26 C
Medan
Saturday, July 6, 2024

Ketahui Wajah Pelaku, Polisi Minta Waktu

Foto: Akbar/PM Persemayaman Misran di rumah duka. Ia meninggal setelah 12 hari koma karena ditembak perampok pengusaha swalayan.
Foto: Akbar/PM
Persemayaman Misran di rumah duka. Ia meninggal setelah 12 hari koma karena ditembak perampok pengusaha swalayan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sehari disemayamkan di rumah duka Jl. Delitua Lama, Gang Bunga, Kec. Delitua, Minggu (13/7) sekira pukul 09.00 WIB, jenazah kaku Misran (50) akhirnya dimakamkan di TPU Muslim Jl. Besar Delitua, Gang Lembah, Kec. Delitua. Isak tangis keluarga dan ratusan pelayat sontak pecah bersahutan tatkala jasad dimasukkan ke liang lahat.

“Selamat jalan ayah, kami akan merindukanmu,” ratap anak-anak korban yang tak hentinya menangis. Sementara puluhan kerabat yang larut dalam duka berusaha memberi penghiburan dan menenangkan anak dan istri korban.

“Sabar… Semua dari Dia, pasti kembali ke Dia juga. Ihklaskan semua. Biar almarhum tenang di surga,” lirih para kerabat.

Setelah menarik nafas dalam-dalam, anak dan istri Misran pun mencoba tegar. “Insayaallah kami ihklas,” jawab mereka.

Meski diwarnai hujan air mata, tapi proses pemakaman Misran tetap berjalan lancar. Meski begitu, anak-anak khususnya istri korban meminta polisi segera menangkap dan menghukum pera pelaku sesuai dengan perbuatannya.

Sementara itu, saat ditemui kru koran ini di halaman Polsek Delitua, Kanit Reskrim Polsek Delitua Iptu Martualesi Sitepu berjanji akan segera mengungkap kasus ini. Ia mengaku telah menemukan titik terang setelah mempelajari rekaman CCTV di toko roti ‘Winer’ yang berada di samping swalayan Terpimpin milik Suriem br Purba (50).

“Cuma semua masih butuh proses, nggak bisa gegabah. Kita akan fokus mengungkap kasus ini. Pihak keluarga diharapkan bisa bersabar,” kata Martulesi.

Ditanya, sudah sejauh mana hasil penyelidikan mereka, perwira berpangkat dua melati emas di pundaknya itu mengaku masih sebagats memburu keberadaan pelaku yang terekam CCTV. “Kita masih fokus kesana. Kalau yang lain? Kan ada tugasnya masing-masing,” ungkapnya.

Selain motif dendam, Martualesi juga masih mencari unsur lain di balik kasus ini. “Jadi itu saja lah dulu ya bos? Kita akan lakukan yang terbaik,” janjinya.

Sementara Kapolsek Delitua, Kompol Anggoro Wicaksono mengaku seluruh tim yang mereka bentuk masih disebar ke beberapa lokasi.”Jadi biarkan dulu tim kita lakukan pengejaran untuk ungkap kasus ini. Kita akan usahakan secepat mungkin,” janjinya.

Atas nama Polri, Anggoro mengaku turut berelasungkawa atas kepergian korban. “Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga bisa lebih bersabar. Biarkan kami lakukan tugas kami. Doa dari keluarga pasti akan membantu untuk ungkap kasus ini. Kami akan profesional dan objektif,” tambahnya.

HASIL LABFOR BELUM KELUAR
Ditemui di lokasi terpisah, Kalabfor Poldasu Kombes Harry Asmara mengaku hasil uji laboratorium atas proyektil yang digunakan pelaku menembak Misran belum selesai diperiksa.

Kenapa begitu lama? Ditanya begitu, Harry mengatakan pihaknya masih sibuk melakukan pengamanan Pilpres. “Hasilnya belum ada, karena anggota masih sibuk Pilpres. Nantila dikabarin,” dalihnya.

Sumber terpercaya di Poldasu menuturkan, selongsong peluru yang nenembus ginjal Misran tertulis ‘Kaliber 9’ yang biasa dipakai oleh oknum aparat. Jenis kaliber 9, ada 5 selongsongan peluru. Biasanya digunakan senjata jenis FN.

Pada saat kejadian, datang juga beberapa oknum TNI dan Polisi Militer (PM) untuk memastikan peluru tersebut. Namun, pelurunya langsung disimpan. “Sebenarnya sudah keluarlah hasilnya, kan kasusnya sudah 15 hari. Tapi akupun tidak bisa ngasih keterangan. Kita tunggu sajala,”ucap polisi yang minta namanya dirahasiakan itu.

Ketua Pusat Studi Hukum Dan Peradilan (Pushpa) Sumut, Muslim Muis SH sangat menyayangkan sikap polisi yang lamban menangani kasus ini. Selain saksi korban juga sudah tewas yang akan melambatkan penangkapan para tersangka.

“Kasusnya sudah berjalan sekitar 15 hari, namun, hasil Labfor yang memeriksa proyektil belum ada, sementara itu adalah salah satu petunjuk untuk mengungkap kasus ini. Kami minta polisi jangan mengaburkan kasus ini, karena masyarakat juga mau tau bagaimana kinerja polisi,” bebernya.

Lanjut Muslim, kalaupun proyektilnya diberikan tiga hari setelah kejadian, seharusnya sudah keluar hari ini, jangan alasan karena ikut pengamanan pilpres.

“Kan ada anggota yang tinggal dan dapat berkordinasi dengan pimpinannya. Memang Pengamanan pilpres penting, tapi kan hasil proyektil sudah diberikan sebelum pilpres, kitakan perlu tau juga apa hasilnya. Jangan ditutupin, kami juga mau tau hasilnyua apa. Dan kita minta hari ini Labfor Poldasu mengeluarkan hasilnya,” tegas Muslim.

Jika hasilnya tak juga keluar, Muslim meminta Kapoldasu segera mencopot Kalabfornya karena diduga sengaja mengaburkan hasil uji.”Kita lihat dan tunggu saja, apa hasil labfornya, kalau belum ada juga dalam seminggu ini, kita wajar curigai ada permainan di sini,” tandasnya. (bar/gib/deo)

Foto: Akbar/PM Persemayaman Misran di rumah duka. Ia meninggal setelah 12 hari koma karena ditembak perampok pengusaha swalayan.
Foto: Akbar/PM
Persemayaman Misran di rumah duka. Ia meninggal setelah 12 hari koma karena ditembak perampok pengusaha swalayan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sehari disemayamkan di rumah duka Jl. Delitua Lama, Gang Bunga, Kec. Delitua, Minggu (13/7) sekira pukul 09.00 WIB, jenazah kaku Misran (50) akhirnya dimakamkan di TPU Muslim Jl. Besar Delitua, Gang Lembah, Kec. Delitua. Isak tangis keluarga dan ratusan pelayat sontak pecah bersahutan tatkala jasad dimasukkan ke liang lahat.

“Selamat jalan ayah, kami akan merindukanmu,” ratap anak-anak korban yang tak hentinya menangis. Sementara puluhan kerabat yang larut dalam duka berusaha memberi penghiburan dan menenangkan anak dan istri korban.

“Sabar… Semua dari Dia, pasti kembali ke Dia juga. Ihklaskan semua. Biar almarhum tenang di surga,” lirih para kerabat.

Setelah menarik nafas dalam-dalam, anak dan istri Misran pun mencoba tegar. “Insayaallah kami ihklas,” jawab mereka.

Meski diwarnai hujan air mata, tapi proses pemakaman Misran tetap berjalan lancar. Meski begitu, anak-anak khususnya istri korban meminta polisi segera menangkap dan menghukum pera pelaku sesuai dengan perbuatannya.

Sementara itu, saat ditemui kru koran ini di halaman Polsek Delitua, Kanit Reskrim Polsek Delitua Iptu Martualesi Sitepu berjanji akan segera mengungkap kasus ini. Ia mengaku telah menemukan titik terang setelah mempelajari rekaman CCTV di toko roti ‘Winer’ yang berada di samping swalayan Terpimpin milik Suriem br Purba (50).

“Cuma semua masih butuh proses, nggak bisa gegabah. Kita akan fokus mengungkap kasus ini. Pihak keluarga diharapkan bisa bersabar,” kata Martulesi.

Ditanya, sudah sejauh mana hasil penyelidikan mereka, perwira berpangkat dua melati emas di pundaknya itu mengaku masih sebagats memburu keberadaan pelaku yang terekam CCTV. “Kita masih fokus kesana. Kalau yang lain? Kan ada tugasnya masing-masing,” ungkapnya.

Selain motif dendam, Martualesi juga masih mencari unsur lain di balik kasus ini. “Jadi itu saja lah dulu ya bos? Kita akan lakukan yang terbaik,” janjinya.

Sementara Kapolsek Delitua, Kompol Anggoro Wicaksono mengaku seluruh tim yang mereka bentuk masih disebar ke beberapa lokasi.”Jadi biarkan dulu tim kita lakukan pengejaran untuk ungkap kasus ini. Kita akan usahakan secepat mungkin,” janjinya.

Atas nama Polri, Anggoro mengaku turut berelasungkawa atas kepergian korban. “Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga bisa lebih bersabar. Biarkan kami lakukan tugas kami. Doa dari keluarga pasti akan membantu untuk ungkap kasus ini. Kami akan profesional dan objektif,” tambahnya.

HASIL LABFOR BELUM KELUAR
Ditemui di lokasi terpisah, Kalabfor Poldasu Kombes Harry Asmara mengaku hasil uji laboratorium atas proyektil yang digunakan pelaku menembak Misran belum selesai diperiksa.

Kenapa begitu lama? Ditanya begitu, Harry mengatakan pihaknya masih sibuk melakukan pengamanan Pilpres. “Hasilnya belum ada, karena anggota masih sibuk Pilpres. Nantila dikabarin,” dalihnya.

Sumber terpercaya di Poldasu menuturkan, selongsong peluru yang nenembus ginjal Misran tertulis ‘Kaliber 9’ yang biasa dipakai oleh oknum aparat. Jenis kaliber 9, ada 5 selongsongan peluru. Biasanya digunakan senjata jenis FN.

Pada saat kejadian, datang juga beberapa oknum TNI dan Polisi Militer (PM) untuk memastikan peluru tersebut. Namun, pelurunya langsung disimpan. “Sebenarnya sudah keluarlah hasilnya, kan kasusnya sudah 15 hari. Tapi akupun tidak bisa ngasih keterangan. Kita tunggu sajala,”ucap polisi yang minta namanya dirahasiakan itu.

Ketua Pusat Studi Hukum Dan Peradilan (Pushpa) Sumut, Muslim Muis SH sangat menyayangkan sikap polisi yang lamban menangani kasus ini. Selain saksi korban juga sudah tewas yang akan melambatkan penangkapan para tersangka.

“Kasusnya sudah berjalan sekitar 15 hari, namun, hasil Labfor yang memeriksa proyektil belum ada, sementara itu adalah salah satu petunjuk untuk mengungkap kasus ini. Kami minta polisi jangan mengaburkan kasus ini, karena masyarakat juga mau tau bagaimana kinerja polisi,” bebernya.

Lanjut Muslim, kalaupun proyektilnya diberikan tiga hari setelah kejadian, seharusnya sudah keluar hari ini, jangan alasan karena ikut pengamanan pilpres.

“Kan ada anggota yang tinggal dan dapat berkordinasi dengan pimpinannya. Memang Pengamanan pilpres penting, tapi kan hasil proyektil sudah diberikan sebelum pilpres, kitakan perlu tau juga apa hasilnya. Jangan ditutupin, kami juga mau tau hasilnyua apa. Dan kita minta hari ini Labfor Poldasu mengeluarkan hasilnya,” tegas Muslim.

Jika hasilnya tak juga keluar, Muslim meminta Kapoldasu segera mencopot Kalabfornya karena diduga sengaja mengaburkan hasil uji.”Kita lihat dan tunggu saja, apa hasil labfornya, kalau belum ada juga dalam seminggu ini, kita wajar curigai ada permainan di sini,” tandasnya. (bar/gib/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/