Butet pun akhirnya berangkat ke orang-orang pintar mencari tahu penyebab seretnya rezeki keluarga. Di situlah terkuak bila memang ada sekat hitam yang memang membuat keluarga besar Tongat miskin dan fakir.
“Katanya itu karena rezeki keluarga sudah diambil oleh almarhum kakeknya yang meninggal… semacam pesugihan itu. Sistem pesugihan itu ‘kan sama saja mengambil rezeki keturunannya,” kata Butet.
Makanya itu, Butet pun merasa kehidupan keluarga dulu sangat berpengaruh terhadap kakeknya. Semasa hidupnya mertua dan suaminya memang menggantungkan diri kepada kakek mertuanya.
Kebutuhan sehari-hari tinggal minta kepada mertuanya. Mertua dan cucu-cucunya santai-santai. Mereka tidak mau sekolah. Hanya Tongat yang sekolah sampai tamatan perguruan tinggi.
Namun, hidupnya masih menderita dan hanya jadi kuli bangunan. Tidak ada perusahaan yang mau menerimanya. Bisnis apapun juga pasti gagal. “Suami selalu tidak percaya kalau saya katakan yang sebenarnya. Saya yakin suami juga tahu kalau dulu kakeknya pakai pesugihan,” kata Butet.
Tak ingin ikut-ikutan sengsara, Butet pun mengajak Tongat hijrah ke luar kota atau kalau perlu ke luar negeri. Namun, Tongat menolak. Karenanya Butet bertekad meninggalkan sang suami.
“Aku hanya ikut menikmati hasil pesugihan kakeknya selama tiga tahun. Masa harus menderita seumur hidup? ‘Kan nggak cocok. Makanya aku mengajukan cerai,” ketus Butet.(jpg/ras)