30 C
Medan
Monday, September 23, 2024

Tukang Egrek Dihabisi, Jasadnya 9 Hari Digantung

Bunuh Diri
SEI BINGEI, SUMUTPOS.CO – Deni Antoni (29) menghilang selama sembilan hari. Sebelum ditemukan meregang nyawa dengan posisi seperti orang gantung diri, pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang egrek sawit ini mengaku mau mencari rebung (bambu muda).

Tapi kepergiannya itu ternyata untuk selamanya. Jasadnya yang mulai membusuk ditemukan di lembah perkebunan sawit Dusun Tanjung Morawa, Desa Tanjung Gunung, Kec. Sei Bingai, Kab. Langkat, yang hanya berkisar 2 kilometer dari rumahnya, Senin (13/1) sore.

Info dihimpun, penemu pria yang menikahi Mila (27), sekitar 5 tahun lalu ini adalah seorang penggembala lembu. Saat itu dia sedang mencari rumput di sekitar lokasi. Dia melihat sosok jasad mulai membusuk dan tergantung di dahan pohon. “Kami dapat kabar dari warga di sana,” terang Anto (45), paman korban.

Dengan posisi mengembangkan tangan, kaki cecah ke tanah dan simpul ikatan kain berwarna biru mengarah ke depan. Sementara, lidahnya tidak menjulur keluar sama sekali. Temuan ini langsung dikabarkan kepada warga sekitar yang kemudian memberitahukan kepada pihak kepolisian dan keluarga.

“Orang pengembala lembu yang temukan pertama kali. Kondisinya memang aneh, terlihat seperti orang akan membuka kain simpulan yang menjeratnya,” kata Anto yang turun ke lokasi.

Mendapat kabar tersebut, beberapa anggota keluarga, termasuk Anto dan Hariono serta Lilik selaku sepupu, langsung bergegas untuk melihat jasad korban ke lokasi kejadian. Mereka ini semuanya adalah warga yang bermukim di Desa Namutrasi, Pasar VI, Kwala Mencirim, Kab. Langkat.

“Selama ini, karena takut turun perut, memang dia selalu menggunakan kain itu untuk mengikat perutnya. Kami keluarga tidak menyangka kalau dia begitu cepat meninggalkan kami semua. Sebab, selama ini kami mendapat kabar kalau kondisinya selalu baik-baik saja di sana,” timpal Lilik dan Hariono.

Setelah kedatangan keluarga dan warga serta polisi, barulah jasad korban yang diperkirakan sudah meninggal sekitar seminggu ini diturunkan dari pohon tempatnya menggantung. Kemudian jasad dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) dr Pirngadi Medan, guna diotopsi. Hingga kini kasus ini masih ditangani pihak kepolisian dari Polsek Sei Bingai.

Sementara itu, dari pemeriksaan yang dilakukan petugas forensik. Korban diperkirakan tewas sekiar 5-7 hari yang lewat hal tersebut tampak dari timbulnya proses pembusukan di tubuhnya. Selain itu, mereka juga menemukan tanda jejas di leher dan bekas tikaman satu liang di dada dan dan dua liang di lengan kanan.

“Dari pemeriksaan ditemukan jejas di bagian leher. Diduga akibat jeratan. Ada juga bekas tikaman benda tajam di dada dan lengan,” ujar salah satu petugas kamar yang tak mau namanya dikorankan. Dari hasil ini, kuat dugaan korban lebih dulu dibunuh baru digantung, seolah-oleh ia bunuh diri.

Dan saat disinggung apa sebenarnya penyebab kematian korban, narasumber tadi belum bisa memastikan secara pasti lantaran mereka masih harus melakukan uji laboratorium atau pun yang kerap kita dengar Patologi Anatomi (PA) dan hasilnya baru bisa diketahui sekitar dua minggu lagi. “Kalau kematiannya belum bisa diketahui secara pasti dan kita harus menunggu hasil PA. Dari uji lab tersebut, kita bisa tahu apakah korban tewas lantaran jeratan, atau bisa saja tewas lantaran keracunan. Jadi kita sudah mengambil beberapa sampel untuk dilakukan pengujian,” ujarnya mengakhiri.

 

KELUARGA HARAPKAN POLISI

Keluarga berharap pihak kepolisian dapat mengungkap kasus tewasnya Deni Antoni. Apakah benar anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sumino dan Mami ini tewas bunuh diri atau dibunuh? Sebab sejumlah keganjilan ditemukan keluarga di jasad korban. Salah satunya luka lebam yang terdapat di rusuk dan luka seperti tusukan di dada tepat jantungnya, serta luka beset di tangan kanannya.

“Kami hanya ingin tahu, anak ku tewas bunuh diri atau dibunuh,” terang Sumino diamini Anto serta beberapa keluarga sesaat mengebumikan jasad kroban, Selasa (14/1) siang.

Untuk itulah, mereka meminta agar jasadnya diotopsi. Karena terdapat beberapa keganjilan dari kematian korban. Mereka tak terima karena semasa hidupnya, Deni merupakan anak yang menurut dan baik serta ramah kepada setiap orang. “Setelah menikah dengan Mila, Deni menetap di Dusun Tanjung Morawa, Desa Tanjung Gunung, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, tak jauh dari tempat kerjaannya di perkebunan sawit (PT Serdanghulu-red),” terang mereka.

Sementara itu, beberapa warga di tempat tinggalnya yang hadir untuk melayat mengatakan, belakangan hubungan antara Mila dan Deni, memang kurang harmonis. Pertengkaran kerap terjadi antar kedua pasangan suami istri yang belum juga dikaruniai anak ini.

“Sering cekcok mulut memang mereka. Hampir setiap hari dan bahkan sebelum pergi keluar rumah mencari rebung (bambu muda-red), mereka juga sempat bertengkar mulut,” kata Marni, tetangga korban, sembari mengakui tak jarang kalau Deni, mencuci baju dan mebersihkan rumah sendiri.

Kapolsek Sei Bingei AKP Lintas Pasaribu saat dikonfirmasi mengatakan, belum mengetahui penyebab dan motif kematian korban mengingat pihaknya masih menunggu hasil otopsi dan proses penyidikan lebih lanjut. “Dugaan penyebab dan motif kematian korban belum dapat diketahui. Sebab kita masih menunggu hasil otopsi dari rumah sakit dan penyidikan lebih lanjut. Apalagi istri korban juga belum bisa kita mintai keterangannya karena masih berduka,” ujar Lintas, singkat. (bam/tun/deo)

Bunuh Diri
SEI BINGEI, SUMUTPOS.CO – Deni Antoni (29) menghilang selama sembilan hari. Sebelum ditemukan meregang nyawa dengan posisi seperti orang gantung diri, pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang egrek sawit ini mengaku mau mencari rebung (bambu muda).

Tapi kepergiannya itu ternyata untuk selamanya. Jasadnya yang mulai membusuk ditemukan di lembah perkebunan sawit Dusun Tanjung Morawa, Desa Tanjung Gunung, Kec. Sei Bingai, Kab. Langkat, yang hanya berkisar 2 kilometer dari rumahnya, Senin (13/1) sore.

Info dihimpun, penemu pria yang menikahi Mila (27), sekitar 5 tahun lalu ini adalah seorang penggembala lembu. Saat itu dia sedang mencari rumput di sekitar lokasi. Dia melihat sosok jasad mulai membusuk dan tergantung di dahan pohon. “Kami dapat kabar dari warga di sana,” terang Anto (45), paman korban.

Dengan posisi mengembangkan tangan, kaki cecah ke tanah dan simpul ikatan kain berwarna biru mengarah ke depan. Sementara, lidahnya tidak menjulur keluar sama sekali. Temuan ini langsung dikabarkan kepada warga sekitar yang kemudian memberitahukan kepada pihak kepolisian dan keluarga.

“Orang pengembala lembu yang temukan pertama kali. Kondisinya memang aneh, terlihat seperti orang akan membuka kain simpulan yang menjeratnya,” kata Anto yang turun ke lokasi.

Mendapat kabar tersebut, beberapa anggota keluarga, termasuk Anto dan Hariono serta Lilik selaku sepupu, langsung bergegas untuk melihat jasad korban ke lokasi kejadian. Mereka ini semuanya adalah warga yang bermukim di Desa Namutrasi, Pasar VI, Kwala Mencirim, Kab. Langkat.

“Selama ini, karena takut turun perut, memang dia selalu menggunakan kain itu untuk mengikat perutnya. Kami keluarga tidak menyangka kalau dia begitu cepat meninggalkan kami semua. Sebab, selama ini kami mendapat kabar kalau kondisinya selalu baik-baik saja di sana,” timpal Lilik dan Hariono.

Setelah kedatangan keluarga dan warga serta polisi, barulah jasad korban yang diperkirakan sudah meninggal sekitar seminggu ini diturunkan dari pohon tempatnya menggantung. Kemudian jasad dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) dr Pirngadi Medan, guna diotopsi. Hingga kini kasus ini masih ditangani pihak kepolisian dari Polsek Sei Bingai.

Sementara itu, dari pemeriksaan yang dilakukan petugas forensik. Korban diperkirakan tewas sekiar 5-7 hari yang lewat hal tersebut tampak dari timbulnya proses pembusukan di tubuhnya. Selain itu, mereka juga menemukan tanda jejas di leher dan bekas tikaman satu liang di dada dan dan dua liang di lengan kanan.

“Dari pemeriksaan ditemukan jejas di bagian leher. Diduga akibat jeratan. Ada juga bekas tikaman benda tajam di dada dan lengan,” ujar salah satu petugas kamar yang tak mau namanya dikorankan. Dari hasil ini, kuat dugaan korban lebih dulu dibunuh baru digantung, seolah-oleh ia bunuh diri.

Dan saat disinggung apa sebenarnya penyebab kematian korban, narasumber tadi belum bisa memastikan secara pasti lantaran mereka masih harus melakukan uji laboratorium atau pun yang kerap kita dengar Patologi Anatomi (PA) dan hasilnya baru bisa diketahui sekitar dua minggu lagi. “Kalau kematiannya belum bisa diketahui secara pasti dan kita harus menunggu hasil PA. Dari uji lab tersebut, kita bisa tahu apakah korban tewas lantaran jeratan, atau bisa saja tewas lantaran keracunan. Jadi kita sudah mengambil beberapa sampel untuk dilakukan pengujian,” ujarnya mengakhiri.

 

KELUARGA HARAPKAN POLISI

Keluarga berharap pihak kepolisian dapat mengungkap kasus tewasnya Deni Antoni. Apakah benar anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sumino dan Mami ini tewas bunuh diri atau dibunuh? Sebab sejumlah keganjilan ditemukan keluarga di jasad korban. Salah satunya luka lebam yang terdapat di rusuk dan luka seperti tusukan di dada tepat jantungnya, serta luka beset di tangan kanannya.

“Kami hanya ingin tahu, anak ku tewas bunuh diri atau dibunuh,” terang Sumino diamini Anto serta beberapa keluarga sesaat mengebumikan jasad kroban, Selasa (14/1) siang.

Untuk itulah, mereka meminta agar jasadnya diotopsi. Karena terdapat beberapa keganjilan dari kematian korban. Mereka tak terima karena semasa hidupnya, Deni merupakan anak yang menurut dan baik serta ramah kepada setiap orang. “Setelah menikah dengan Mila, Deni menetap di Dusun Tanjung Morawa, Desa Tanjung Gunung, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, tak jauh dari tempat kerjaannya di perkebunan sawit (PT Serdanghulu-red),” terang mereka.

Sementara itu, beberapa warga di tempat tinggalnya yang hadir untuk melayat mengatakan, belakangan hubungan antara Mila dan Deni, memang kurang harmonis. Pertengkaran kerap terjadi antar kedua pasangan suami istri yang belum juga dikaruniai anak ini.

“Sering cekcok mulut memang mereka. Hampir setiap hari dan bahkan sebelum pergi keluar rumah mencari rebung (bambu muda-red), mereka juga sempat bertengkar mulut,” kata Marni, tetangga korban, sembari mengakui tak jarang kalau Deni, mencuci baju dan mebersihkan rumah sendiri.

Kapolsek Sei Bingei AKP Lintas Pasaribu saat dikonfirmasi mengatakan, belum mengetahui penyebab dan motif kematian korban mengingat pihaknya masih menunggu hasil otopsi dan proses penyidikan lebih lanjut. “Dugaan penyebab dan motif kematian korban belum dapat diketahui. Sebab kita masih menunggu hasil otopsi dari rumah sakit dan penyidikan lebih lanjut. Apalagi istri korban juga belum bisa kita mintai keterangannya karena masih berduka,” ujar Lintas, singkat. (bam/tun/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/