MEDAN, SUMUTPOS.CO – Baru empat hari keluar penjara, Dodi Nola Pazha Solin (27) tewas, Sabtu (7/6) malam. Polisi menyatakan Dodi kehilangan nyawa setelah menelan barang bukti sabu-sabu, sementara keluarga menduga dia dianiaya polisi.
Tewasnya pemuda warga Jalan Karya Wisata, Gang Wisata, Kel. Pangkalan Mansyur, Kec. Medan Johor itu, pertama kali diketahui ibu korban. Orangtua Dodi mengaku mendapat telepon dari pihak kepolisian yang mengaku sebagai kanit narkoba Poldasu bernama Ambarita
Dalam pembicaraan singkat melalui telepon seluler itu, polisi memberitahukan kalau Dodi sudah meninggal dunia dan jenazahnya berada di RS Bhayangkara Medan, Jalan KH Wahid Hasyim.
Kabar tersebut sontak mengejutkannya dan langsung memberitahukannya pada sang suami, Kamijo Solin (59). Masih tak percaya, Kamijo pun mencoba menghubungi nomor ponsel Dodi. Namun dari seberang telepon seorang pria yang mengaku polisi menyebut jika Dodi sudah meninggal dan jenazahnya masih di rumah sakit Bhayangkara. Kamijo pun bergegas menuju rumah sakit yang dimaksud.
“Dia bilang anak saya sudah meninggal di RS Bhayangkara. Tapi saya tidak diberitahu apa penyebab meninggalnya,” ucap Kamijo.
Berdasarkan informasi yang diterima Kamijo, anaknya melakukan transaksi 13 paket sabu-sabu di kawasan Kompleks Perumahan Citra Wisata. “Anak saya katanya memegang barang bukti. Dari informasinya, dia tertangkap sama kawannya,” sambungnya.
Mendapatkan informasi itu, Kamijo langsung mendatangi RS Bhayangkara Polda Sumut. Setelah melihat jenazah anaknya, Kamijo melihat beberapa keganjalan seperti beberapa bekas tindak kekerasan. Pihak keluarga korban menduga Dodi itu tewas karena dianiaya.
Meski menduga ada tindak penganiayaan, namun pihak keluarga belum mendapat kepastian dari polisi soal penyebab tewasnya Dodi. Mereka masih menunggu hasil autopsi.
Sementara itu, Direktur Reserse Narkoba Polda Sumut Kombes Pol Toga Habinsaran Panjaitan membantah anggotanya telah menganiaya Dodi. “Tidak ada anggota kita menganiaya tersangka. Sabunya dia telan dan tersangka tewas di RS Bhayangkara,” katanya saat dihubungi POSMETRO MEDAN via seluler, Minggu (8/6) sore.
Terkait sejumlah luka di tubuh korban, antara lain memar di bagian dahi dan lutut bagian sebelah kiri serta dibagian kedua tangannya luka memar, diduga akibat borgol, Toga Habinsaran Panjaitan membantah adanya penganiayaan.
“Nggak ada mendapat penganiayaan, cuma masalahnya dia (Dodi) tewas karena menelan sabu yang terlalu banyak saat dilakukan penangkapan,” ujarnya.
Lantas berapa banyak barang bukti sabu-sabu yang ditelan korban hingga menyebabkannya pria yang disebut bandar narkoba itu tewas? “Kalau sabu yang ditelannya itu 13 gram, dan udah target operasi memang,” jawab Toga Habinsaran Panjaitan.
Saat ditanya tindakan apa yang bakal diambilnya terkait tewasnya Dodi yang disebut sudah menjadi target penangkapan polisi? “Berkas tersangkanya kita SP3 kan,” katanya enteng. (tun/bay/bd)