26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

”Nggak Yakin Dirampok, Soalnya Motornya Udah Jelek Kali”

Agus korban perampokan di Simalungun
Foto: Bayu/Metro Siantar/SMG Agus Prianto, salah seorang korban perampokan di Simalungun, saat dirawat di RS Malahayati Medan. Ayah Agus tidak yakin Agus temannya Arif dihabisi perampok, karena sepeda motor yang mereka naiki sudah jelek dan sering mati.

SUMUTPOS.CO – Agus Prianto (17) teman Arif yang selamat masih belum sadarkan diri di RS Malahayati, Jl. Dipenogoro, Kec. Medan Baru. Saat didatangi, korban yang baru selesai dioperasi akhirnya dipindahkan ke ruangan di lantai 3 kamar 301. Terlihat korban masih terbaring lemas dengan infuse masih menempel di tangannya. Kondisi wajahnya pun lembam membengkak dan di bagian alis masih diperban, begitu juga dengan bagian kepala. Dan terlihat orangtua korban, Riyanto (39) dan Suginem (35) duduk terpaku di depan ruangan.

Ayah korban mengaku sejauh ini belum mengetahui kabar terbaru dari kasus ini. “Sampai sekarang saya belum tahu kabar terbaru tentang masalah ini, yang saya fokuskan hanya bagaimana mendapatkan biaya perobatan untuk anak saya,” lirihnya.

Ia mengaku bingung mencari uang untuk membayar biaya perobatan anaknya yang saat ini sebesar Rp37 juta. “Saya sudah berusaha pinjam ke sana dan kemari untuk biaya awal masuk rumah sakit, dan itu pun masih ada Rp10 juta. Sisanya saya masih bingung mencarinya ke sana,” jelas ayah 3 anak yang bekerja serabutan mulai mencabuti padi hingga buruh bangunan itu.

Sebelumnya korban sempat ditolak dirujuk ke RSUP H Adam Malik dengan alasan ruang ICU penuh dan surat rujukan menuju RS Malahayati Medan. “Sebelumnya kan dibawa ke RS Vita Insani di Siantar, disana dapat pertolongan pertama, namun karena alat kurang maka dirujuk ke RS Malahayati. Sempat kami bawa ke Adam Malik mengingat rumah sakit yang lengkap, tapi kata orang di sana surat rujukannya ke Malahayati dan ruang ICU penuh,” terangnya.

Dirinya pun mengisahkan kalau saat itu kebingungan mencari keberadaan korban yang tak pulang semalaman, dan sempat menghubungi kekasih korban, Nur Aini untuk menanyakan keberadaan anaknya.

“Biasanya dia (korban) paling lama jam 1 sudah di rumah, tapi sampai pagi kok gak pulang juga. Diteleponin tapi nomernya selalu sibuk, saya semakin cemas, saya telepon pacarnya, katanya udah pulang dari jam 11 malam itu. Barulah pagi saya dapat kabar dari warga sebelah,” terang warga Bajambe Kampung Huta Setia Timur Budi Luhur, Kec. Hutabayuraja, Kab. Simalungun itu.

Mendapat kabar tersebut, dirinya pun langsung menuju lokasi yang jaraknya cukup jauh, dan sesampainya di sana, dirinya pun mendapati korban sudah dalam keadaan kritis dengan posisi terduduk bersandarkan pohon dengan kondisi berlumuran darah di bagian kepala dan wajahnya.

“Sampe dilokasi, langsung ku gendong dia (korban) sambil kubawa jalan hampir 1 Km menuju Puskesmas terdekat, tetapi di sana sama sekali gak ada peralatan. Terus aku pinjam mobil tetangga untuk bawa dia ke RS Vita Insani di Siantar,” jelasnya.

Kemudian saat ditanyai apakah korban memiliki musuh atau orang yang tidak senang atas korban, dirinya mengaku kalau korban adalah anak yang pendiam dan polos. “Kalau dia (korban) itu anaknya polos dan banyak kawannya, kalau gak percaya coba tanya sama warga sana gimana kepribadian anak saya,” jelas pria yang memakai jaket hitam ini yang wajahnya terlihat kecapekan karena semalaman menjaga korban.

Masih kata ayah korban, seperti biasa tiap malam minggu, anaknya dan Arif pasti ngapel ke rumah pacar mereka. “Kalau perampokan, saya tidak yakin, soalnya motor Smash saya itu udah jelek kali, mati-mati, modelnya dibawa jalan dikit-dikit mati mesinnya. Gak yakin kalau murni perampokan,” ungkapnya.

Namun dirinya belum dapat memastikan motif lain dari kasus ini. “Kayaknya ini motifnya dendam, tapi saya tidak ada dapat info atau kabar, siapa yang dendam. Soalnya anak saya gak pernah cerita-cerita kalau ada masalah, dan setahu saya anak bergaul baik-baik saja,” terangnya. Begitu juga dengan ibu korban yang hanya bisa menangis melihat kondisi anaknya. Terlihat sesekali anak sulung dari 3 bersaudara yang karena tak punya biaya dan bersekolah hanya sampai Kelas IV SD ini pun menggerak-gerakkan tangan dan kakinya. (lud/bay/deo)

Agus korban perampokan di Simalungun
Foto: Bayu/Metro Siantar/SMG Agus Prianto, salah seorang korban perampokan di Simalungun, saat dirawat di RS Malahayati Medan. Ayah Agus tidak yakin Agus temannya Arif dihabisi perampok, karena sepeda motor yang mereka naiki sudah jelek dan sering mati.

SUMUTPOS.CO – Agus Prianto (17) teman Arif yang selamat masih belum sadarkan diri di RS Malahayati, Jl. Dipenogoro, Kec. Medan Baru. Saat didatangi, korban yang baru selesai dioperasi akhirnya dipindahkan ke ruangan di lantai 3 kamar 301. Terlihat korban masih terbaring lemas dengan infuse masih menempel di tangannya. Kondisi wajahnya pun lembam membengkak dan di bagian alis masih diperban, begitu juga dengan bagian kepala. Dan terlihat orangtua korban, Riyanto (39) dan Suginem (35) duduk terpaku di depan ruangan.

Ayah korban mengaku sejauh ini belum mengetahui kabar terbaru dari kasus ini. “Sampai sekarang saya belum tahu kabar terbaru tentang masalah ini, yang saya fokuskan hanya bagaimana mendapatkan biaya perobatan untuk anak saya,” lirihnya.

Ia mengaku bingung mencari uang untuk membayar biaya perobatan anaknya yang saat ini sebesar Rp37 juta. “Saya sudah berusaha pinjam ke sana dan kemari untuk biaya awal masuk rumah sakit, dan itu pun masih ada Rp10 juta. Sisanya saya masih bingung mencarinya ke sana,” jelas ayah 3 anak yang bekerja serabutan mulai mencabuti padi hingga buruh bangunan itu.

Sebelumnya korban sempat ditolak dirujuk ke RSUP H Adam Malik dengan alasan ruang ICU penuh dan surat rujukan menuju RS Malahayati Medan. “Sebelumnya kan dibawa ke RS Vita Insani di Siantar, disana dapat pertolongan pertama, namun karena alat kurang maka dirujuk ke RS Malahayati. Sempat kami bawa ke Adam Malik mengingat rumah sakit yang lengkap, tapi kata orang di sana surat rujukannya ke Malahayati dan ruang ICU penuh,” terangnya.

Dirinya pun mengisahkan kalau saat itu kebingungan mencari keberadaan korban yang tak pulang semalaman, dan sempat menghubungi kekasih korban, Nur Aini untuk menanyakan keberadaan anaknya.

“Biasanya dia (korban) paling lama jam 1 sudah di rumah, tapi sampai pagi kok gak pulang juga. Diteleponin tapi nomernya selalu sibuk, saya semakin cemas, saya telepon pacarnya, katanya udah pulang dari jam 11 malam itu. Barulah pagi saya dapat kabar dari warga sebelah,” terang warga Bajambe Kampung Huta Setia Timur Budi Luhur, Kec. Hutabayuraja, Kab. Simalungun itu.

Mendapat kabar tersebut, dirinya pun langsung menuju lokasi yang jaraknya cukup jauh, dan sesampainya di sana, dirinya pun mendapati korban sudah dalam keadaan kritis dengan posisi terduduk bersandarkan pohon dengan kondisi berlumuran darah di bagian kepala dan wajahnya.

“Sampe dilokasi, langsung ku gendong dia (korban) sambil kubawa jalan hampir 1 Km menuju Puskesmas terdekat, tetapi di sana sama sekali gak ada peralatan. Terus aku pinjam mobil tetangga untuk bawa dia ke RS Vita Insani di Siantar,” jelasnya.

Kemudian saat ditanyai apakah korban memiliki musuh atau orang yang tidak senang atas korban, dirinya mengaku kalau korban adalah anak yang pendiam dan polos. “Kalau dia (korban) itu anaknya polos dan banyak kawannya, kalau gak percaya coba tanya sama warga sana gimana kepribadian anak saya,” jelas pria yang memakai jaket hitam ini yang wajahnya terlihat kecapekan karena semalaman menjaga korban.

Masih kata ayah korban, seperti biasa tiap malam minggu, anaknya dan Arif pasti ngapel ke rumah pacar mereka. “Kalau perampokan, saya tidak yakin, soalnya motor Smash saya itu udah jelek kali, mati-mati, modelnya dibawa jalan dikit-dikit mati mesinnya. Gak yakin kalau murni perampokan,” ungkapnya.

Namun dirinya belum dapat memastikan motif lain dari kasus ini. “Kayaknya ini motifnya dendam, tapi saya tidak ada dapat info atau kabar, siapa yang dendam. Soalnya anak saya gak pernah cerita-cerita kalau ada masalah, dan setahu saya anak bergaul baik-baik saja,” terangnya. Begitu juga dengan ibu korban yang hanya bisa menangis melihat kondisi anaknya. Terlihat sesekali anak sulung dari 3 bersaudara yang karena tak punya biaya dan bersekolah hanya sampai Kelas IV SD ini pun menggerak-gerakkan tangan dan kakinya. (lud/bay/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/