25.6 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Korban Dugaan Pelecehan Santriwati Ponpes di Langkat Lebih dari 1 Orang

STABAT, SUMUTPOS.CO – Santriwati yang diduga menjadi korban pelecehan seksual di pondok pesantren di Kecamatan Padangtualang, Kabupaten Langkat, sudah mendapat pendampingan dari Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak, Selasa (12/9/2023). Korban yang sebut saja Mawar, kini diduga mengalami trauma berat.

Pendamping dari UPTD PPA Kabupaten Langkat, Malahayati menyebut, pihaknya saat ini sedang menjadwalkan pemeriksaan psikologis korban. Selain itu, UPTD PPA Langkat terus akan memberikan pendampingan terhadap korban. Juga korban lainnya, jika memang ada yang melapor.

“Kita tetap melakukan pendampingan sesuai dengan tupoksi kita. Baik dari mulai membuat laporan ke Polres Langkat hingga kalau nanti sampai ke persidangan,” sambung wanita yang akrab disapa Mala ini, Selasa (12/9/2023).

Dia juga mendapat informasi bahwa korbannya tidak hanya seroang saja, terkait dugaan pemilik ponpes berinisial K yang juga sebagai terlapor dalam perkara tersebut. Artinya, santriwati yang mondok di ponpes K tidak hanya seorang saja yang menjadi korban.

“Semalam ada juga korbannya warga Kecamatan Gebang. Cuma itu sudah kita datangi, tapi gak mau dia kita arahkan membuat laporan ke polisi,” pungkasnya.

Dugaan pelecehan seksual yang menimpa santriwati yang mondok pada pondok pesantren di Padangtualang, ternyata sudah diketahui masyarakat sekitar. Bahkan, masyarakat bersama tokoh agama setempat juga sudah menggelar pertemuan menyikapi adanya dugaan pelecehan seksual yang menimpa santriwati tersebut, Minggu (3/9/2023).

Pertemuan diikuti oleh pemerintah kecamatan bersama terduga pelaku pelecehan seksual yang juga pemilik ponpes berinisial K. Salah seorang masyarakat sekitar, Khairul menyebut, peristiwa dugaan pelecehan seksual ini diketahui karena orang tua korban menceritakan hal tersebut.

Ironisnya, kata Khairul, dugaan pelecehan seksual ini bukan kali pertama terjadi. “Anak kawan saya juga menjadi korban, sudah Aliyah (setara bangku SMA). Tapi ya begitulah, mereka menutupinya,” sambung Khairul.

Menanggapi dugaan pelecehan seksual, Sumut Pos bertemu dengan sang pemilik berinisial K di ponpesnya. Dikonfirmasi permintaan masyarakat sekitar untuk meninggalkan kampung selama setahun, K dengan tegas menolaknya.

Alasannya, K sebagai penanggungjawab penuh terhadap ponpesnya tidak akan meninggalkannya. “Jangankan setahun, satu malam saja saya mau meninggalkan pondok pesantren ini, kepala pening. Ada maling, ada santri yang kabur, kalau program gak jalan bagaimana. Satu tahun, tutuplah pondok kalau saya diusir,” kata dia.

K juga mempersilahkan jika memang korban melaporkan dugaan pelecehan seksual tersebut ke Polres Langkat. Dia mengaku, sudah minta maaf kepada orang tua korban.

“Mereka bilang mau dilaporkan ke polisi, silahkan. Saya udah minta maaf sampai nangis pun, kalau seperti itu hasilnya terserah saya bilang. Saya mengungkapkan apa yang saya utarakan, tidak ada pelecehan,” tukasnya.

Korbannya masih anak, duduk di bangku sekolah menengah pertama atau tsanawiyah. Tidak hanya Bunga, diduga juga ada korban lainnya yang jumlah disebut-sebut lebih dari 2 orang.

Pantauan wartawan saat mengunjungi ponpes yang isinya hampir didominasi santriwati, tampak suasana begitu sepi. Terlihat sesekali santriwati mengenakan cadar keluar dari dalam ponpes menuju musala. (ted)

STABAT, SUMUTPOS.CO – Santriwati yang diduga menjadi korban pelecehan seksual di pondok pesantren di Kecamatan Padangtualang, Kabupaten Langkat, sudah mendapat pendampingan dari Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak, Selasa (12/9/2023). Korban yang sebut saja Mawar, kini diduga mengalami trauma berat.

Pendamping dari UPTD PPA Kabupaten Langkat, Malahayati menyebut, pihaknya saat ini sedang menjadwalkan pemeriksaan psikologis korban. Selain itu, UPTD PPA Langkat terus akan memberikan pendampingan terhadap korban. Juga korban lainnya, jika memang ada yang melapor.

“Kita tetap melakukan pendampingan sesuai dengan tupoksi kita. Baik dari mulai membuat laporan ke Polres Langkat hingga kalau nanti sampai ke persidangan,” sambung wanita yang akrab disapa Mala ini, Selasa (12/9/2023).

Dia juga mendapat informasi bahwa korbannya tidak hanya seroang saja, terkait dugaan pemilik ponpes berinisial K yang juga sebagai terlapor dalam perkara tersebut. Artinya, santriwati yang mondok di ponpes K tidak hanya seorang saja yang menjadi korban.

“Semalam ada juga korbannya warga Kecamatan Gebang. Cuma itu sudah kita datangi, tapi gak mau dia kita arahkan membuat laporan ke polisi,” pungkasnya.

Dugaan pelecehan seksual yang menimpa santriwati yang mondok pada pondok pesantren di Padangtualang, ternyata sudah diketahui masyarakat sekitar. Bahkan, masyarakat bersama tokoh agama setempat juga sudah menggelar pertemuan menyikapi adanya dugaan pelecehan seksual yang menimpa santriwati tersebut, Minggu (3/9/2023).

Pertemuan diikuti oleh pemerintah kecamatan bersama terduga pelaku pelecehan seksual yang juga pemilik ponpes berinisial K. Salah seorang masyarakat sekitar, Khairul menyebut, peristiwa dugaan pelecehan seksual ini diketahui karena orang tua korban menceritakan hal tersebut.

Ironisnya, kata Khairul, dugaan pelecehan seksual ini bukan kali pertama terjadi. “Anak kawan saya juga menjadi korban, sudah Aliyah (setara bangku SMA). Tapi ya begitulah, mereka menutupinya,” sambung Khairul.

Menanggapi dugaan pelecehan seksual, Sumut Pos bertemu dengan sang pemilik berinisial K di ponpesnya. Dikonfirmasi permintaan masyarakat sekitar untuk meninggalkan kampung selama setahun, K dengan tegas menolaknya.

Alasannya, K sebagai penanggungjawab penuh terhadap ponpesnya tidak akan meninggalkannya. “Jangankan setahun, satu malam saja saya mau meninggalkan pondok pesantren ini, kepala pening. Ada maling, ada santri yang kabur, kalau program gak jalan bagaimana. Satu tahun, tutuplah pondok kalau saya diusir,” kata dia.

K juga mempersilahkan jika memang korban melaporkan dugaan pelecehan seksual tersebut ke Polres Langkat. Dia mengaku, sudah minta maaf kepada orang tua korban.

“Mereka bilang mau dilaporkan ke polisi, silahkan. Saya udah minta maaf sampai nangis pun, kalau seperti itu hasilnya terserah saya bilang. Saya mengungkapkan apa yang saya utarakan, tidak ada pelecehan,” tukasnya.

Korbannya masih anak, duduk di bangku sekolah menengah pertama atau tsanawiyah. Tidak hanya Bunga, diduga juga ada korban lainnya yang jumlah disebut-sebut lebih dari 2 orang.

Pantauan wartawan saat mengunjungi ponpes yang isinya hampir didominasi santriwati, tampak suasana begitu sepi. Terlihat sesekali santriwati mengenakan cadar keluar dari dalam ponpes menuju musala. (ted)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/