MEDAN, SUMUTPOS.CO – Mayor TNI Abdul Anas Harahap berang tak kepalang.Tanpa sebab yang jelas, putra pertamanya Riyan Safana Harahap (27) malah disiksa dengan cara distrum dan dikeroyok tiga pria ngaku polisi. Bukan itu saja, sebelum diboyong dan diinterogasi di Polresta Medan, pelaku juga meneriaki Ryan sebagai perampok, hingga massa yang mendengar menghakimi korban.
Hingga berita ini dilansir, Riyan masih kritis di Rumah Sakit Putri Hijau Medan. Selain menderita luka di sekujur tubuh, pergelangan tangan mahasiswa Universitas Medan Area yang tinggal di Jl. Bakau, Kel. Sekip itu juga patah. Tak tahan melihat penderitaan putranya, Senin (7/7) sekira pukul 17.00 WIB, Mayor Abdul dan beberapa anggotanya kembali mendatangi Polresta Medan untuk mencari pelaku. Meski tak menemukan ketiga pria yang sempat menginterogasi Ryan, tapi Mayor Abdul menegaskan akan terus mencari mereka sampai dapat,
Info dihimpun, kasus pengeroyokan itu terjadi Minggu (6/7) dini hari di Jl. Karya Dame, Kel. Sei Agul, Kec. Medan Barat. Kala itu, Ryan dihubungi oleh seorang pria yang tak ia kenal. Oleh pria itu, Ryan disuruh datang ke Jl. Karya Dame Medan. Karena penasaran, saat itu juga Riyan meluncur ke lokasi mengedarai sepeda motor Suzuki Satria FU miliknya.
Singkat cerita, setiba di lokasi, ternyata Ryan sudah ditunggu oleh pelaku. Detik berikutnya, pelaku menanyakan skor pertandingan piala dunia pada Ryan. Namun tak lama setelah ngomongin bola, salah seorang pelaku yang belakangan mengaku anggota Polresta Medan itu lantas menuduh Ryan sebagai pelaku pelaku perampokan.
Karena tak mengaku, Riyan langsung distrum oleh salah seorang pelaku. Melihat itu, warga sekitar pun santak ramai mendatangi lokasi. Oleh ketiga pelaku, Riyan malah diteriaki sebagai pelaku perampokan. Tak pelak, massa yang mendengar sontak emosi dan menghakimi Ryan. “Kalau informasi yang saya dapat, anak saya pertama dapat telpon dari seseorang. Jadi datanglah dia menemui si penelpon itu. Tak lama, saya dapat kabar kalau anak saya merampok katanya,” ujar Mayor Abdul yang bertugas di Kesdam itu pada kru koran ini.
Akibat penganiayaan itu, Riyan menderita luka serius di bagian wajah dan kepalanya. Parahnya lagi, pergelangan tangan kirinya juga patah. “Luka-lukalah dia, dituduh merampok. Padahal dia itu tidak terbukti merampok, apa penyebabnya ini mau saya cari tau,” tambah Mayor Abdul dengan nada kesal. Mirisnya lagi, meski terluka parah, tapi Riyan bukannya dibawa ke rumah sakit, tapi ketiga pria tersebut malah memboyongnya ke Polresta Medan menggunakan mobil.
Bahkan parahnya lagi, selama di mobil, Riyan kembali distrum dan disiksa oleh ketiga pelaku. Setiba di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polresta Medan, Riyan pun diinterogasi petugas termasuk ke 3 pelaku. Mengetahui anaknya dalam masalah, pagi itu juga Mayor Abdul mendatangi Polresta Medan. Sebagai seorang ayah dan juga perwira TNI, perasaan Mayor Abdul jelas miris melihat tubuh anaknya berlumuran darah.
“Kalau anak saya salah, ya silahkan diproses. Semula saya kira anak saya memang benar-benar melakukan perampokan. Makanya saat itu saya hanya melihat dia diinterogasi,” kenang Mayor Abdul.
Karena melihat fisik Riyan makin lemah, Mayor Abdul yang sebelumnya tak mengaku sebagai perwira TNI sempat meminta agar anaknya dibawa berobat ke RS Putri Hijau. Tapi polisi ngotot, Riyan dibawa ke RS Bhayangkara. Karena polisi berkeras, Mayor Abdul terpaksa mengakui kalau dia perwira TNI AD.
“Selama 1 jam aku melihat anakku yang lemah diinterogasi. Jadi kuminta supaya dirawat di RS Putri Hijau. Kubilang aku anggota juga, baru mereka persilakan,” geramnya.
Mengetahui Riyan merupakan anak seorang perwira TNI AD, satu per satu dari 3 pelaku pergi meninggalkan Polresta Medan. “Karena belum tau kali ceritanya. Makanya aku diam saja, Sempat kulihat mereka pergi satu per satu dari ruangan itu. Setelah dirawat karena luka serius, mulailah bisa kutanya sama anakku seperti apa sebenarnya ceritanya,” kenang Mayor Abdul.
Setelah mendengar cerita anaknya, pagi itu juga Mayor Abdul yang mulai geram kembali mendatangi Polresta Medan untuk mempertanyakan siapa ke 3 pria yang mengaku polisi dan telah menganiaya anaknya. Tak hanya itu, sebagai warga negara yang taat hukum ia juga melaporkan kasus tersebut ke Polresta Medan dengan bukti STTLP/1721/K/VII/2014/Resta Medan.
“Saya mau nanya siapa ketiga orang itu, saya kenal wajah mereka karena pagi itu saya ketemu sama mereka saat menginterogasi anak saya. Dan saya laporkan ini, penganiayaan secara bersama-sama ini,” kata Mayor Abdul yang mulai berang.
Mayor Abdul menuding ketiga pelaku memang sengaja menjebak putranya dengan modus razia judi bola.
“Menurut saya, ini memang sudah sengaja ya. Jadi modusnya mungkin soal judi bola. Anak saya mungkin dituduh sebagai penjudi atau apalah. Makanya saya mau pertegas ini dulu,” kata pria yang tampak kian kesal itu.
Menanggapi kasus tersebut, Wakasat Reskrim Polresta Medan AKP Victor Zilliwu saat ditemui di ruang SPKT Polresta Medan mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah ketiga pria yang dimaksud merupakan anggota Polri. “Belum bisa kita pastikan ya apakah ketiganya memang anggota Polri atau tidak, cuma kita masih mendalami kasus ini dulu ya. Laporan tersebut sudah kita terima,” dalihnya. (wel/deo)