Setelah 20 tahun, ia akhirnya sudah menerima kenyataan bahwa dampak pendidikan yang terlalu kecewekcewekan membuat anak-anaknya jadi lemah gemulai.
“Diketawain sama tetangga, ya teman-temannya juga. Saya juga feeling kalau kini mereka itu homo “ jelasnya.
Hal itu dibuktikan kalau teman sekolahnya dulu kebanyakan wanita, tapi tak ada yang pernah jadi kekasihnya.
Sedangkan, kini waktu kuliah sahabat sahabatnya cenderung pria dan terkadang sering menginap di rumahnya di kawasan Wiyung.
Tongat memprediksi jika kenyataan pahit itu bakal membuatnya sakit hati.
”Ini semua salah istriku. Aku lebih baik menikah lagi,” kata Tongat yang mengaku sudah pacar lagi.
Sementara itu, Butet mengaku alasan Tongat menyalahkan didikannya sudah tidak masuk akal. Karena sebenarnya, Tongat ingin menikah lagi dengan kekasihnya.
“Iya anak-anak memang gemulai, tapi itu kan baik. Jadi nanti kalau mereka rumah tangga membantu istrinya membersihkan rumah. Enggak kayak bapaknya yang males,” kata Butet.
Saat ini, Butet sudah pasrah dengan keputusan suaminya. Ia tetap tabah, terlebih kedua anak lelakinya sangat menyayangi dan mensupport dirinya.
“Mereka kuliah sendiri, dan sudah bisa beli mobil dari kerjanya itu. Entah dibilang kewanita wanitaanlah, yang penting mereka penyayang sama orang tuanya,” pungkasnya.(*/no)