25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Diduga Dibunuh Orang Dekat

Foto: Gatha Ginting/Repro Foto Diana Br Siagian (semasa hidup) bersama suami.
Foto: Gatha Ginting/Repro
Foto Diana Br Siagian (semasa hidup) bersama suami.

SUMUTPOS.CO – Selain tak ada barang berharga yang hilang, kasus pembunuhan Diana boru Siagian ini juga banyak meninggalkan kejanggalan. Selain tak ada kerusakan pada pintu di jendela, pelaku juga tak ada banyak meninggalkan jejak kaki di sudut rumah korban.

Semula ada dugaan, pelaku masuk dengan melompati pagar yang berbatasan langsung dengan tanah kosong yang berada tepat di samping kanan rumah. Tapi saat ditelusuri, kru koran ini tak menemukan jejak kaki pelaku menempel di tembok. Padahal, jika masuk dari sana, pelaku pasti meninggalkan jejak berlumpur di tembok yang berasal dari tanah kosong yang becek.

Karena tak menemukan jejak kaki pelaku di tembok maupun tanah kosong itu, kru koran ini pun melanjutkan penelusuran ke pagar warna putih yang berada di sisi kiri rumah korban yang berbatasan langsung dengan kos-kosan milik marga Pasaribu.

Di sana, ditemukan jejak kaki menempel di atas tembok yang berlumut mengarah ke kosan. Atas temuan ini, Kapolsek Sunggal, AKP Aldi yang berada di lokasi sempat terdiam. “Tapi kita lihat ini aneh. Soalnya kita tidak ada melihat kerusakan di rumah korban,” ucapnya.

Aldi tak menampik adanya keterlibatan orang dekat korban. “Bisa jadi. Soalnya belum ada kita temukan motifnya. Mungkin saja ini masalah interen keluarga. Ya, kita doakan saja semoga cepat terungkap,” pungkasnya.

Seorang pemuda yang kos di sisi kiri rumah korban, Surman Zega, mengatakan awalnya menantu korban, Elisabet, tak langsung menjerit minta tolong saat

pertama masuk ke rumah seusai belanja. Dirinya melihat Elisabet sempat keluar lagi dari rumah mertuanya dan pergi ke rumah Luis.

“Waktu kakak itu pertama kali pulang. Dia tidak langsung menjerit. Dia malah sempat keluar dan pergi ke rumah Luis. Setelah itu dia masuk lagi ke dalam rumah,” ucapnya.

Ia mengaku, Elisabet baru menjerit ketika warga sudah mulai berkumpul. “Awalnya dia diam. Tapi pas warga ngumpul, dia menjerit. Makanya aku ikut keluar dari kosan dan langsung mendatangi tempat kejadian,” ungkapnya.

Yang lebih aneh, kata dia, saat berada di rumah, ia mendengar Luis menyuruh warga mengangkat jenazah dari kamar. Ia berdalih korban tewas bunuh diri. “Sempat mau kami angkat mayatnya. Tapi karena saya lihat lehernya terikat dan kakinya terikat serta adanya 2 pisau di lantai kamar korban, saya nggak berani. Makanya kami hubungi polisi,” ujarnya.

Masih kata Zega, saat masuk ke dalam kediaman korban, ia sempat melihat Luis menggenggam salah satu pisau yang ada di lokasi. “Sempat saya liat sebelum akhirnya dilemparnya ke luar kamar itu. Baru siap itu dia nyuruh kami untuk angkat jasad korban. Tapi kami tidak mau,” pungkasnya.

Hal senada juga dikatakan Sahat (18) yang merupakan anak kos di tempat Luis. Dikatakan Sahat, dirinya juga sempat melihat Luis menggenggam pisau tersebut dan meminta warga mengangkat mayat korban yang disebutnya tewas akibat bunuh diri. “Sempat aku lihat juga bang, dia genggam pisau itu,” ucapnya pada kru koran ini.

Luis yang ditemui tak menyangkal kalau ia sempat menggenggam pisau itu. Ia berdalih pisau itu awalnya berada di genggaman korban. “Dipegangnya tadi. Makanya saya geser biar bisa diangkat. Soalnya, saya kira dia saat itu bunuh diri,” cetusnya.

 

ISTRI KEDUA

Menurut salah seorang keluarga korban, Diana merupakan istri kedua Tagor. Mereka menikah setelah Tagor menduda sekira 3 tahun dan memiliki 7 orang anak.

“Istri pertamanya br Pasaribu. Kalau korban ini istri keduanya. Sudah lama memang mereka nikah, tapi mereka tak punya anak. Sekira 25 tahunan gitulah. Dan saat menikah dengan pak Juntak (Tagor-red), inang (Diana-red) berstatus perawan tua,” ucap wanita yang enggan identitasnya dikorankan itu.

Di rumah duka, putra sulung korban (suami Elisabet-red) bernama Salomo alias Leo Simanjuntak mengatakan, penemuan jenazah tersebut berawal dari istrinya yang baru pulang dari pajak usai belanja di Pasar V Padang Bulan atas permintaan korban.

“Ditelepon tadi istri saya untuk belanja. Makanya datang kemari. Siap itu, istri saya dikasih uang dan dikasih kunci. Saat itu, istri saya sempat mengajaknya, tapi dia bilang dia mau nyuci, makanya tidak jadi ikut,” ungkapnya.

Benarkan Diana berstatus istri kedua ayahnya? Dengan refleks Leo membantahnya. “Tidak benar. Dia itu orangtua kami. Pantang ngomong gitu. Dialah ibu kami. Dia itu ibu kami,” ucapnya.

Meski Leo membantah, tapi puluhan pelayat yang diwawancarai mengakui kalau Diana merupakan istri kedua Tagor. “Memang benar itu. Tahun 1987 lalu kalau tidak salah saya, ninggal inang yang pertama. Berselang 2 sampai 3 tahun kemudian, barulah pak Juntak menikah sama ibu Dian. Dan dari pernikahan mereka tersebut, tidak dikaruniai anak,” pungkas para pelayat itu. (ind/deo)

Foto: Gatha Ginting/Repro Foto Diana Br Siagian (semasa hidup) bersama suami.
Foto: Gatha Ginting/Repro
Foto Diana Br Siagian (semasa hidup) bersama suami.

SUMUTPOS.CO – Selain tak ada barang berharga yang hilang, kasus pembunuhan Diana boru Siagian ini juga banyak meninggalkan kejanggalan. Selain tak ada kerusakan pada pintu di jendela, pelaku juga tak ada banyak meninggalkan jejak kaki di sudut rumah korban.

Semula ada dugaan, pelaku masuk dengan melompati pagar yang berbatasan langsung dengan tanah kosong yang berada tepat di samping kanan rumah. Tapi saat ditelusuri, kru koran ini tak menemukan jejak kaki pelaku menempel di tembok. Padahal, jika masuk dari sana, pelaku pasti meninggalkan jejak berlumpur di tembok yang berasal dari tanah kosong yang becek.

Karena tak menemukan jejak kaki pelaku di tembok maupun tanah kosong itu, kru koran ini pun melanjutkan penelusuran ke pagar warna putih yang berada di sisi kiri rumah korban yang berbatasan langsung dengan kos-kosan milik marga Pasaribu.

Di sana, ditemukan jejak kaki menempel di atas tembok yang berlumut mengarah ke kosan. Atas temuan ini, Kapolsek Sunggal, AKP Aldi yang berada di lokasi sempat terdiam. “Tapi kita lihat ini aneh. Soalnya kita tidak ada melihat kerusakan di rumah korban,” ucapnya.

Aldi tak menampik adanya keterlibatan orang dekat korban. “Bisa jadi. Soalnya belum ada kita temukan motifnya. Mungkin saja ini masalah interen keluarga. Ya, kita doakan saja semoga cepat terungkap,” pungkasnya.

Seorang pemuda yang kos di sisi kiri rumah korban, Surman Zega, mengatakan awalnya menantu korban, Elisabet, tak langsung menjerit minta tolong saat

pertama masuk ke rumah seusai belanja. Dirinya melihat Elisabet sempat keluar lagi dari rumah mertuanya dan pergi ke rumah Luis.

“Waktu kakak itu pertama kali pulang. Dia tidak langsung menjerit. Dia malah sempat keluar dan pergi ke rumah Luis. Setelah itu dia masuk lagi ke dalam rumah,” ucapnya.

Ia mengaku, Elisabet baru menjerit ketika warga sudah mulai berkumpul. “Awalnya dia diam. Tapi pas warga ngumpul, dia menjerit. Makanya aku ikut keluar dari kosan dan langsung mendatangi tempat kejadian,” ungkapnya.

Yang lebih aneh, kata dia, saat berada di rumah, ia mendengar Luis menyuruh warga mengangkat jenazah dari kamar. Ia berdalih korban tewas bunuh diri. “Sempat mau kami angkat mayatnya. Tapi karena saya lihat lehernya terikat dan kakinya terikat serta adanya 2 pisau di lantai kamar korban, saya nggak berani. Makanya kami hubungi polisi,” ujarnya.

Masih kata Zega, saat masuk ke dalam kediaman korban, ia sempat melihat Luis menggenggam salah satu pisau yang ada di lokasi. “Sempat saya liat sebelum akhirnya dilemparnya ke luar kamar itu. Baru siap itu dia nyuruh kami untuk angkat jasad korban. Tapi kami tidak mau,” pungkasnya.

Hal senada juga dikatakan Sahat (18) yang merupakan anak kos di tempat Luis. Dikatakan Sahat, dirinya juga sempat melihat Luis menggenggam pisau tersebut dan meminta warga mengangkat mayat korban yang disebutnya tewas akibat bunuh diri. “Sempat aku lihat juga bang, dia genggam pisau itu,” ucapnya pada kru koran ini.

Luis yang ditemui tak menyangkal kalau ia sempat menggenggam pisau itu. Ia berdalih pisau itu awalnya berada di genggaman korban. “Dipegangnya tadi. Makanya saya geser biar bisa diangkat. Soalnya, saya kira dia saat itu bunuh diri,” cetusnya.

 

ISTRI KEDUA

Menurut salah seorang keluarga korban, Diana merupakan istri kedua Tagor. Mereka menikah setelah Tagor menduda sekira 3 tahun dan memiliki 7 orang anak.

“Istri pertamanya br Pasaribu. Kalau korban ini istri keduanya. Sudah lama memang mereka nikah, tapi mereka tak punya anak. Sekira 25 tahunan gitulah. Dan saat menikah dengan pak Juntak (Tagor-red), inang (Diana-red) berstatus perawan tua,” ucap wanita yang enggan identitasnya dikorankan itu.

Di rumah duka, putra sulung korban (suami Elisabet-red) bernama Salomo alias Leo Simanjuntak mengatakan, penemuan jenazah tersebut berawal dari istrinya yang baru pulang dari pajak usai belanja di Pasar V Padang Bulan atas permintaan korban.

“Ditelepon tadi istri saya untuk belanja. Makanya datang kemari. Siap itu, istri saya dikasih uang dan dikasih kunci. Saat itu, istri saya sempat mengajaknya, tapi dia bilang dia mau nyuci, makanya tidak jadi ikut,” ungkapnya.

Benarkan Diana berstatus istri kedua ayahnya? Dengan refleks Leo membantahnya. “Tidak benar. Dia itu orangtua kami. Pantang ngomong gitu. Dialah ibu kami. Dia itu ibu kami,” ucapnya.

Meski Leo membantah, tapi puluhan pelayat yang diwawancarai mengakui kalau Diana merupakan istri kedua Tagor. “Memang benar itu. Tahun 1987 lalu kalau tidak salah saya, ninggal inang yang pertama. Berselang 2 sampai 3 tahun kemudian, barulah pak Juntak menikah sama ibu Dian. Dan dari pernikahan mereka tersebut, tidak dikaruniai anak,” pungkas para pelayat itu. (ind/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/