30.6 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

20 Perampok Rampok Pabrik Gula Sei Semayang

Foto: Indra/PM/JPNN Para pelaku perampokan pabrik gula saat diamankan di Polsek Sunggal.
Foto: Indra/PM/JPNN
Para pelaku perampokan pabrik gula saat diamankan di Polsek Sunggal.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebanyak 20 orang pelaku perampokan gula seberat 60 ton di parbik gula Sei Semayang (PGSS) PTPN II di Jl. Binjai KM 12 Desa Sei Semayang, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, berhasil diringkus petugas Polsek Sunggal, dibantu satu tim Brimobdasu dan ratusan buruh, Sabtu (8/2).

Aksi perampokan yang berlangsung dini hari, sekira pukul 03.00 WIB ini berhasil digagalkan lantaran kecurigaan Satpam PGSS, P Malau terhadap 3 unit truk milik pelaku yang hendak memasuki kawasan pabrik. Ketika itu sekelompok orang mengenakan penutup wajah dan menghunus senjata tajam tengah berupaya membuka pintu gudang.

Melihat kejadian itu, P Malau langsung menghubungi polisi dan 7 personel Brimob. Dia juga mengumpulkan buruh yang tinggal di sekitar pabrik. Setelah para pelaku berhasil masuk ke areal gudang, ratusan buruh pabrik langsung mengepung.  Keduapuluh orang itu pun tidak berkutik saat disergap.

Selanjutnya, personil Polsek Sunggal bersama personel Brimob bersenjata lengkap langsung mengamankan ke dua puluh pelaku dan kemudian memboyong para pelaku ke Mapolsek Sunggal berikut barang bukti 10 karung gula dan 3 unit mobil truk BK 8859 DY, BK 9720 LL, BK 8024 LE guna diproses sesuai hukum.

Saat ditemui di lokasi kejadian, pengawas pabrik P Malau (43) mengatakan, sebelum perampokan tersebut terjadi pihaknya sudah mengetahui. “Ada intel kita yang ngasih tahu. Makanya kita tahu akan ada perampokan tersebut,” ucapnya yang enggan menyebutkan intel mereka tersebut.

Makanya itu, beber Malau, pihaknya pun kemudian bersiaga dan menghubungi pihak kepolisian untuk siaga di lokasi. “Sekitar 100 karyawan yang siaga saat itu dibantu polisi Polsek Sunggal dan 7 anggota dari Brimob. Makanya, ketika mereka berhasil masuk dengan merusak pintu gerbang, langsung kita kepung dan berhasil kita tangkap,” ucapnya.

Lebih lanjut, Malau mengatakan, saat melakukan aksi perampokan tersebut kawanan tersebut ada 21 orang. Tapi otak pelakunya, Rahono warga Bulu Cina Hamparan Perak berhasil kabur.

“Ada 21 orang mereka waktu mau beraksi. Tapi, otak pelakunya berhasil kabur. Dan saat ini sendiri petugas kepolisian sedang mengejar otak pelaku tersebut,” ucapnya.

Saat disinggung berapa banyak gula yang berada di dalam gudang tersebut, Malau mengatakan, kalau dihitung-hitung ada 60 ton dari 1200 karung gula yang masing-masing 50 kg ada di dalam gudang. “Ada sekira 60 ton gula yang ada di dalam gudang itu. Mungkin itulah yang mau dimainkan sama mereka,” ungkapnya.

Kemudian, Malau mengatakan, dirinya menduga kalau kawanan ini sudah mempersiapkan aksi perampokan tersebut yang sangat matang. Pasalnya, pihaknya berhasil mengamankan peralatan seperti mesin las serta tali. “Uda matang kali persiapan mereka. Soalnya ada mesin las sama talinya,” ucapnya.

Sementara itu, saat ini sendiri pihak Polsek Sunggal masih melakukan pemeriksaan terhadap ke 20 pelaku.

 

Foto: Indra/PM/JPNN Gudang Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II yang dirampok.
Foto: Indra/PM/JPNN
Gudang Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II yang dirampok.

LIBATKAN ORANG DALAM

Sehari diamankan di Polsek Sunggal, Mentok (56) dan ke 19 temannya yang gagal melarikan 60 ton gula dari Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) PTPN II di Jl. Binjai KM 12 Desa Sei Semayang, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, Sabtu (8/2) sekira pukul 03.30 WIB, mengaku dijebak pria tak dikenal. Ke 20 pelaku berdalih hanya ditugaskan sesorang yang diduga orang dalam perusahaan untuk memuat gula tersebut ke atas truk. Hal ini dikatakan Mentok Cs saat ditemui kru koran ini di Polsek Sunggal, Minggu (9/2) siang.

Dikisahkan warga Merelan yang bekerja sebagai sopir truk itu, jelang subuh, ia dan temabn-temannya dihubungi seorang pria ngaku agen. Oleh pria itu, mereka disuruh memuat gula dari pabrik guna diantar ke Tebing Tinggi dengan biaya Rp 2,5 juta untuk 3 truk. Sebelum bergerak ke lokasi, para buruh bongkar muat itu lebih dulu dikumpulkan di kawasan Hamparan Perak. “Kami semua bertemu di daerah Hamparan Perak sebelum ke pabrik. Gula yang hendak kami muat tersebut rencanya mau dibawa ke Tebing Tinggi dengan biaya sewa truk Rp 2,5 juta untuk 3 truk. Tapi kami dikasih panjar uang jalan Rp 600 untuk 3 truk,” ucapnya.

Anehnya, saat ditanya siapa orang yang menyuruh dan membayar mereka? Mentok justru tak berani mengatakannya. Ia berdalih, proyek bongkar muat itu datang dari agen ke agen. Kuat dugaan, ada keterlibatan orang dalam pada kasus ini. Pasalnya, Mentok juga tampak ketakutan dan berusaha melindungi pelaku utama yang memerintahkan mereka. Singkat cerita, karena tak bisa menunjukkan ijin/surat bongkar muat (DO) memuat gula. Petugas security sontak melarang Mentok Cs masuk ke lokasi pabrik. Karena itulah, Mentok Cs pun memilih balik kanan.

“Saat itu, security bilang kalau DO (surat untuk bongkar muat) tidak ada kalau malam hari. Mereka bilang, DO-nya ada di pagi hari. Makanya kami mau pulang. Untuk apa kami disitu kalau suratnya sendiri tidak ada,” ungkapnya. Namun saat mereka hendak pulang, petugas keamanan itu malah mengejar dan menyuruh mereka masuk ke dalam pabrik. “Itulah makanya kami masuk ke pabrik,” ucap Mantok diamini teman-temannya. Tapi sial, ternyata di lokasi pabrik mereka sudah ditunggu oleh ratusan buruh. Tanpa basa-basi, Mentok Cs dihajar sampai babak belur.

“Sebaik masuk, kami langsung dituduh maling. Makanya kami dipukuli kayak binatang. Celana kami juga koyak-koyak dibuat para buruh itu,” ungkap Mantok. Mereka terpaksa mengaku sebagai perampok karena tak tahan dengan amukan massa. “Gak tahan kami, makanya kami iya kan aja yang dituduhkan orang itu. Kawanku banyak yang badannya biru-biru akibat dipukuli sama mereka. Padahal antara kami sendiri tak saling kenal,” dalihnya. Ucapan Mantok langsung diiyakan para pelaku lainnya.

“Benar, kami memang nggak saling kenal. Kami hanya sama-sama mau cari upah,” ucap para pelaku. Saat disinggung, apakah ke 10 karung gula yang diamankan petugas itu adalah punya mereka? Mentok Cs langsung membantahnya. “Bukan punya kami itu, sabotase ini semua. Secuil gulapun tidak ada kami ambil. Nggak betul itu. Potong leher pun kami berani mau. Memang itu bukan punya kami. Gimana pulak itu punya kami, kami saja belum sempat masuk ke gudang,” teriak para pelaku. Amatan wartawan di Polsek Sunggal, ke 20 pria yang tubuhnya lebam-lebam diamuk massa itu masih mendekam di penjara.

Ironisnya, polisi juga terkesan tak menutup-nutupi kasus ini. Pasalnya, Kapolsek Sunggal Kompol Eko Hartanto dan Kanit Reskrim Sunggal, Iptu Adhi Putranto juga terkesan enggan dikonfirmasi. Pasalnya, kedua perwira itu enggan menjawab saat dihubungi. Bahkan pesan singkat yang dilayangkan dari pagi, baru dibalas Sabtu (8/2) malam sekira pukul 22.00 WIB. “Hingga saat ini, kita masih mengamankan ke 20 orang yang diamankan tersebut. Sedangkan kasus ini masih dalam proses penyelidikan,” ucapnya. Lebih lanjut, mantan Panit VC Polresta Medan ini mengatakan, pihaknya hingga saat ini belum bisa mempublikasi kasus ini. Pasalnya, dari 20 orang yang diamankan tersebut dirinya mengaku tidak semuanya memenuhi unsur pidana. “Tidak semua yang kita amankan memenuhi unsur pidana. Jadi masih kita godok sampai final baru kita publikasikan,” ungkapnya.

Sementara itu, saat disinggung ke mana 3 truk roda 10 yang digunakan para pelaku? Adhi mengatakan kalau ke-3 truk tersebut sudah diamankan di parkiran gudang depan Polsek Sunggal. “3 truk itu sudah kita amankan diparkirkan di gudang depan polsek supaya aman. Dum trims,” ucapnya. Terpisah, terkait aksi percobaan perampokan yang dilakukan 20 kawanan rampok ini, P Malau selaku pengawas pabrik mengatakan ini aksi yang pertama terjadi. Pasalnya, sebelum kejadian tersebut tidak ada satu pun perampokan terjadi di PGSS. “Baru kali ini kejadian seperti ini. Kamipun heran kenapa ini bisa terjadi,” pungkasnya. ((ind/deo)

Foto: Indra/PM/JPNN Para pelaku perampokan pabrik gula saat diamankan di Polsek Sunggal.
Foto: Indra/PM/JPNN
Para pelaku perampokan pabrik gula saat diamankan di Polsek Sunggal.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebanyak 20 orang pelaku perampokan gula seberat 60 ton di parbik gula Sei Semayang (PGSS) PTPN II di Jl. Binjai KM 12 Desa Sei Semayang, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, berhasil diringkus petugas Polsek Sunggal, dibantu satu tim Brimobdasu dan ratusan buruh, Sabtu (8/2).

Aksi perampokan yang berlangsung dini hari, sekira pukul 03.00 WIB ini berhasil digagalkan lantaran kecurigaan Satpam PGSS, P Malau terhadap 3 unit truk milik pelaku yang hendak memasuki kawasan pabrik. Ketika itu sekelompok orang mengenakan penutup wajah dan menghunus senjata tajam tengah berupaya membuka pintu gudang.

Melihat kejadian itu, P Malau langsung menghubungi polisi dan 7 personel Brimob. Dia juga mengumpulkan buruh yang tinggal di sekitar pabrik. Setelah para pelaku berhasil masuk ke areal gudang, ratusan buruh pabrik langsung mengepung.  Keduapuluh orang itu pun tidak berkutik saat disergap.

Selanjutnya, personil Polsek Sunggal bersama personel Brimob bersenjata lengkap langsung mengamankan ke dua puluh pelaku dan kemudian memboyong para pelaku ke Mapolsek Sunggal berikut barang bukti 10 karung gula dan 3 unit mobil truk BK 8859 DY, BK 9720 LL, BK 8024 LE guna diproses sesuai hukum.

Saat ditemui di lokasi kejadian, pengawas pabrik P Malau (43) mengatakan, sebelum perampokan tersebut terjadi pihaknya sudah mengetahui. “Ada intel kita yang ngasih tahu. Makanya kita tahu akan ada perampokan tersebut,” ucapnya yang enggan menyebutkan intel mereka tersebut.

Makanya itu, beber Malau, pihaknya pun kemudian bersiaga dan menghubungi pihak kepolisian untuk siaga di lokasi. “Sekitar 100 karyawan yang siaga saat itu dibantu polisi Polsek Sunggal dan 7 anggota dari Brimob. Makanya, ketika mereka berhasil masuk dengan merusak pintu gerbang, langsung kita kepung dan berhasil kita tangkap,” ucapnya.

Lebih lanjut, Malau mengatakan, saat melakukan aksi perampokan tersebut kawanan tersebut ada 21 orang. Tapi otak pelakunya, Rahono warga Bulu Cina Hamparan Perak berhasil kabur.

“Ada 21 orang mereka waktu mau beraksi. Tapi, otak pelakunya berhasil kabur. Dan saat ini sendiri petugas kepolisian sedang mengejar otak pelaku tersebut,” ucapnya.

Saat disinggung berapa banyak gula yang berada di dalam gudang tersebut, Malau mengatakan, kalau dihitung-hitung ada 60 ton dari 1200 karung gula yang masing-masing 50 kg ada di dalam gudang. “Ada sekira 60 ton gula yang ada di dalam gudang itu. Mungkin itulah yang mau dimainkan sama mereka,” ungkapnya.

Kemudian, Malau mengatakan, dirinya menduga kalau kawanan ini sudah mempersiapkan aksi perampokan tersebut yang sangat matang. Pasalnya, pihaknya berhasil mengamankan peralatan seperti mesin las serta tali. “Uda matang kali persiapan mereka. Soalnya ada mesin las sama talinya,” ucapnya.

Sementara itu, saat ini sendiri pihak Polsek Sunggal masih melakukan pemeriksaan terhadap ke 20 pelaku.

 

Foto: Indra/PM/JPNN Gudang Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II yang dirampok.
Foto: Indra/PM/JPNN
Gudang Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II yang dirampok.

LIBATKAN ORANG DALAM

Sehari diamankan di Polsek Sunggal, Mentok (56) dan ke 19 temannya yang gagal melarikan 60 ton gula dari Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) PTPN II di Jl. Binjai KM 12 Desa Sei Semayang, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, Sabtu (8/2) sekira pukul 03.30 WIB, mengaku dijebak pria tak dikenal. Ke 20 pelaku berdalih hanya ditugaskan sesorang yang diduga orang dalam perusahaan untuk memuat gula tersebut ke atas truk. Hal ini dikatakan Mentok Cs saat ditemui kru koran ini di Polsek Sunggal, Minggu (9/2) siang.

Dikisahkan warga Merelan yang bekerja sebagai sopir truk itu, jelang subuh, ia dan temabn-temannya dihubungi seorang pria ngaku agen. Oleh pria itu, mereka disuruh memuat gula dari pabrik guna diantar ke Tebing Tinggi dengan biaya Rp 2,5 juta untuk 3 truk. Sebelum bergerak ke lokasi, para buruh bongkar muat itu lebih dulu dikumpulkan di kawasan Hamparan Perak. “Kami semua bertemu di daerah Hamparan Perak sebelum ke pabrik. Gula yang hendak kami muat tersebut rencanya mau dibawa ke Tebing Tinggi dengan biaya sewa truk Rp 2,5 juta untuk 3 truk. Tapi kami dikasih panjar uang jalan Rp 600 untuk 3 truk,” ucapnya.

Anehnya, saat ditanya siapa orang yang menyuruh dan membayar mereka? Mentok justru tak berani mengatakannya. Ia berdalih, proyek bongkar muat itu datang dari agen ke agen. Kuat dugaan, ada keterlibatan orang dalam pada kasus ini. Pasalnya, Mentok juga tampak ketakutan dan berusaha melindungi pelaku utama yang memerintahkan mereka. Singkat cerita, karena tak bisa menunjukkan ijin/surat bongkar muat (DO) memuat gula. Petugas security sontak melarang Mentok Cs masuk ke lokasi pabrik. Karena itulah, Mentok Cs pun memilih balik kanan.

“Saat itu, security bilang kalau DO (surat untuk bongkar muat) tidak ada kalau malam hari. Mereka bilang, DO-nya ada di pagi hari. Makanya kami mau pulang. Untuk apa kami disitu kalau suratnya sendiri tidak ada,” ungkapnya. Namun saat mereka hendak pulang, petugas keamanan itu malah mengejar dan menyuruh mereka masuk ke dalam pabrik. “Itulah makanya kami masuk ke pabrik,” ucap Mantok diamini teman-temannya. Tapi sial, ternyata di lokasi pabrik mereka sudah ditunggu oleh ratusan buruh. Tanpa basa-basi, Mentok Cs dihajar sampai babak belur.

“Sebaik masuk, kami langsung dituduh maling. Makanya kami dipukuli kayak binatang. Celana kami juga koyak-koyak dibuat para buruh itu,” ungkap Mantok. Mereka terpaksa mengaku sebagai perampok karena tak tahan dengan amukan massa. “Gak tahan kami, makanya kami iya kan aja yang dituduhkan orang itu. Kawanku banyak yang badannya biru-biru akibat dipukuli sama mereka. Padahal antara kami sendiri tak saling kenal,” dalihnya. Ucapan Mantok langsung diiyakan para pelaku lainnya.

“Benar, kami memang nggak saling kenal. Kami hanya sama-sama mau cari upah,” ucap para pelaku. Saat disinggung, apakah ke 10 karung gula yang diamankan petugas itu adalah punya mereka? Mentok Cs langsung membantahnya. “Bukan punya kami itu, sabotase ini semua. Secuil gulapun tidak ada kami ambil. Nggak betul itu. Potong leher pun kami berani mau. Memang itu bukan punya kami. Gimana pulak itu punya kami, kami saja belum sempat masuk ke gudang,” teriak para pelaku. Amatan wartawan di Polsek Sunggal, ke 20 pria yang tubuhnya lebam-lebam diamuk massa itu masih mendekam di penjara.

Ironisnya, polisi juga terkesan tak menutup-nutupi kasus ini. Pasalnya, Kapolsek Sunggal Kompol Eko Hartanto dan Kanit Reskrim Sunggal, Iptu Adhi Putranto juga terkesan enggan dikonfirmasi. Pasalnya, kedua perwira itu enggan menjawab saat dihubungi. Bahkan pesan singkat yang dilayangkan dari pagi, baru dibalas Sabtu (8/2) malam sekira pukul 22.00 WIB. “Hingga saat ini, kita masih mengamankan ke 20 orang yang diamankan tersebut. Sedangkan kasus ini masih dalam proses penyelidikan,” ucapnya. Lebih lanjut, mantan Panit VC Polresta Medan ini mengatakan, pihaknya hingga saat ini belum bisa mempublikasi kasus ini. Pasalnya, dari 20 orang yang diamankan tersebut dirinya mengaku tidak semuanya memenuhi unsur pidana. “Tidak semua yang kita amankan memenuhi unsur pidana. Jadi masih kita godok sampai final baru kita publikasikan,” ungkapnya.

Sementara itu, saat disinggung ke mana 3 truk roda 10 yang digunakan para pelaku? Adhi mengatakan kalau ke-3 truk tersebut sudah diamankan di parkiran gudang depan Polsek Sunggal. “3 truk itu sudah kita amankan diparkirkan di gudang depan polsek supaya aman. Dum trims,” ucapnya. Terpisah, terkait aksi percobaan perampokan yang dilakukan 20 kawanan rampok ini, P Malau selaku pengawas pabrik mengatakan ini aksi yang pertama terjadi. Pasalnya, sebelum kejadian tersebut tidak ada satu pun perampokan terjadi di PGSS. “Baru kali ini kejadian seperti ini. Kamipun heran kenapa ini bisa terjadi,” pungkasnya. ((ind/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/