SUMUTPOS.CO – Kepergian Prius membawa kesedihan kepada rekan-rekannya. Terlebih bulan depan korban bakal berulang tahun ke 20. Orang yang paling merasa kehilangan adalah T. Saragih, teman sekaligus orang yang membawa Prius ke Medan.
“Dia merantau ke Medan usai Tahun Baru, sekitar 6 bulanlah di Medan. Pertamanya dia ikut aku bekerja sebagai Botot. Beberapa bulan kemudian, dia melamar security di Sun Plaza dan diterima. Paling dia bekerja hanya sekitar 2 bulan saja. Orangnya ini mudah bergaul dan taat bekerja, mungkin sangkin patuhnya bekerja dia sampai begini,” ucap pria kurus itu.
Saragih mengaku tak tahu harus mengatakan apa pada keluarga korban di kampungnya di Dolok Pardamean, Simalungun. Terlebih korban tewas karena ditikam orang. “Si Prius ini anak kedua di keluarganya. Mereka hanya dua saja, dia paling kecil. Bapaknya kawin dua kali, kalau dia dari istri yang kedua. Aku tahunya di meninggal jam 9 pagi tadi ditelepon oleh kawan. Setelah itu, aku langsung ke Rumah sakit Materna dan melihat dia sudah tewas. Tidak ada tanda-tanda dia mau meninggal, apalagi kami sudah tidak satu rumah lagi, pokoknya dia ini baik bang,” ujarnya sembari memegang baju korban.
Mengenai kekasih korban, Saragih menambahkan tak pernah mengetahuinya. “Aku nggak tau bang, karena dia ini jarang bawa cewek asal jumpa ku. Mungkin sudah nasib kawan ini harus begini, dia pergi sehat, pulang sudah menjadi mayat,” bebernya sembari berlalu.
Diketahui keluarga lainnya, Prius sudah berencana akan pulang kampung karena sudah rindu dengan mamaknya. Tapi ternyata Prius pulang dalam kondisi sudha jadi mayat.
“Baik kali dia itu, suka senyum, selain itu, kalau ada uangnya selalu beli makan dan memberi kami. Karena itula, kami datang kemari untuk memastikan mayatnya sudah dijaga dan ada keluarganya,” tutur wanita yang mengaku dekat dengan orangtua korban. (mri/gib)