25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bambang: Demi Tuhan! Aku Dipaksa Polisi Mengaku

Pembunuhan-ilustrasi
Pembunuhan-ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Beberapa jam pasca Zeni Chandra (30) ditemukan tewas bersimbah darah dengan posisi telungkup di kamar lantai dua rumahnya, Blok I No 1 Perumahan Padang Hijau, Kec. Medan Sunggal, Deliserdang, petugas Polsek Medan Sunggal mengamankan dan menetapkan Bambang (30), anak buah Zeni, sebagai tersangka.

Namun saat ditemui kru koran ini, Bambang mengaku difitnah dan dipaksa polisi untuk mengaku sebagai pelaku yang menghabisi nyawa majikannya yang bekerja sebagai distributor makanan anak-anak itu.

“Aku difitnah dan dipaksa keluarga korban dan polisi untuk mengakui. Sumpah demi Tuhan, tak ada aku melakukan pembunuhan itu. Aku terus dipaksa polisi. Aku difitnah,” lirih Bambang.

Namun saat dikonfirmasi, Kapolsekta Medan Sunggal, AKP Eko Hartanto tetap ngotot penetapan tersangka sesuai dengan pengakuan Bambang dan beberapa alat bukti yang ditemukan disekitar lokasi. “Tersangka telah mengakui perbuatannya, dan alat bukti sudah ada,” ucap Eko.

Ditanya barang bukti apa yang menguatkan kalau Bambang adalah pelaku pembunuhan? Eko bungkam. “Itu tugas kami mencari alat bukti,” katanya berdiplomasi tanpa menyebutkan satu pun barang bukti yang mereka sita. Untuk mencari tau motif dalam kasus tersebut, Selasa (10/12) siang, kru koran ini memilih kembali menyambangi lokasi kejadian.

Dari beberapa warga sekitar, POSMETRO MEDAN (grup JPNN) menemukan kejanggalan terkait penetapan Bambang sebagai tersangka. Salah seorang security komplek yang ditemui di pos penjagaan mengaku, beberapa hari yang lalu, ia ada mendengar kalau korban (Zeni Chandra -red) sempat kabur ke pos satpam karena terlibat cekcok dengan suaminya. Namun sayangnya, security yang tak mau menyebutkan namanya itu tak tau pasti, pas giliran security mana yang jaga saat itu.

“Saya tak tau pasti pas giliran siapa yang jaga saat itu. Tapi informasi ini akurat. Korban itu datang ngadu ke pos keamanan atas ulah suaminya yang suka berbuat kasar,” beber pria berbadan tambun itu. Ia juga tak percaya Bambang yang membunuh majikannya. “Kalaulah memang benar Bambang yang membunuh majikannya, mengapa dia (Bambang-red) tidak lari,” kata pria berkulit hitam itu.

Hal senada juga diakui Abie, sopir distributor jajanan yang bertugas mengantar barang pesanan buat usaha korban. Abie juga mengaku terkejut saat mengetahui penangkapan Bambang.

Dikisahkan Abie, Senin (9/10) sekira pukul 12.00 WIB, Bambang masih bersama-sama dengan dirinya melakukan bongkar muat barang. Usai menyelesaikan pekerjaan itu, Bambang dan Abie langsung pulang ke rumah masing-masing nya. “Setahu saya Bambang datang ke tempat bosnya untuk kerja, bila ada barang pesanan bosnya masuk dan harus dibongkar untuk dipindahkan dari mobil ke gudang, atau memuat barang dari gudang ke dalam mobil mereka (mobil milik bos-red), atau bila ada langganan mereka yang memesan barang,” jelas Abie.

“Kok bisa Bambang yang dituduh membunuh, padahal dia sudah pulang. Kalaulah memang si Bambang yang membunuh bosnya itu, mengapa dia ( Bambang-red) mau balik lagi ke rumah bosnya saat menerima telepone, dan diminta datang kembali ke rumah bosnya itu. Heran juga saya,” ucap Abie.

Abie sendiri mengaku kedatangannya ke lokasi untuk menagih janji suami korban (Hengki-red). “Saya datang kemari untuk narik barang karena pembayaran yang tersendat. Karena sebelumnya Hengki (suami korban-red) sempat bilang, kalau ia belum sanggup bayar tunggakan bayaran. Karena itu ia mengaku tak keberatan barangnya ditarik,” jelas Abie sembari memberikan nomor hape abang kandung Bambang bernama Edy.

Saat dihubungi kru koran ini, Edy mengaku, sekitar pukul 19.00 WIB sehabis maghrib, sebelumnya Bambang sempat dihubungi oleh seorang perempuan yang tak ia kenal. Perempuan itu meminta Bambang datang ke rumah bosnya. Setiba di sana, perempuan yang tak dikenalnya itu meminta Bambang menjaga anak majikannya yang masih bayi.

Ditambahkan Edy, tak berapa lama Bambang menjaga anak bosnya itu, perempuan misterius yang menitipkan anak tersebut langsung pergi, dan tak berapa lama kemudian, Hengki (suami korban-red) pulang ke rumah dan mendapati istrinya telah tewas bersimbah darah di lantai dua rumah.

Menurut keterangan sejumlah warga yang bertempat tinggal disekitar lokasi tempat tinggal korban mengaku sempat mendengar suara ribut-ribut dari rumah Zeni sekira pukul 18.00 WIB. Karena sudah biasa mendengar pasutri itu bertengkar, warga pun tak mempedulikannya lagi.

Tak lama berselang, suasana mendadak heboh saat Hengki menemukan istrinya sudah tak bernyawa dengan kondisi tragis. “Sebelum sempat ditemukan tewas, memang sempat ada terdengar suara ribut dari rumah itu. Tapi sebentar saja, terus nggak kedengeran lagi. Eh, engak taunya sudah ada yang mati, hingga akhirnya ramai polisi datang,” ujar warga sekitar. (gus/deo)

Pembunuhan-ilustrasi
Pembunuhan-ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Beberapa jam pasca Zeni Chandra (30) ditemukan tewas bersimbah darah dengan posisi telungkup di kamar lantai dua rumahnya, Blok I No 1 Perumahan Padang Hijau, Kec. Medan Sunggal, Deliserdang, petugas Polsek Medan Sunggal mengamankan dan menetapkan Bambang (30), anak buah Zeni, sebagai tersangka.

Namun saat ditemui kru koran ini, Bambang mengaku difitnah dan dipaksa polisi untuk mengaku sebagai pelaku yang menghabisi nyawa majikannya yang bekerja sebagai distributor makanan anak-anak itu.

“Aku difitnah dan dipaksa keluarga korban dan polisi untuk mengakui. Sumpah demi Tuhan, tak ada aku melakukan pembunuhan itu. Aku terus dipaksa polisi. Aku difitnah,” lirih Bambang.

Namun saat dikonfirmasi, Kapolsekta Medan Sunggal, AKP Eko Hartanto tetap ngotot penetapan tersangka sesuai dengan pengakuan Bambang dan beberapa alat bukti yang ditemukan disekitar lokasi. “Tersangka telah mengakui perbuatannya, dan alat bukti sudah ada,” ucap Eko.

Ditanya barang bukti apa yang menguatkan kalau Bambang adalah pelaku pembunuhan? Eko bungkam. “Itu tugas kami mencari alat bukti,” katanya berdiplomasi tanpa menyebutkan satu pun barang bukti yang mereka sita. Untuk mencari tau motif dalam kasus tersebut, Selasa (10/12) siang, kru koran ini memilih kembali menyambangi lokasi kejadian.

Dari beberapa warga sekitar, POSMETRO MEDAN (grup JPNN) menemukan kejanggalan terkait penetapan Bambang sebagai tersangka. Salah seorang security komplek yang ditemui di pos penjagaan mengaku, beberapa hari yang lalu, ia ada mendengar kalau korban (Zeni Chandra -red) sempat kabur ke pos satpam karena terlibat cekcok dengan suaminya. Namun sayangnya, security yang tak mau menyebutkan namanya itu tak tau pasti, pas giliran security mana yang jaga saat itu.

“Saya tak tau pasti pas giliran siapa yang jaga saat itu. Tapi informasi ini akurat. Korban itu datang ngadu ke pos keamanan atas ulah suaminya yang suka berbuat kasar,” beber pria berbadan tambun itu. Ia juga tak percaya Bambang yang membunuh majikannya. “Kalaulah memang benar Bambang yang membunuh majikannya, mengapa dia (Bambang-red) tidak lari,” kata pria berkulit hitam itu.

Hal senada juga diakui Abie, sopir distributor jajanan yang bertugas mengantar barang pesanan buat usaha korban. Abie juga mengaku terkejut saat mengetahui penangkapan Bambang.

Dikisahkan Abie, Senin (9/10) sekira pukul 12.00 WIB, Bambang masih bersama-sama dengan dirinya melakukan bongkar muat barang. Usai menyelesaikan pekerjaan itu, Bambang dan Abie langsung pulang ke rumah masing-masing nya. “Setahu saya Bambang datang ke tempat bosnya untuk kerja, bila ada barang pesanan bosnya masuk dan harus dibongkar untuk dipindahkan dari mobil ke gudang, atau memuat barang dari gudang ke dalam mobil mereka (mobil milik bos-red), atau bila ada langganan mereka yang memesan barang,” jelas Abie.

“Kok bisa Bambang yang dituduh membunuh, padahal dia sudah pulang. Kalaulah memang si Bambang yang membunuh bosnya itu, mengapa dia ( Bambang-red) mau balik lagi ke rumah bosnya saat menerima telepone, dan diminta datang kembali ke rumah bosnya itu. Heran juga saya,” ucap Abie.

Abie sendiri mengaku kedatangannya ke lokasi untuk menagih janji suami korban (Hengki-red). “Saya datang kemari untuk narik barang karena pembayaran yang tersendat. Karena sebelumnya Hengki (suami korban-red) sempat bilang, kalau ia belum sanggup bayar tunggakan bayaran. Karena itu ia mengaku tak keberatan barangnya ditarik,” jelas Abie sembari memberikan nomor hape abang kandung Bambang bernama Edy.

Saat dihubungi kru koran ini, Edy mengaku, sekitar pukul 19.00 WIB sehabis maghrib, sebelumnya Bambang sempat dihubungi oleh seorang perempuan yang tak ia kenal. Perempuan itu meminta Bambang datang ke rumah bosnya. Setiba di sana, perempuan yang tak dikenalnya itu meminta Bambang menjaga anak majikannya yang masih bayi.

Ditambahkan Edy, tak berapa lama Bambang menjaga anak bosnya itu, perempuan misterius yang menitipkan anak tersebut langsung pergi, dan tak berapa lama kemudian, Hengki (suami korban-red) pulang ke rumah dan mendapati istrinya telah tewas bersimbah darah di lantai dua rumah.

Menurut keterangan sejumlah warga yang bertempat tinggal disekitar lokasi tempat tinggal korban mengaku sempat mendengar suara ribut-ribut dari rumah Zeni sekira pukul 18.00 WIB. Karena sudah biasa mendengar pasutri itu bertengkar, warga pun tak mempedulikannya lagi.

Tak lama berselang, suasana mendadak heboh saat Hengki menemukan istrinya sudah tak bernyawa dengan kondisi tragis. “Sebelum sempat ditemukan tewas, memang sempat ada terdengar suara ribut dari rumah itu. Tapi sebentar saja, terus nggak kedengeran lagi. Eh, engak taunya sudah ada yang mati, hingga akhirnya ramai polisi datang,” ujar warga sekitar. (gus/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/