MEDAN, SUMUTPOS.CO – Polisi akhirnya menunjukkan taringnya. Kurang dari sepekan empat penjambret jalanan yang kerap beraksi di Medan berhasil mereka tangkap. Bahkan tiga di antaranya ditembak. Sayang, para penjahat yang ditembak masih golongan kelas teri. Sedang perampok kelas kakap yang kerap beraksi menggunakan senjata api masih bebas berkeliaran.
Teranyar, petugas Unit Ranmor Sat Reskrim Polresta Medan menangkap M. Khadafi (23) warga Pasar X Bandar Kalifah, Kec. Percut Sei Tuan dan temannya M Reza alias Dona (23), warga Jl. Pancing Gang Pertama, Medan Perjuangan. Keduanya dituding sebagai kawanan jambret yang telah puluhan kali beraksi di Medan. Terakhir, kedua pelaku ini menjambret warga negara Korea Utara yang telah menetap di Medan bernama Lie Phin (35). Khadafi dan Reza dibekuk polisi dari kawasan Jl. Pahlawan, Gang Mawar, Medan, Minggu (11/5) malam.
Penangkapan ini terjadi saat korban baru saja keluar dari rumahnya Jl. GB Yosua Medan, Kamis (8/5) siang. Ketika itu, korban yang berniat naik ke mobilnya tiba-tiba dihampiri kedua pelaku yang datang berboncengan mengendarai sepeda motor Honda Scoopy. Detik berikutnya, Reza yang duduk di boncengan langsung merampas tas sandang milik wanita malang itu.
Karena tas dalam posisi tergenggam erat, pelaku (Reza) dan korban sempat tarik menarik. Miris, karena kalah tenaga, korban sempat terserat ke aspal sejauh 5 meter. Tak mau mati konyol, korban akhirnya merelakan tas berisi uang dan barang berharga lain miliknya itu dibawa kabur sama pelaku. Selain mengalami kerugian materi, korban juga menderita luka gores di sekujur tubuhnya.
Melihat korban tak berdaya, kedua pelaku yang mengenakan helm itu pun berhasil kabur. Sementara korban yang berharap pelaku ditangkap akhirnya membuat laporan pengaduan ke Polresta Medan dengan bukti nomor LP/268/III/2014/Resta Medan. Menerima laporan itu, polisi langsung melakukan penyisiran di sekitar lokasi. Namun kedua pelaku tak berhasil ditemukan. Untuk melakukan penyelidikan, polisi pun memeriksa sejumlah CCTV yang terpasang di rumah korban.
Dari CCTV itulah, polisi mengenali wajah kedua pelaku. Berangkat dari situ, petugas pun melakukan pengejaran ke sekitar Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. GB Yosua dan sekitar Pasar Sambu. Beberapa hari mencari, akhirnya kedua pelaku ditemukan saat duduk-duduk di sebuah warung Jl. Pahlawan, Gang Mawar Medan. Namun, saat petugas hendak menangkap, kedua pelaku malah melawan dan berusaha berkelit. Keduanya tak berkutik setelah polisi menunjukkan bukti CCTV. Akhirnya, tanpa perlawanan kedua pelaku diboyong petugas.
Dalam perjalanan menuju Polresta Medan, polisi melakukan pengembangan ke mana saja kedua pelaku menjual barang hasil jambretan mereka. Kepada polisi, pelaku mengaku kerap menjual barang bukti berupa hape pada penadah bernama Ruji, warga Jl. Pahlawan Medan yang masih buron. Untuk menangkap Ruri, polisi pun melakukan pengembangan ke arah rumah Ruji. Karena lokasi berupa gang yang sempit, kedua pelaku dipercaya menunjukkan rumah Ruji. Naas, pelaku malah berusaha melarikan diri.
Polisi yang melihat hal itu sempat meletuskan tembakan peringatan sebanyak 3 kali ke udara. Namun kedua pelaku tetap saja lari menuju Jl. Serdang Medan. Tak mau buruannya lepas, polisi yang mengejar dari belakang pun terpaksa bertindak tegas dengan menembak masing-masing kaki kiri kedua pelaku. Dor..dor..! Seketika itu juga kedua pelaku terkapar bersimbah darah. Untuk mengeluarkan proyektil yang bersarang di kaki masing-masing, polisi memboyong keduanya ke RS Bhayangkara Medan.
Empat hari sebelumnya, polisi juga berhasil menangkap dua spesialis jambret yang sudah puluhan kali beraksi. Bahkan kedua kaki salah seorang pelaku terpaksa dilumpuhkan dengan timah panas. Raja Nanda Padang (21) warga Jl. M Yakub dan temannya M Khaidil (17), warga Jl. Gurilla, Gang Langgar, Kec. Medan Perjuangan adalah nama kedua pelaku yang saat beraksi kerap melukai dan membunuh korbannya itu. Kedua bandit sadis ini ditangkap berawal dari laporan Nauli Nainggolan (65) yang dijambret di depan rumahnya, Jl. Besar Tembung ke Polsek Percut Sei Tuan, Kamis (8/5) malam.
Berbekal dari keterangan dan pengaduan korban, hari itu juga petugas langsung melakukan penyisiran mulai dari Jl. Besar Tembung, Jl. Letda Sudjono hingga Jl. Willien Iskandar Medan. Dari kawasan Aksara, petugas berhasil membekuk Khaidil. Saat diperiksa, Khaidil mengaku menjambret bersama rekannya Raja Nanda.
Berbekal ‘nyanyian’ si Khaidil, polisi kembali melakukan penyisiran. Sekira pukul 23.00 WIB, petugas berhasil membekuk Raja Nanda yang tengah membakar barang bukti hasil berupa tas dan dompet milik korban di kawasan Pajak Bengkok Aksara. Malam itu juga Raja Nanda berhasil dengan mudah ditangkap. Selain pelaku, polisi juga turut mengamankan barang bukti sisa hasil rampokan dan sepeda motor Satria FU BK 2491 AEK yang biasa mereka pakai saat beraksi. Untuk melakukan pengembangan lanjutan, malam itu juga, petugas di bawah pimpinan Panit Reskrim Ipda B Lumbanbatu pun memboyong kedua pelaku.
Namun saat akan melakukan pengembangan ke kawasan Tol H Anif, Raja Nanda yang dikawal 3 petugas itu malah berusaha melarikan diri. Tak mau buruannya kabur, polisi lantas menembak kedua betis pelaku yang berstatus residivis kasus curanmor itu. Untuk mendapatkan perawatan medis, pelaku pun diboyong ke RS Bhayangkara Jl. KH Wahid Hasyim Medan.
Raja Nanda yang ditemui di Mapolsek Percut Sei Tuan, Jumat (9/5) siang mengaku sudah belasan kali beraksi bersama rekannya Khaidil. Biasanya mereka mencari korban di kawasan Jl. Letda Sudjono, Jl. Slamet Ketaren, Jl. Serdang, Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. S Parman, Jl. Williem Iskandar, Jl. Cemara dan sekitar Kampus Unimed.
“Sudah belasan kali memang bang, sudah lupa dimana saja bang. Kalau main aku selalu jadi jokinya dan si Khadil yang metik. Biasanya kalau berhasil untuk nyabu sama beli-beli pakaianlah bang, kadang untuk kumpul-kumpul sama kawan,” kata Raja Nanda.
Masih kata Raja Nanda, tiap beraksi mereka pasti membekali diri dengan senjata tajam berupa pisau yang digunakan untuk melukai korbannya yang mencoba melawan. “Kadang pakai pisau bang mengancam supaya takut bang,” tambahnya.
Aksi terakhir mereka adalah merampas tas milik Nauli Nainggolan yang telah membuat laporan ke polisi. “Aku jadi pemetik bang, aku di boncengan. Kalau berhasil, bagi dualah kami,” kata Khaidil. (gib/deo)