26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Lagi, Warga Penggarap Tewas Dibacok

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perebutan lahan garapan kembali makan korban jiwa. Belum juga tuntas kasus pembantaian Ketua IPK Patumbak Frengki Simatupang, beberapa pekan lalu. Rabu (12/2) sekira pukul 18.00 WIB, kasus serupa kembali terjadi. Kali ini, nyawa Ngatiran (50) warga Jl. Pasar III, Gang Karso, Kel. Mabar, Medan Deli yang melayang setelah dibacoki pelaku tak dikenal yang diduga berjumlah 4 orang.

Peristiwa ini terjadi di kawasan lahan garapan Pasar III, Dusun IX, Kampung Agas, Desa Sampali, Kec. Percut Sei Tuan.

Pembunuhan sadis yang menewaskan salah satu tokoh penggarap ini bermula saat korban berniat melihat tanah garapan yang telah 9 tahun dikuasainya. Saat melintas di lokasi, pria bertubuh gemuk itu tiba-tiba dihadang pelaku yang diduga telah menunggu. Tanpa ba-bi-bu lagi, pelaku langsung membacoki korban hingga tersungkur bersimbah darah.

Pembantaian itu berjalan mulus karena tak ada seorang pun warga yang datang membantu Ngatiran. Pasalnya, selain sepi, lokasi itu juga gelap dan jarang dilintasi warga/penggarap. Jenazah korban sendiri ditemukan dalam posisi telungkup di balik tembok mengenakan kemeja warna merah lusuh di balik tembok yang dalam proses pembangunan setinggi 1 meter. Temuan itu sontak menggegerkan warga sekitar. Apalagi Ngatiran adalah salah satu pentolan penggarap di sana.

Seorang warga brnama Juwita boru Aritonang (45) mengatakan, Ngatiran telah 9 tahun menguasai tanah di lokasi kejadian. Ia menduga, jika pelaku adalah orang-orang yang sejak 3 bulan belakangan ini sering datang ke lokasi garapan dan membuat onar dan menakut-nakuti para penggarap.

“Bapak Ngatiran ini kawan kami, sama-sama penggarap kami. Kalau dugaanku, pelakunya yang pernah datang ke sini juga dulu yang merusaki rumah warga sini. Dan ternyata memang betul ancaman mereka mau menghabisi kami. Ini rupanya maksudnya,” kata wanita yang terus histeris itu.

Mendapat info pembunuhan itu, puluhan personel Reskrim Polsek Percut Sei Tuan bersama anggota Jahtanras Polresta Medan pun turun ke lokasi. Jasad korban pun langsung dibawa ke RS Pirngadi Medan untuk kepentingan otopsi. Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Ronald Sipayung, SIK yang dikonfirmasi mengaku masih menyelidiki kasus itu. “Kita lidik dulu ya, korban sudah dibawa ke RSU Pirngadi,” singkatnya

Warga meyakini pembunuhan Ngatiran sudah direncanakan pelaku sebelumnya. Tujuannya untuk mengusir para penggarap. Apalagi, selama ini Ngatiran dan warga tetap ngotot mempertahan lahan tersebut. Persoalan ini mulai bermunculan sejak 3 bulan silam. Para mafia tanah mulai saling klaim kepemilikan tanah di sekitar lokasi hingga membuat warga penggarap kerap mendapat teror. “Sejak 3 bulan lalulah masalah mulai bermunculan di sini. Berdatanganlah orang ntah dari mana saja, mengaku pemilik lahan yang sah. Rumahku pun sekitar sebulan lalu dibakar. Ada yang datang ke rumahku dihancuri semua,” kenang Juwita.

Peranan mafia tanah sepertinya tampak jelas dalam kematian yang menewaskan Ngatiran. Salah seorang sumber yang meminta namanya tak dikorankan mengatakan, jika lahan tersebut saat ini sedang dalam perebutan kelompok A dengan T.

Dijelaskan sumber, jika pelaku diduga adalah oknum aparat yang menjadi suruhan salah satu kelompok mafia. “Kalau lahan ini lagi jadi rebutan antara sesama bandit tanah. Mereka ini mau menguasai lahan garapan di lokasi ini. Selama ini belum ada sampai bunuh-bunuhan, yang ada sebatas pengerusakan dan teror,” terang sumber.

Atas ulah perebutan lahan yang dilakukan para mafia tanah inilah, para penggarap  kerap jadi korban. “Ini mainan siapa, sudah pada taulah kita. Siapa back up siapa pun sudah pada bisa menilailah,” tandas sumber. Hal senada juga dikatakan pria yang eksis di masyarakat tani yang minta namanya dirahasiakan. Katanya, selama ini mafia tanah berinsial T yang punya hubungan kuat dengan preman bayaran berinisial A untuk menyerobot tanah yang telah dikuasai masyarakat.

“Dari dulu tanah garapan selalu diserobot T, dia mafia yang tak asing lagi. Biasanya ia menggunakan A sebagai kaki tangannya untuk melakukan penyerobotan,” kata pria itu. Masih kata pria berusia 43 tahun ini, setelah berhasil menguasai. Lahan garapan itu akan dijual T KE PT ACR yang selama ini sudah ada kontrak kerja sama. Oleh pengusahan PT ACR milik M, lahan itu akan dibuat properti mewah. “Tak tanggung – tanggung mereka main, semua dikondisikan baik aparat maupun pemerintah, makanya hak masyarakat untuk lahan PTPN eks HGU tak dapat dinikmati,” kata pria berkulit sawo matang itu.

Hasil visum Ngatiran (50) tewas akibat luka penganiayaan di tubuh. “Ada tiga luka tikaman, dua di perut dan satu di kepala. Pergelangan tangan sebelah kiri patah akibat dipukul,” jelas seorang petugas forensik RSUD dr Pirngadi Medan yang tak mau disebutkan namanya.

Menurutnya, melihat kondisi jenazah diperkirakan korban sempat melakukan perlawanan. Pasalnya, di jari-jari tangannya terlihat ada luka memar akibat menangkis atau memukul.

“Sempat melawan, mungkin pas dipukul terjatuh. Korban sempat melawan karena nggak tahan, pelaku langsung melakukan penikaman,” jelasnya.

Adik kandung korban, Adi Lesmana ketika ditemui di Ruang Jenazah RS Pirngadi Medan mengatakan, korban pergi dari rumah sejak pukul 07.00 Wib. Saat itu korban pergi ke lahan garapan miliknya dan milik orang lain yang dijaganya.

“Dia kan kerjanya cuma di lahan garapan itu, tapi dia juga menjaga lahan garapan milik orang lain. Tepatnya di samping tanah garapan miliknya,” kata Adi Lesmana.

Dijelaskan Adi, meski dirinya tinggal satu rumah dengan korban. Namun, dia tidak tau persis apa permasalahan abang kandungnya itu di luar sana.

“Kami jarang komunikasi, karena setiap aku pergi kerja dia juga pergi kerja. Nanti jumpanya sudah malam,” katanya.

Diterangkan pria yang berprofesi sebagai PNS itu, dirinya sangat terpukul ketika mengetahui abangnya tewas dibunuh.

“Kaget kali aku bang, padahal setiap pagi dia selalu nanya aku sudah makan. Tiba-tiba sudah seperti ini saja,” katanya.

Keponakan korban, Parsito mengatakan korban selama bekerja tidak pernah bermasalah dengan orang lain. Sebab, pamannya itu bayak dikenal orang sebagai orang yang baik.

“Nggak ada bang, tapi nggak taulah kalau dia ada marahi orang mau mencuri. Kita nggak tau juga, karena selama ini dia bagus-bagus aja sama orang lain. Apalagi sama warga kampung,” ujar Parsito.

Dai berharap polisisegara meringkus pelaku. “Sadis kali mereka bang. Semoga polisi bisa secepatnya mengungkap pelakunya,” katanya. (cr-1/wel/ril/deo)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perebutan lahan garapan kembali makan korban jiwa. Belum juga tuntas kasus pembantaian Ketua IPK Patumbak Frengki Simatupang, beberapa pekan lalu. Rabu (12/2) sekira pukul 18.00 WIB, kasus serupa kembali terjadi. Kali ini, nyawa Ngatiran (50) warga Jl. Pasar III, Gang Karso, Kel. Mabar, Medan Deli yang melayang setelah dibacoki pelaku tak dikenal yang diduga berjumlah 4 orang.

Peristiwa ini terjadi di kawasan lahan garapan Pasar III, Dusun IX, Kampung Agas, Desa Sampali, Kec. Percut Sei Tuan.

Pembunuhan sadis yang menewaskan salah satu tokoh penggarap ini bermula saat korban berniat melihat tanah garapan yang telah 9 tahun dikuasainya. Saat melintas di lokasi, pria bertubuh gemuk itu tiba-tiba dihadang pelaku yang diduga telah menunggu. Tanpa ba-bi-bu lagi, pelaku langsung membacoki korban hingga tersungkur bersimbah darah.

Pembantaian itu berjalan mulus karena tak ada seorang pun warga yang datang membantu Ngatiran. Pasalnya, selain sepi, lokasi itu juga gelap dan jarang dilintasi warga/penggarap. Jenazah korban sendiri ditemukan dalam posisi telungkup di balik tembok mengenakan kemeja warna merah lusuh di balik tembok yang dalam proses pembangunan setinggi 1 meter. Temuan itu sontak menggegerkan warga sekitar. Apalagi Ngatiran adalah salah satu pentolan penggarap di sana.

Seorang warga brnama Juwita boru Aritonang (45) mengatakan, Ngatiran telah 9 tahun menguasai tanah di lokasi kejadian. Ia menduga, jika pelaku adalah orang-orang yang sejak 3 bulan belakangan ini sering datang ke lokasi garapan dan membuat onar dan menakut-nakuti para penggarap.

“Bapak Ngatiran ini kawan kami, sama-sama penggarap kami. Kalau dugaanku, pelakunya yang pernah datang ke sini juga dulu yang merusaki rumah warga sini. Dan ternyata memang betul ancaman mereka mau menghabisi kami. Ini rupanya maksudnya,” kata wanita yang terus histeris itu.

Mendapat info pembunuhan itu, puluhan personel Reskrim Polsek Percut Sei Tuan bersama anggota Jahtanras Polresta Medan pun turun ke lokasi. Jasad korban pun langsung dibawa ke RS Pirngadi Medan untuk kepentingan otopsi. Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Ronald Sipayung, SIK yang dikonfirmasi mengaku masih menyelidiki kasus itu. “Kita lidik dulu ya, korban sudah dibawa ke RSU Pirngadi,” singkatnya

Warga meyakini pembunuhan Ngatiran sudah direncanakan pelaku sebelumnya. Tujuannya untuk mengusir para penggarap. Apalagi, selama ini Ngatiran dan warga tetap ngotot mempertahan lahan tersebut. Persoalan ini mulai bermunculan sejak 3 bulan silam. Para mafia tanah mulai saling klaim kepemilikan tanah di sekitar lokasi hingga membuat warga penggarap kerap mendapat teror. “Sejak 3 bulan lalulah masalah mulai bermunculan di sini. Berdatanganlah orang ntah dari mana saja, mengaku pemilik lahan yang sah. Rumahku pun sekitar sebulan lalu dibakar. Ada yang datang ke rumahku dihancuri semua,” kenang Juwita.

Peranan mafia tanah sepertinya tampak jelas dalam kematian yang menewaskan Ngatiran. Salah seorang sumber yang meminta namanya tak dikorankan mengatakan, jika lahan tersebut saat ini sedang dalam perebutan kelompok A dengan T.

Dijelaskan sumber, jika pelaku diduga adalah oknum aparat yang menjadi suruhan salah satu kelompok mafia. “Kalau lahan ini lagi jadi rebutan antara sesama bandit tanah. Mereka ini mau menguasai lahan garapan di lokasi ini. Selama ini belum ada sampai bunuh-bunuhan, yang ada sebatas pengerusakan dan teror,” terang sumber.

Atas ulah perebutan lahan yang dilakukan para mafia tanah inilah, para penggarap  kerap jadi korban. “Ini mainan siapa, sudah pada taulah kita. Siapa back up siapa pun sudah pada bisa menilailah,” tandas sumber. Hal senada juga dikatakan pria yang eksis di masyarakat tani yang minta namanya dirahasiakan. Katanya, selama ini mafia tanah berinsial T yang punya hubungan kuat dengan preman bayaran berinisial A untuk menyerobot tanah yang telah dikuasai masyarakat.

“Dari dulu tanah garapan selalu diserobot T, dia mafia yang tak asing lagi. Biasanya ia menggunakan A sebagai kaki tangannya untuk melakukan penyerobotan,” kata pria itu. Masih kata pria berusia 43 tahun ini, setelah berhasil menguasai. Lahan garapan itu akan dijual T KE PT ACR yang selama ini sudah ada kontrak kerja sama. Oleh pengusahan PT ACR milik M, lahan itu akan dibuat properti mewah. “Tak tanggung – tanggung mereka main, semua dikondisikan baik aparat maupun pemerintah, makanya hak masyarakat untuk lahan PTPN eks HGU tak dapat dinikmati,” kata pria berkulit sawo matang itu.

Hasil visum Ngatiran (50) tewas akibat luka penganiayaan di tubuh. “Ada tiga luka tikaman, dua di perut dan satu di kepala. Pergelangan tangan sebelah kiri patah akibat dipukul,” jelas seorang petugas forensik RSUD dr Pirngadi Medan yang tak mau disebutkan namanya.

Menurutnya, melihat kondisi jenazah diperkirakan korban sempat melakukan perlawanan. Pasalnya, di jari-jari tangannya terlihat ada luka memar akibat menangkis atau memukul.

“Sempat melawan, mungkin pas dipukul terjatuh. Korban sempat melawan karena nggak tahan, pelaku langsung melakukan penikaman,” jelasnya.

Adik kandung korban, Adi Lesmana ketika ditemui di Ruang Jenazah RS Pirngadi Medan mengatakan, korban pergi dari rumah sejak pukul 07.00 Wib. Saat itu korban pergi ke lahan garapan miliknya dan milik orang lain yang dijaganya.

“Dia kan kerjanya cuma di lahan garapan itu, tapi dia juga menjaga lahan garapan milik orang lain. Tepatnya di samping tanah garapan miliknya,” kata Adi Lesmana.

Dijelaskan Adi, meski dirinya tinggal satu rumah dengan korban. Namun, dia tidak tau persis apa permasalahan abang kandungnya itu di luar sana.

“Kami jarang komunikasi, karena setiap aku pergi kerja dia juga pergi kerja. Nanti jumpanya sudah malam,” katanya.

Diterangkan pria yang berprofesi sebagai PNS itu, dirinya sangat terpukul ketika mengetahui abangnya tewas dibunuh.

“Kaget kali aku bang, padahal setiap pagi dia selalu nanya aku sudah makan. Tiba-tiba sudah seperti ini saja,” katanya.

Keponakan korban, Parsito mengatakan korban selama bekerja tidak pernah bermasalah dengan orang lain. Sebab, pamannya itu bayak dikenal orang sebagai orang yang baik.

“Nggak ada bang, tapi nggak taulah kalau dia ada marahi orang mau mencuri. Kita nggak tau juga, karena selama ini dia bagus-bagus aja sama orang lain. Apalagi sama warga kampung,” ujar Parsito.

Dai berharap polisisegara meringkus pelaku. “Sadis kali mereka bang. Semoga polisi bisa secepatnya mengungkap pelakunya,” katanya. (cr-1/wel/ril/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/