hingga langsung tersungkur. “Langsung tergeletak dia,” kata pelaku

Pelaku langsung kabur membawa sepeda motor dan handphone milik korban. Kemudian pergi menemui rekannya bernama Irwansyah alias Iwan (25) di kawasan Jl. Masjid Taufiq Gang Keluarga. Pelaku meminta Iwan mencari pembeli sepeda motor Satria FU hasil rampasan dari korban. “Malam itu dicarikan dia, dia nanya-nanya sama kawannya terakhir laku juga” jelas Retno.

Setelah Iwan beberapa rekannya, akhirnya sepeda motor tersebut dibeli oleh Sandika (30) warga Belawan seharga Rp 3,4 juta. Transaksi jual beli tersebut terjadi di Jl. Meteorologi pada Minggu (28/9) dini hari.

Kematian Aji Sajiman alias Jono menyisakan kenangan tersendiri bagi Retno. Meski baru seminggu saling kenal setelah sama-sama bekerja sebagai kuli bangunan di komplek perumahan Citra Land tak jauh dari Kampus UNIMED, keduanya langsung mudah akrab. Bahkan Jonolah yang kerap mengantar dan menjemput Retno saat akan bekerja dan usai bekerja.

Dikatakan Retno, usai tertikam dan tersungkur, Jono masih sempat meminta agar dirinya tidak ditinggalkan di lokasi yang sepi itu. “Bawa aku, jangan tinggalkan. Aku mau ikut,” kata Retno menirukan ucapan korban kala itu seraya terus memegangi bagian perutnya yang terluka dan mengeluarkan darah.

Retno mengaku menyesal dan merasa bodoh karena tidak membawa Jono ke Rumah Sakit saat itu. “Aku nyesal lah bang, tapi aku bisa apa bang,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/